Berita Tulungagung
Lulusan Perawat Berjubel dan Terlalu Banyak, Ketua PPNI Jatim Ungkap Alternatif Penempatan Kerja
Lulusan perawat berjubel, Ketua PPNI Jawa Timur ungkap sejumlah alternatif penempatan kerja. 22.000-40.000 lulusan perawat menganggur setiap tahunnya.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Sekitar 22.000-40.000 lulusan perawat harus menganggur setiap tahunnya.
Sebab dari seluruh lulusan, hanya sekitar 20 persen saja yang terserap.
Hal ini diungkapkan Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur, sekaligus Ketua Prodi S3 Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya (Unair), Prof Dr Nursalam, M Nurs (Hons).
"Di Jatim saja ada 56 institusi, jika setiap institusi meluluskan 50 perawat, sudah berapa itu. Dan yang terserap tidak lebih dari 20 persen," terang Prof Nursalam, saat di Tulungagung, Minggu (19/12/2021).
Karena itu, ke depan dibutuhkan pusat-pusat pelatihan untuk menyiapkan profesionalisme dan kompetensi perawat.
Salah satunya untuk mempersiapkan penempatan di negara-negara yang kekurangan perawat, seperti Jepang dan Timur Tengah.
Selain itu juga ada koordinasi dengan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), untuk mengawal penempatan para perawat ini.
"Dikoordinir pemerintah, bersama-sama pasok lulusan yang berjubel ini supaya bermanfaat," sambung Prof Nursalam.
Selain itu, ada program Nusantara Sehat yang digagas pemerintah.
Program ini menempatkan para tenaga kesehatan, termasuk perawat di daerah-daerah yang membutuhkan.
Baca juga: Lowongan Kerja Surabaya 16 Desember 2021: Guru TK Bisa Komputer, Sopir Pribadi hingga Tenaga Perawat
Sedangkan di Jawa Timur ada pondok kesehatan desa (ponkesdes), di dalamnya ada perawat.
Sayangnya gaji mereka sempat bermasalah.
Prof Nursalam juga mengusulkan, agar para perawat di ponkesdes diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Hal ini untuk mengatasi kendala usia, sehingga tidak memungkinkan mereka ikut seleksi CPNS.
"Bagaimana setiap kabupaten mengusulkan mereka, untuk ditingkatkan menjadi PPPK," tegasnya.
Pilihan lainnya lulusan perawat ini bisa praktik mandiri atau kelompok.
Dengan meningkatkan kemampuan, setiap perawat mempunyai peluang membuka praktik sendiri.
Dengan begitu mereka tidak harus melamar jadi PNS, atau bekerja di institusi kesehatan lain.
Rendahnya serapan luluran perawat juga terkait kemampuan pembiayaan pemerintah.
Idealnya satu perawat menangani 4-5 pasien saja.
Namun kondisi saat ini satu perawat bisa menangani hingga 20 pasien.
"Situasi ini terjadi karena kemampuan pembiayaan pemerintah masih terbatas," tegas Prof Nursalam.
Dengan situasi saat ini, para mahasiswa jurusan keperawatan harus tahu tujuannya setelah lulus.
Sejak awal mereka harus disiapkan, seperti materi budaya dan bahasa untuk mempersiapkan kerja di luar negeri.
Keberadaan kampus merdeka sangat penting, karena memberi kesempatan mahasiswa mengambil mata kuliah yang dibutuhkannya.
"Karena itu, pendidikan ini istilahnya ijon, sejak awal sudah tahu kerja di mana. Jangan sampai setelah lulus baru dipikir akan kerja di mana, biasanya malas," tandas Prof Nursalam.
Saat ini jumlah perawat di Jawa Timur ada lebih dari 90.000 orang.
Dari jumlah itu, 46.000 di antaranya yang sudah bekerja.