Tolak Impor Beras, NU dan Petani Ponorogo Keluhkan Harga Gabah Yang Anjlok Jelang Panen
Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Ponorogo, menyesalkan rencana presiden RI Jokowi yang akan melakukan impor
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
Reporter: Sofyan Arif Candra | Editor: Januar AS
TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Ponorogo, menyesalkan rencana presiden RI Jokowi yang akan melakukan impor beras 1 juta ton.
Ketua PC LPPNU Ponorogo, Ahmad menyebutkan wacana tersebut akan berdampak buruk pada kesejahteraan petani terutama di Ponorogo.
Pasalnya, pada akhir bulan Maret ini petani di Bumi Reog mulai memasuki masa panen.
Isu impor beras 1 juta ton tersebut sedikit banyak mempengaruhi psikologis pasar dan petani yang menyebabkan harga jual gabah turun terjun bebas.
Baca juga: Presiden Jokowi Buka Kongres HMI Ke-XXXI di Surabaya, Berikan Pesan Khusus: Tantangan Besar
"Kalau memang Pemerintah berpihak kepada petani, ya harusnya tidak akan impor beras saat panen raya seperti ini," kata Ahmad, Rabu (17/3/2021).
Ahmad juga telah menyambangi sejumlah petani di Ponorogo yang mengeluhkan harga jual gabah yang terus turun.
Yang biasanya harga Gabah Kering Giling (GKG) bisa mencapai Rp 5.200 per kilogram sekarang hanya Rp 4.600 per kilogram.
"Harga pupuk non subsidi itu mahal, giliran petani mau panen, harganya murah. Kasian para petani ini," kata Ahmad.
Dengan tingginya harga pupuk dan rendahnya harga gabah tentu sangat merugikan petani.
Seorang petani asal Kecamatan Sukorejo, Suwardi juga mengeluhkan sulitnya menjual gabah hasil panennya.
Tengkulak enggan membeli lantaran beralasan stok gabah di gudang masih melimpah.
"Tengkulak khawatir kalau membeli dengan harga sekarang, harganya semakin turun setelah impor beras," katanya.
Kumpulan Berita Ponorogo Terkini