Berita Jatim
Menakar Potensi Investasi Paling Cuan di Era Suku Bunga Acuan Rendah
Investasi merupakan upaya penanaman modal atau dana dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan di era mendatang
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Januar
Reporter: Fikri Firmansyah | Editor: Januar AS
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Investasi merupakan upaya penanaman modal atau dana dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan di era mendatang
Namun di era tren penurunan suku bunga, sebagaimana diketahui berdasarkan Rapat dewan Gubernur (RDG), Bank Indonesia telah memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga di level 3,50 persen.
Lalu, di era suku bunga acuan rendah seperti saat ini, investasi apa yang paling cuan agar investor tetap untung?
Pakar Manajemen Universitas Airlangga, Fitri Ismiyanti mengatakan bahwa ketika masa pandemi atau krisis yang tidak terduga seperti saat ini, para investor tetap harus fokus pada investasi yang dilakukan dengan tidak memandang nominal yang akan diinvestasikan dan tetap harus disesuaikan dengan profil risiko dari setiap investor.
Baca juga: Sumbang Devisa Ekspor Terbesar, PT Smelting Raih Award dari Bea Cukai KPPBC TMP Tanjung Perak
Sementara bagi investor yang memiliki modal minim atau terbatas akibat berkurangnya penghasilan di masa pandemi, Fitri menyarankan untuk lebih memilih produk Reksadana dan investasi emas.
“Jika dana terbatas maka reksadana bisa menjadi produk yang pas pada saat pandemi. Begitu juga dengan investasi emas mulai harga Rp 50.000 sampai Rp 100.000,” ujar Fitri menjelaskan.
Emas dinilai sebagai investasi yang stabil dari masa ke masa. Fitri menambahkan bahwa pandemi merupakan momentum bagi investor untuk mencari ruang investasi.
“Investasi bisa digunakan untuk mencari keuntungan yang besar atau mengamankan dana darurat. Namun tujuan melakukan investasi harus tetap disesuaikan dengan preferensi resiko masing-masing investor untuk profil risikonya,” urai Fitri.
Fitri menambahkan jika para investor harus fokus dalam melakukan pemisahan alokasi antara dana darurat serta dana investasi. Pasalnya, mayoritas investasi yang dilakukan di pasar modal selalu membutuhkan dana tunai yang lebih besar.
Kendati demikian, hal tersebut akan berbeda jika pelaku invetasi merupakan investor yang telah lama berkecimpung di pasar modal. Para investor akan lebih fokus pada investasi yang dilakukan sekaligus mengevaluasi performa dari portofolio invetasi profil risiko perusahaan yang dipilih.
“Jika dilihat secara teori, preferensi risiko di masing-masing perusahaan, investor dibagi kedalam tiga investasi yakni yang tidak menyukai risiko (risk averse), yang netral terhadap risiko (risk neutral), dan yang menyukai risiko (risk seeker),” tuturnya.
Di masa yang kurang kondusif seperti sekarang, Fitri menjelaskan bahwa ada baiknya untuk mengevaluasi hasil investasi yang telah dilakukan selama satu tahun. Untuk investor yang termasuk dalam termasuk investor risk moderat dengan nilai dana darurat yang lebih dari cukup dan berkeinginan investasi pada saham-saham yang berisiko. Maka lebih baik memilih perusahaan yang memiliki fundamental value yang lebih bagus.
Dirinya menyarankan, para investor harus mulai mencoba beralih pada investasi yang tingkat pengembalian yang lebih besar. Salah satunya berarti harus mengubah profil risiko dari yang risk averse menjadi risk seeker tapi harus berhati-hati juga dengan dana darurat harus dipersiapkan.
“Investor risk moderat saat ini tetap lebih banyak investasi pada Reksadana campuran. Tujuan utamanya adalah pada untuk menjaga pengembalian imbal hasil investasi agar tidak berisiko terlalu tinggi di masa pandemi ini. Juga bisa memilih Corporate Bond atau obligasi korporasi yang bisa mendatangkan keuntungan tidak sebesar saham sehingga dapat mengurangi porsi investasi pada instrumen yang berisiko menengah,” pungkasnya.
Kumpulan berita Jatim terkini