Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

BPJS Kesehatan Tulungagung

Guru SD Tulungagung Obati Glaukoma Pakai JKN-KIS, Pelayanan Kesehatan Gratis: Tak Ada Diskriminasi

Bintiyanah, guru SD Kabupaten Tulungagung ceritakana pengalaman obati penyakit glaukoma menggunkan JKN-KIS. Pelayanan gratis tanpa diskriminasi.

Editor: Hefty Suud
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
Bintiyanah (58), guru SD Kabupaten Tulungagung, peserta JKN-KIS. 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG – Sebagai seorang pendidik yang masih aktif mengajar di sekolah dasar, tentu tidak mudah bagi Bintiyanah (58) memiliki penyakit glaukoma atau kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola mata.

Sekira tahun 2014, Bintiyanah mengatakan pernah melakukan terapi laser pada bagian mata sebelah kiri.

Namun, di tahun 2019 penyakit itu kambuh dan menyerang bagian mata sebelah kanan, sehingga dirinya harus menjalani rawat inap.

“Tahun 2019 glaukoma saya kambuh. Pernah terapi laser di tahun 2014, dulu kan yang kiri, sekarang yang kanan. Opname 2 kali, yang pertama 3 hari, yang kedua juga 3 hari. Pusing sekali rasanya, nggak bisa ditahan,” cerita Bintiyanah.

Selama menjalani perawatan di rumah sakit menggunakan JKN-KIS, Bintiyanah mengaku tidak mengeluarkan biaya sama sekali.

Peserta JKN-KIS asal Kabupaten Tulungagung ini juga dilayani dengan baik tanpa ada diskriminasi antara dirinya dengan pasien umum.

“Saya nggak kena biaya apa-apa sama sekali, mana pelayanannya bagus, tempatnya bersih, perawat dan dokternya baik sekali. Ndak ada bedanya dengan yang umum, sama. Alhamdulillah semua serba lancar, mudah, masuk rumah sakit juga langsung dilayani,” tuturnya.

Selain glaukoma, Bintiyanah juga menggunakan JKN-KIS untuk penyakit diabetes melitus (DM) yang baru diketahuinya 2 tahun lalu itu.

Bintiyanah mengonsumsi obat setiap hari, dan rutin melakukan check up kesehatan melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS Kesehatan.

“Kira-kira 2 tahun punya diabetes. Ya konsumsi obat setiap hari. Ikut Prolanis Alhamdulillah sering diadakan check up rutin. Senang ikut Prolanis itu, buat hiburan, ketemu teman-teman, badannya juga tambah sehat,” ujarnya.

Bintiyanah tidak membayangkan apabila Program JKN-KIS tidak ada, selain kesulitan biaya, juga kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan seperti yang dirasakan saat ini.

“Seandainya nggak ada JKN itu kok saya merasa akan kesulitan biaya, karena kan biayanya pasti banyak (untuk berobat). Kita itu kan nggak tau, namanya sakit kan sewaktu-waktu. Pakai JKN selalu dipermudah, nggak pernah sulit, ke klinik mudah, di rumah sakit ya mudah, yang penting sesuai prosedur,” jelas ibu 2 putri ini.

Sebagai motivasi, Bintiyanah mengimbau bagi yang belum terdaftar sebagai peserta JKN-KIS agar mendaftar.

Menurutnya, tidak hanya untuk menunjang kesehatan diri sendiri, namun juga dapat membantu orang lain yang sedang sakit.

Dirinya juga berharap agar Program JKN-KIS dapat berjalan lancar, dan semua peserta diberi kesehatan.

“Motivasi saya, ya diusahakan daftar ke BPJS bagi yang belum terdaftar, karena bisa menunjang kita, untuk menjaga kesehatan kita. Kalau kita ndak sakit ya Alhamdulillah, toh bisa membantu orang lain, dipakai orang lain kan nggak apa-apa (iurannya). Mudah-mudahan semua dapat berjalan dengan lancar, semua diberi kesehatan,” ucap Bintiyanah.(ar/ck)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved