Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kilas Balik

Jelang Supersemar, Soekarno Gemetar Ketakutan Istana Dikepung Pasukan Liar, Posisi Soeharto Disoroti

Menjelang lahirnya Supersemar, Soekarno ternyata sempat gemetar ketakutan di Istana karena serangan pasukan liar, keberadaan Soeharto dipertanyakan.

Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
Kompas.com
Soekarno saat diapit jenderal AH Nasution dan Soeharto di Istana Merdeka 

TRIBUNJATIM.COM - Ada cerita menarik menjelang lahirnya Supersemar yang diciptakan oleh Presiden Soekarno pada masa itu.

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) seolah menjadi titik peralihan kepemimpinan Soekarno kepada Soeharto.

Ternyata, jauh dari ingatan masyarakat, ada beberapa kisah yang tak banyak disadari dan diingat.

Misalnya saja, momen ketika Soekarno begitu ketakutan.

Ternyata, jelang lahirnya Supersemar, Soekarno ketakutan karena Istana Negara dikepung pasukan liar.

Baca juga: Perwira TNI AU Takut Bukan Main Saksikan Pesawat Jatuh & Meledak di Depan Soekarno, Tewaskan 1 Pilot

Pasukan tersebut bukan sembarang pasukan yang saat itu keberadaannya seolah tiba-tiba dan sangat mengejutkan.

Seperti dilansir dari Kompas.com, kisah ini berawal dari hari Jumat, 11 Maret 1966.

Hari itu menjadi hari biasa yang seharusnya dinikmati oleh Presiden Soekarno.

Inilah cerita sebelum Soekarno bacakan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Inilah cerita sebelum Soekarno bacakan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. (via Intisari)

Hari itu yang biasa bagi Presiden Soekarno dalam memimpin rapat kabinet di Istana Merdeka.

Semua menteri hingga kepala lembaga diperintahkan wajib hadir dalam rapat paripurna pertama Kabinet 100 menteri yang merupakan hasil reshuffle Kabinet Dwikora yang didemo mahasiswa.

Dikutip dari buku Presiden (daripada) Soeharto, pagi-pagi sekali, Soekarno meminta para pembantunya hadir ke istana untuk menghindari aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa.

Rapat dimulai pada pukul 09.00 WIB, meski ada beberapa menteri yang terlambat datang karena dihadang mahasiswa di jalan.

Baca juga: Ketakutan Penerjemah ke Soekarno Saat Tahu Pertanyaan Che Guevara Soal Wanita, Sampai Mau Pingsan

Soeharto, yang kala itu menjabat sebagai menteri/Panglima Angkatan Darat, tidak bisa hadir karena sakit.

Untuk itu, Soekarno memerintahkan Pangdam V Jaya Brigjen Amir Mahmud untuk ikut sidang kabinet sebagai sandera apabila terjadi sesuatu.

Sepuluh menit rapat berjalan, Komandan Cakrabirawa Brigjen Sabur, mengirim nota kepada Brigjen Amir Mahmud yang menyatakan ada pasukan liar di luar istana.

Namun, hal ini tidak digubris Amir Mahmud.

Baca juga: Soekarno Sakit saat Bacakan Proklamasi, Malam Sebelumnya Sempat Diculik, Terhenti karena Fatmawati

Sabur pun ketakutan hingga akhirnya mengirim nota langsung kepada Presiden Soekarno yang masih memimpin sidang.

"Membaca laporan Brigjen Sabur, Soekarno menjadi kalut. Laporan tersebut dilaporkan kepada Wakil Perdana Menteri Dr. Leimena, Dr. Soebandrio, dan Chairul Saleh," tulis Jonar TH Situmorang dalam bukunya Presiden (daripada) Soeharto ini.

Soekarno langsung meninggalkan rapat dan menyerahkan sisa rapat dipimpin oleh Leimena.

Soekarno saat menangisi sahabatnya
Soekarno saat menangisi sahabatnya (Intisari)

Namun, ketergesaan Soekarno itu membuat para menterinya tak tenang mengikut rapat.

Hingga akhirnya rapat ditutup.

Soebandrio yang saat itu menjabat Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) lari terbirit-birit mengejar Bung Karno yang sudah berjalan bersama pengawalnya menaiki helikopter untuk diamankan ke Istana Bogor.

Baca juga: Diidolakan Soekarno, Nasib Titien Sumarni Sang Artis Tersohor Era 50-an Justru Berakhir Pilu

Akhirnya kini terungkap siapa saja sebenarnya sosok-sosok yang ada dalam pasukan liar tersebut.

Masih dilansir dari Kompas.com, di dalam buku Misteri Supersemar disebutkan bahwa pasukan liar yang dimaksud adalah pasukan Kostrad.

Hal ini kemudian diakui oleh Kepala Staf Kostrad, Kemal Idris.

"Saya disuruh Pak Harto. Lalu, saya memerintahkan Sarwo Edhie untuk menggerakkan pasukannya ke istana untuk menangkap Bandrio," kata Kemal Idris.

Menurutnya, pasukan sebanyak dua kompi atau sekitar 80 personel itu sengaja tidak memakai tanda kesatuan supaya Soebandrio tidak takut keluar istana.

Soekarno
Soekarno ()

Pengerahan pasukan liar ini dianggap terkait dengan keinginan Soeharto yang disampaikannya langsung kepada Soekarno soal menteri-menteri yang terlibat G30S akan segera ditangkap.

Soekarno menolak mentah-mentah permintaan itu.

Sehingga, Soeharto menggunakan strategi lain untuk menangkap para menteri yang diduga terlibat PKI melalui kerja sama dengan mahasiswa yang melakukan unjuk rasa.

Kekuatan Soeharto di mata mahasiswa saat itu terbilang kuat pasca-peristiwa penumpasan pelaku G30S.

Soeharto dianggap sebagai pahlawan sehingga segala perkataannya didengar kala itu.

Baca juga: VIRAL TERPOPULER: Soekarno Pernah Dapat Ancaman Eksekusi Mati - Cuitan Gaji 104 Juta/Bulan Dipenjara

Di sisi lain, wibawa Soekarno kian tergerus pasca-peristiwa G30S.

Apalagi, tuntutan mahasiswa agar Soekarno segera membubarkan PKI tidak juga digubris.

Soekarno meyakini ada oknum yang keblinger di PKI hingga akhirnya membuat sejumlah jendera TNI Angkatan Darat terbunuh pada peristiwa G30S.

Namun, peristiwa itu bukan berarti harus membubarkan organisasi.

Baca juga: Cerita Rachmawati Soekarnoputri Soal Parfum Shalimar Bung Karno, Ratna Sari Dewi: Aroma Bapak

Setelah keberadaan pasukan liar yang menyamar di antara mahasiswa diketahui, Presiden Soekarno meninggalkan Jakarta menuju ke Istana Bogor menggunakan helikopter.

Tiga jenderal AD, yakni Brigen Amir Mahmud, Brigjen M Yusuf, dan Mayjen Basuki Rahmat, menghadap Presiden Soeharto di kediamannya dan menceritakan soal situasi terakhir.

Dari hasil pertemuan itu, Soeharto mengatakan kepada tiga jenderal itu bahwa dirinya bersedia mengatasi keadaan jika sudah ada surat perintah resmi.

Tiga jenderal itu pun mendapat tugas untuk segera mendapatkan surat mandat dari Soekarno yang kemudian dikenal sebagai Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).

Supersemar ditandatangani Presiden Soekarno di hadapan tiga jenderal itu disaksikan oleh seorang ajudannya, Soekardjo Wilardjito.

Banyak versi menyebutkan situasi saat penandatanganan itu terjadi.

Ikuti selengkapnya berita lain seputar Kilas Balik

Berita viral lainnya

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved