Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Info Gadget

Pengaturan Baru WhatsApp Bisa Bikin Data Pribadi Pengguna Bocor? Cek Fakta, Ini Penjelasan Pihak WA

Dikabarkan akibat kebijakan privasi yang baru WhatsApp bisa menyebabkan data pribadi bocor, benarkah?

The Verge
ILUSTRASI Aplikasi WhatsApp. 

TRIBUNJATIM.COM - Belakangan ini kebijakan privasi baru aplikasi WhatsApp menuai sorotan.

Dikabarkan akibat kebijakan privasi yang baru bisa menyebabkan data pribadi bocor.

Lantas benarkah ini?

Baca juga: Cara Mengadukan BST Rp 300 Ribu Belum Cair, Bisa Langsung WhatsApp 08111022210 atau Email Kemensos

Diketahui sebelumnya, pembaruan WhatsApp ini mengakibatkan reaksi publik bahkan sejumlah pengguna dilaporkan beralih ke aplikasi Signal dan Telegram.

Menanggapi reaksi publik yang begitu serius, WhatsApp kemudian mengeluarkan klarifikasi lebih lanjut untuk menjelaskan perubahan itu.

Dikutip dari Channel News Asia, WhatsApp membantah kekhawatiran utama pengguna seputar syarat dan ketentuan barunya.

Seperti diketahui, WhatsApp menggunakan enkripsi end-to-end (ujung-ke-ujung), dan hal ini tidak akan berubah.

Semua pesan baik pesan pribadi maupun grup tetap aman dan hanya dapat dilihat oleh pengguna saja.

WhatsApp
WhatsApp (digimarktimes.com)

WhatsApp bahkan Facebook tidak dapat melihat obrolan para pengguna.

Selain itu, meskipun WhatsApp memiliki informasi tentang nomor ponsel pengguna, mereka tidak mencatat dengan siapa para pengguna berinteraksi.

WhatsApp juga tidak akan membagikan data pengguna kepada Facebook.

Sehingga, pengguna tidak perlu khawatir tentang obrolan rahasianya di WhatsApp yang tidak boleh diketahui orang lain.

Namun demikian, meski kehawatiran pengguna soal kebijakan baru di WhatsApp tidak benar, hal ini dinilai cukup memusingkan.

Baca juga: Cara Mudah Mematikan Fitur Auto Download WhatsApp, Cegah Memori HP Penuh

Sebab pembaruan syarat penggunaan dan pengaturan privasi tampak banyak, dan juga terjadi di berbagai media sosial lainnya termasuk Facebook.

Sebagian besar pengguna pun masih belum jelas mengenai jenis informasi apa yang dikumpulkan WhatsApp dan apa saja perubahan terbaru yang dimaksud.

Lebih lanjut, dosen senior National University of Singapore (NUS) Natalie Pang menyoroti sejumlah hal terkait pembaruan syarat dan ketentuan WhatsApp.

Menurutnya, setiap warga negara saat ini tinggal di lingkungan digital di mana banyak data dikumpulkan tentang mereka.

Sehingga pengaturan privasi dan kebijakan yang mengatur penggunaan data menjadi jauh lebih kompleks.

Baca juga: 4 Aplikasi Chattingan Mudah Digunakan Selain WhatsApp, Ada yang Buatan Perusahaan Asli Indonesia

Meskipun perusahaan teknologi memiliki hak untuk membuat perubahan pada platform mereka, beban yang secara tidak adil dan tidak proporsional ada pada penggunanya untuk membaca, memahami, dan menerima persyaratan baru.

Perusahaan Big Tech mengatakan bahwa mereka telah memenuhi persyaratan hukum untuk mencapai persetujuan yang diinformasikan dengan menunjukkan kepada pengguna syarat dan ketentuan yang diperbarui dan membuat mereka setuju.

Namun pengguna tidak dapat selalu memahami hukum dan teknis yang diajukan WhatsApp, bahkan ketika aplikasi dengan logo warna hijau ini mengajukan dalam bahasa asli pengguna.

Ada juga pertanyaan dari pengguna yang mungkin tidak bisa berbahasa Inggris atau tidak bisa membaca.

Lantas bagaimana persetujuan mereka akan dipahami pengguna?

Adakah cara yang lebih baik untuk mendapatkan persetujuan dari pengguna, sekaligus mendidik publik tentang literasi data dan privasi?

ILUSTRASI Aplikasi WhatsApp: Daftar handphone yang tidak bisa pakai WhatsApp lagi mulai 1 Januari 2021.
ILUSTRASI Aplikasi WhatsApp: Daftar handphone yang tidak bisa pakai WhatsApp lagi mulai 1 Januari 2021. (The Verge)

Imperatif Bisnis yang Wajar

Perlu dicatat bahwa perubahan WhatsApp pada kenyataannya secara strategis sejalan dengan model bisnis Facebook.

Facebook menawarkan layanan gratis untuk pengguna tetapi menampilkan iklan di dalamnya.

Dengan biaya tertentu, toko furnitur online bisa menunjukkan katalog terbaru mereka jika pengguna mengikuti atau menyukai halaman tentang desain interior.

Jika pengguna memiliki bisnis dan ingin memperluas bisnisnya ke luar negeri, dia juga dapat membayar untuk menampilkan iklan kepada pengguna yang tinggal di luar negeri.

Sebagai platform, Facebook telah memainkan peran penting dalam membantu bisnis berkembang secara online.

Tetapi sejak Facebook mengakuisisi WhatsApp pada tahun 2014, Facebook belum dapat memonetisasi platform perpesanan instan populer karena WhatsApp tidak memungut biaya apa pun untuk layanannya.

Oleh karena itu, langkah untuk mencoba dan memonetisasi WhatsApp bisa saja terjadi dan itu tidak mengherankan.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Benarkah Pengaturan Baru WhatsApp Dapat Menyebabkan Data dan Privasi Pengguna Bocor?

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved