Berita Banyuwangi
Pertashop Menjadi Prospek Bisnis BUMDes di Banyuwangi saat Masa Pandemi Covid-19
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ijen Lestari milik Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, sangat terpukul akibat pandemi Covid-19.
Penulis: Haorrahman | Editor: Ndaru Wijayanto
Awalnya Pertashop ini hanya mampu menjual sekitar 30 hingga 40 liter pertamax tiap hari.
Namun sejak ada kebijakan dari pemerintah pelarangan penjualan pertalite eceran, penjualan Pertashop Tamansari meningkat tajam.
"Banyak masyarakat yang masih mengira Pertashop itu seperti pertamini yang jual pertalite atau pertamax eceran. Namun setelah tahu dan tidak ada pertalite eceran, masyarakat baru menyadari kalau di Pertashop harganya sama seperti di SPBU," jelas Mahsun.
Kini dalam sehari rata-rata Pertashop ini mampu menjual 1000 liter pertamax.
Berdasarkan kesepakatan tiap satu liternya, BUMDes mendapat Rp 850.000. Dengan demikian dalam satu bulan rata-rata BUMDes Ijen Lestari mendapat keuntungan Rp 25.500.000.
Dari pandemi ini menurut Mahsun bisa memetik pelajaran, BUMDes tidak bisa dalam bergerak dalam satu bidang usaha saja.
Selain Pertashop kini mereka mulai merintis industri pertanian dengan produk andalan beras dan kopi organik.
"Saat ini kami merintis bisnis beras organik di areal persawahan 15 hektare, dan kopi organik di perkebunan warga," tambah mantan Ketua BUMDes Ijen Lestari itu.
Di Banyuwangi keberadaan Pertashop sangat dibutuhkan utamanya di desa-desa wisata yang belum terjangkau SPBU. Di Desa Tamansari, SPBU terdekat terletak sekitar 15 kilometer dengan kondisi jalan yang menanjak.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyarankan agar BUMDes bisa bekerjasama dengan Pertamina untuk mengelola Pertashop.
"Saya sudah mendapat penawaran dari Pertamina Integrated Terminal Tanjungwangi Banyuwangi. Pertashop ini merupakan outlet penjualan BBM yang resmi dari Pertamina. Ini yang legal dari Pertamina," jelas Ipuk.
"Harganya sama dengan SPBU. Dari segi keamanan, lebih safety karena sesuai standar. Ada uji bakar, uji ledakan, uji kebocoran. Jadi semua sesuai sudah standar Pertamina,” sambungnya.
Menurut Ipuk, BUMDes bisa mengembangkan unit usaha Pertashop utamanya di kecamatan yang belum terjangkau keberadaan SPBU. "Pertashop bisa memudahkan masyarakat untuk menjangkau BBM dengan harga yang sama. Karena itu sangat prospek apabila dikembangkan oleh BUMDes, sehingga bisa menjadi penggerak pendapatan desa," kata Alumni Universitas Negeri Jakarta itu.
Untuk membuka Pertashop ini harus memiliki badan hukum, sehingga menurut Ipuk sangat memungkinkan BUMDes bisa mengambil peran. Selain itu jumlahnya juga dibatasi satu Pertashop untuk satu Desa.
Plt Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Banyuwangi, Nanin Oktaviantie, menambahkan Saat ini ada sekitar tiga Pertashop di desa yang ditangani Bumdes, yakni di Desa Wonosobo, Kecamatan Srono; Desa Tamansari, Kecamatan Licin, dan di Kelurahan/Kecamatan Giri.
Sementara dua lokasi baru yang sedang diproses, yakni di Desa Rejoaguang, Kecamatan Srono dan Desa Sambimulyo, Kecamatan Bangorejo. ”Tiga Pertashop sudah jalan. Semuanya dikelola oleh BUMDes,” terangnya.