Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Bondowoso

Renyahnya Bisnis Kerupuk Rambak Menjelang Lebaran, Kewalahan Layani Orderan

Usaha rumahan kerupuk kulit sapi atau rambak di Bondowoso banjir pesanan menjelang 2 minggu lebaran Idul Fitri.

Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Ndaru Wijayanto
surya/danendra
Seorang pekerja UD Rambak Jaya, Maesan, Bondowoso tengah menjemur kulit sapi 

Reporter: Danendra Kusuma I Editor: Ndaru Wijayanto

TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO - Usaha rumahan kerupuk kulit sapi atau rambak di Bondowoso banjir pesanan menjelang 2 minggu lebaran Idul Fitri.

Salah satunya UD Rambak Jaya yang berlokasi Desa/Kecamatan Maesan.

Saat Surya mengunjungi rumah produksi, sejumlah pekerja tampak sibuk mengolah kulit sapi. Ada yang membersihkan bulu pada kulit sapi yang telah direbus.

Satu orang pekerja lain, bertugas menjemur kulit yang sudah dibersihkan di halaman rumah.

Pemilik usaha tambak UD Rambak Jaya, Sutini (50) mengatakan menjelang lebaran pesanan rambak mulai meningkat 2 kali lipat.

Terhitung hari ini, pesanan rambak sudah mencapai 30 kg.

Di luar momen lebaran penjualan rambak sapi sekitar 15 kg saja perharinya.

"Bahkan, kami sampai kewalahan memenuhi pesanan. Sebab, kami kerap kekurangan bahan baku," katanya, Jumat (30/4).

Sementara ini, ia tak memasarkan produk rambak secara online. Pelanggan langsung membeli rambak sapi dengan datang ke rumah produksi UD Rambak Jaya.

"Pembeli rambak kami mayoritas dari Situbondo dan Jember. Terkadang, mereka membeli untuk dijual kembali. Bahkan, dijual di expo UMKM," ungkapnya.

Dalam sehari kata dia, pihaknya bisa memproduksi rata-rata 0,5 kuintal kulit sapi.

Harga kulit sapi per kilogram dibanderol Rp 15 ribu. Sehingga dalam produksi sehari ia membutuhkan biaya Rp 750 ribu.

Dalam 0,5 kuintal kulit sapi itu, bisa menghasilkan 13 kilo rambak kering siap goreng. Ia juga menjual rambak yang sudah siap konsumsi.

"Harga rambak kering siap goreng dipatok Rp 120 ribu per kg. Sementara kulit sapi yang dijemur 2 hari, dipatok Rp 100 ribu perkg," sebutnya.

Ia menambahkan, bahan baku berupa kulit sapi dibeli dari rumah jagal di Maesan dan Jember.

Tak semua kulit sapi bisa dijadikan rambak.

"Hanya kulit sapi jantan yang bisa dijadikan kerupuk. Kalau kulit sapi betina tidak bisa mengembang kala digoreng," tambahnya.

Memproduksi rambak sapi hingga siap goreng membutuhkan waktu yang cukup lama, dan tidak mudah.

Pembuatan rambak juga bergantung pada cuaca.

Ia menjelaskan cara pembuatan kerupuk kulit sapi atau rambak. Pertama-tama kulit sapi direbus dengan air mendidih selama 5 jam di malam hari dan didiamkan.

Kemudian pagi harinya dicuci lagi dan dibuang bulunya hingga betul-betul bersih.

Kulit sapi tersebut tidak bisa didiamkan terlalu lama. Kalau terlampau lama atau lebih dari satu hari bulunya sulit dipisahkan.

"Kemudian setelah itu kita iris tipis-tipis, dan dipotong sesuai kebutuhan. Ada yang ukurannya memanjang dan dipotong kecil-kecil berbentuk persegi," urainya.

Proses selanjutnya adalah penjemuran. Butuh waktu 5 hari dalam proses penjemuran agar rambak betul-betul siap goreng.

"Dalam sehari itu cuaca harus betul-betul terik. Karena jika dalam masa dua hari selama proses jemur ada mendung atau hujan. Maka hasil rambak bisa pahit. Gurih dan renyah pada rambak itu dipengaruhi cuaca juga," terangnya.

Usaha rambak sapi UD Rambak Jaya milik Sutini merupakan usaha turun temurun dari orang tuanya.

UD Rambak Jaya ini berdiri sekitar belasan tahun lalu.

"Semoga usaha rambak sapi ini bisa panjang umur dan terus berkembang," pungkasnya.,

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved