Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Banyuwangi

Pertashop Menjadi Prospek Bisnis BUMDes di Banyuwangi saat Masa Pandemi Covid-19

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ijen Lestari milik Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, sangat terpukul akibat pandemi Covid-19.

Penulis: Haorrahman | Editor: Ndaru Wijayanto
surya/haorrahman
Pertashop di Rest Area Desa Tamansari Banyuwangi. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Haorrahman

TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ijen Lestari milik Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, sangat terpukul akibat pandemi Covid-19.

Berbagai bidang usaha mereka harus tutup, bahkan merumahkan karyawannya akibat destinasi wisata terpaksa ditutup selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Namun mereka terselamatkan karena telah bekerjasama dengan Pertamina dalam pengelolaan Pertamina Shop (Pertashop).

Ijen Lestari merupakan salah satu BUMDes percontohan di Banyuwangi. Sebelum pandemi pada akhir tahun 2019, Ijen Lestari berhasil menutup buku tahunan dengan omset Rp 4 miliar.

Bahkan Ijen Lestari sudah tidak bergantung pada dana penyertaan modal dari desa seperti BUMDes pada umumnya, karena mereka mampu mengelola jaringan bisnisnya.

BUMDes Ijen Lestari juga mampu mendongkrak Pendapatan Asli Desa (PADes) hingga 30 persen.

Bahkan berkat BUMDes, Desa Tamansari meraih "Desa Wisata Award" dari Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDT) 2017.

Desa yang terletak di lereng Gunung Ijen ini, menjadi desa wisata terbaik dalam kategori pemanfaatan jejaring bisnis.

Gelar desa wisata terbaik tersebut karena desa ini mampu memanfaatkan jejaring bisnis dan dinilai telah berhasil merintis pengembangan potensi wisatanya secara komersial.

BUMDes desa ini juga telah mengembangkan sejumlah usaha dari potensi yang dimilikinya.

Seperti paket wisata, kendaraan wisata, jasa guide, homestay, warung, suvenir, susu, serta sejumlah usaha berskala kecil-menengah lainnya.

Terdapat 42 karyawan dan lebih dari 300 warga Desa Tamansari yang terlibat di BUMDes yang dirintis mulai 2013 itu. Namun pandemi memukul neraca BUMDes Ijen lestari.

"Dengan ditutupnya pariwisata membuat kami tidak bisa berkutik. Bisnis kami sangat mengandalkan pariwisata, sehingga otomatis unit usaha terpaksa kami hentikan sementara. Banyak karyawan kami rumahkan. Beruntung sebelumnya kami telah kerja sama mengelola Pertashop bersama Pertamina," kata Mahsun, Ketua Lembaga Desa Wisata Tamansari, saat ditemui di kantor BUMDes Ijen Lestari, Minggu (12/9/2021).

Setahun lalu, tepatnya Juni 2020, BUMDes Ijen Lestari bekerja sama mengelola Pertashop yang terletak di rest area Desa Tamansari.

Awalnya Pertashop ini hanya mampu menjual sekitar 30 hingga 40 liter pertamax tiap hari.

Namun sejak ada kebijakan dari pemerintah pelarangan penjualan pertalite eceran, penjualan Pertashop Tamansari meningkat tajam.

"Banyak masyarakat yang masih mengira Pertashop itu seperti pertamini yang jual pertalite atau pertamax eceran. Namun setelah tahu dan tidak ada pertalite eceran, masyarakat baru menyadari kalau di Pertashop  harganya sama seperti di SPBU," jelas Mahsun.

Kini dalam sehari rata-rata Pertashop ini mampu menjual 1000 liter pertamax.

Berdasarkan kesepakatan tiap satu liternya, BUMDes mendapat Rp 850.000. Dengan demikian dalam satu bulan rata-rata BUMDes Ijen Lestari mendapat keuntungan Rp 25.500.000.

Dari pandemi ini menurut Mahsun bisa memetik pelajaran, BUMDes tidak bisa dalam bergerak dalam satu bidang usaha saja.

Selain Pertashop kini mereka mulai merintis industri pertanian dengan produk andalan beras dan kopi organik.

"Saat ini kami merintis bisnis beras organik di areal persawahan 15 hektare, dan kopi organik di perkebunan warga," tambah mantan Ketua BUMDes Ijen Lestari itu.

Di Banyuwangi keberadaan Pertashop sangat dibutuhkan utamanya di desa-desa wisata yang belum terjangkau SPBU. Di Desa Tamansari, SPBU terdekat terletak sekitar 15 kilometer dengan kondisi jalan yang menanjak.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyarankan agar BUMDes bisa bekerjasama dengan Pertamina untuk mengelola Pertashop.

"Saya sudah mendapat penawaran dari Pertamina Integrated Terminal Tanjungwangi Banyuwangi. Pertashop ini merupakan outlet penjualan BBM yang resmi dari Pertamina. Ini yang legal dari Pertamina," jelas Ipuk.

"Harganya sama dengan SPBU. Dari segi keamanan, lebih safety karena sesuai standar. Ada uji bakar, uji ledakan, uji kebocoran. Jadi semua sesuai sudah standar Pertamina,” sambungnya.

Menurut Ipuk, BUMDes bisa mengembangkan unit usaha Pertashop utamanya di kecamatan yang belum terjangkau keberadaan SPBU. "Pertashop bisa memudahkan masyarakat untuk menjangkau BBM dengan harga yang sama. Karena itu sangat prospek apabila dikembangkan oleh BUMDes, sehingga bisa menjadi penggerak pendapatan desa," kata Alumni Universitas Negeri Jakarta itu.

Untuk membuka Pertashop ini harus memiliki badan hukum, sehingga menurut Ipuk sangat memungkinkan BUMDes bisa mengambil peran. Selain itu jumlahnya juga dibatasi satu Pertashop untuk satu Desa.

Plt Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Banyuwangi, Nanin Oktaviantie, menambahkan Saat ini ada sekitar tiga Pertashop di desa yang ditangani Bumdes, yakni di Desa Wonosobo, Kecamatan Srono; Desa Tamansari, Kecamatan Licin, dan di Kelurahan/Kecamatan Giri.

Sementara dua lokasi baru yang sedang diproses, yakni di Desa Rejoaguang, Kecamatan Srono dan Desa Sambimulyo, Kecamatan Bangorejo. ”Tiga Pertashop sudah jalan. Semuanya dikelola oleh BUMDes,” terangnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved