PPKM Darurat di Surabaya
Hari Pertama PPKM Darurat di Surabaya, 137 Pelanggar Prokes Terjaring Diajak Tour Pemakaman Covid-19
Pemkot Surabaya bersama tim gabungan, dipimpin Wali Kota Eri Cahyadi jaring 137 pelanggar protokol kesehatan di hari pertama PPKM Darurat.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Hefty Suud
Mereka akan menyaksikan pemandangan petugas yang memakamkan jenazah secara prokes. Yang mana, jumlahnya semakin meningkat.
"Kita ajak tour of duty, kemana? Ke Makam Keputih. Bisa dilihat bahwa sampai 24 jam masih melakukan pemakaman jenazah. Biar dilihat sendiri, ini loh dampaknya kalau tidak jaga kesehatan," kata Cak Eri.
Imubhnya, "Kami ajak tour of duty ke makam, naik bus yang kita sediakan. Biar melihat, ini loh perjuangan orang-orang yang menggali kubur, ini loh perjuangan nakes.".
Usai dari TPU, mereka juga akan diajak ke RS rujukan Covid-19.
"Banyak RS yang IGDnya ditutup karena sudah penuh. Jadi biar sadar dari hatinya," katanya.
Itu belum selesai. Mereka masih akan diajak ke Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih. Tempat ini menjadi pusat rehabilitasi bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Mereka akan menjalankan kerja sosial di tempat ini. Di antaranya, merawat para penghuni Liponsos.
Dengan sanksi yang membuat jera, Cak Eri berharap kepada anak-anak muda Surabaya untuk patuh protokol kesehatan. Sekalipun imunnya kuat, tidak berarti virus ini tidak menulari orang di sekitarnya.
"Mungkin mereka (anak-anak muda) itu kuat, tapi kan juga tidak ada yang tahu kalau dia menjadi OTG, hingga akhirnya bisa menularkan kepada orang-orang tercinta. Alangkah sedihnya kita kalau sudah seperti itu,” imbuhnya.
Cak Eri juga memohon maaf kepada seluruh warga Kota Surabaya. Sebab, kegiatannya sementara waktu harus terhenti.
Ini demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Surabaya. Ia juga mengajak kepada warga Kota Surabaya untuk melakukan PPKM Darurat ini dengan disiplin.
Kalau warga tidak disiplin, maka kasus Covid-19 ini akan terus naik, sehingga PPKM bisa-bisa diperpanjang. "Insyallah ini bisa selesai dalam waktu dua minggu (hingga 20 Juli). Namun, kalau ini tidak dilakukan dengan disiplin, ini pasti akan terus berlanjut,” tegasnya.
Cak Eri sepakat tidak ingin perekonomian Surabaya terhenti. Bahkan, dia juga tidak ingin pekerjaan untuk mencari nafkah anak-istri terhenti.
Sekali pun demikian, masyarakat harus bekerja dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat.
“Insyallah kita akan melakukan ini bersama-sama,” pungkasnya.