Arti Kata
Arti Kata 'Klitih', Aksi Kriminalitas di Yogyakarta Trending di Twitter, Bisa Muncul karena 2 Faktor
Baru-baru ini linimasa media sosial Twitter diramaikan tagar #YogyaTidakAman. Ini bermula dari unggahan soal klitih. Lantas, apa arti kata klitih?
TRIBUNJATIM.COM - Baru-baru ini linimasa media sosial Twitter diramaikan tagar #YogyaTidakAman.
Hal ini bermula pada unggahan pengguna tentang aksi klitih di daerah underpass Jalan Kaliurang, Yogyakarta.
Lantas, apa sebenarnya arti kata klitih itu?
Berikut penjelasannya dilansir dari Kompas.com, Rabu (29/12/2021).
Baca juga: Arti Kata 8 Bahasa Gaul Populer di Tahun 2021, Terbaru YGY Viral di Media Sosial
Definisi klitih
Melansir Kompas.com, kata klitih adalah bentuk kata ulang yaitu klitah-klitih yang bermakna jalan bolak-balik agak kebingungan.
Hal tersebut berdasarkan Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito yang dijelaskan di Harian Kompas pada 18 Desember 2016.
Pranowo pakar bahasa Jawa sekaligus Guru Besar Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta menjelaskan klithah-klithih masuk kategori dwilingga salin suara atau kata ulang berubah bunyi seperti pontang-panting dan mondar-mandir.
Namun ia mengartikan klithah sebagai keluyuran yang tak jelas arah.
”Dulu, kata klithah-klithih sama sekali tidak ada unsur negatif, tapi sekarang dipakai untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan dan kriminalitas. Katanya pun hanya dipakai sebagian, menjadi klithih atau nglithih yang maknanya cenderung negatif,” kata Pranowo.
Baca juga: Arti Kata Omicron Varian Baru Virus Corona, Berasal dari Huruf Yunani, Berikut Cara Mengucapkannya
Akar permasalahan klitih
Sosiolog kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada, Soeprapto mengatakan terdapat dua faktor yang mendorong tindakan kriminalitas jalanan yang disebut klitih, yakni faktor internal dan eksternal.
Soeprapto menjelaskan faktor internal adalah dorongan yang muncul murni dari diri si pelaku.
Sementara, faktor eksternal berkaitan dengan struktur organisasi yang ada di dalam lingkar pelaku kekerasan.
Dia mengelompokkan lingkar organisasi ke dalam tiga struktur, yakni inti, inti plus, dan inti plus-plus.
Struktur inti terdiri atas pelajar itu sendiri.
Struktur inti plus melibatkan alumni yang pernah terlibat dalam lingkat kekerasan itu.
Sementara inti plus-plus berkaitan dengan preman dan pelaku kriminal lainnya.
Menurut dia, aksi klitih juga bisa muncul ketika sebuah kelompok melakukan rekrutmen anggota baru atau sebagai ajang eksistensi diri.
"Harus mengetahui motivasi dari perilaku klitih itu apa. Karana itu tadi yang saya bilang, mereka ingin membuktikan diri, berarti ada faktor dari luar," ungkap Soeprapto.
Maka, penting untuk mengungkap sindikat atau pergerakan kriminalitas di kalangan remaja ini dari sumbernya.
Baca juga: Arti Kata Prenjon dalam Bahasa Gaul, Viral di Media Sosial, Ini Pengertian & Contoh Penggunaannya
Penyimpangan makna klitih
Makna klitih sendiri, menurut Soeprapto, mengalami pergeseran makna.
Klitih berasal dari kata berulang klitah-klitih yang artinya kurang lebih jalan bolak-balik agak kebingungan.
Sejak Soeprapto masih menempuh pendidikan sekolah menengah, sekitar 1973, dia sering melihat perkelahian antarpelajar di Yogyakarta.
"Kalau dulunya ini kan lebih kepada upaya membela temannya yang memiliki masalah dengan orang lain, seperti dari daerah atau sekolah berbeda. Zaman saya sekolah dulu juga ada, tetapi hanya sebatas perkelahian antarpelajar," kisah dia.
Akibat perkelahian antarpelajar yang tidak kunjung usai, pemerintah setempat sekitar 2008 dan 2009, sempat menegaskan aturan bahwa setiap pelajar yang terlibat perkelahian maka akan dikembalikan kepada orangtua.
"Akhirnya beberapa pelajar yang kemudian sadar, tidak lagi terlibat. Tapi anak-anak yang masih dalam lingkaran kekerasan, mencari atau melampiaskan ke jalanan. Inilah kemudian terjadi penyimpangan makna klitih," ujar Soeprapto.
Geng-geng pelajar ini kemudian mencari musuh secara acak, sehingga belakangan motifnya menjadi lebih beragam.
Bahkan kini para pelajar yang terlibat kriminalitas di jalanan sudah menggunakan alat-alat, seperti rantai, gear sepedah motor, celurit, golok, atau senjata tajam lainnya.
Baca juga: Arti Kata Ambyar di KBBI Bukan Patah Hati, Bahasa Gaul yang Dipopulerkan Mendiang Didi Kempot
Solusi yang dapat dilakukan
Soeprapto berpendapat, peran pihak keluarga, sekolah, lembaga pendidikan, agama, dan kepolisian sangat diperlukan untuk mencari solusi dari akar permasalahan klitih.
"Jangan hanya kita mengandalkan kepolisian atau aparat keamanan, tetapi keluarga dan lembaga pendidikan," kata dia.
Selain itu, menurut pihaknya, lembaga pemerintah dan keagamaan juga berperan dalam mensosialisasikan nilai-nilai antikekerasan dalam rangka mencegah dan memutus rantai kriminalitas di kalangan remaja.
Pelaku di bawah umur Kabid Humas Polda DI Yogyakarta Kombes Yuliyanto mengatakan kriminalitas jalanan yang kerap disebut klitih ini sebagian besar pelakunya merupakan remaja atau pelajar.
"Kejadian kejahatan di jalanan, kriminalitas di jalanan yang disebut klitih itu kan kebanyakan dilaukan oleh anak-anak di bawah umur yang menggunakan sepedah motor," ujar Yulianto.
Kejadian semacam ini umumnya terjadi di malam hari.
Sehingga pihaknya rutin melakukan patroli ke titik-titik lokasi di mana kerap terjadi kasus klitih.
Karena pelaku banyak dari kalangan pelajar, pihaknya juga melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan merazia kendaraan yang dipakai anak-anak yang belum cukup umur.
Karena klitih melibatkan anak-anak atau remaja, maka hukuman yang diberikan juga lebih ringan.
Maka, solusi terbaik menurut Yulianto adalah dengan pencegahan.
"Penyuluhan ke sekolah juga sering dilakukan. Dulu saat masih ada pembelajaran tatap muka kita juga berkegiatan di sekolah untuk menyampaikan supaya tidak terjadi kekerasan antarsekolah," kata Yulianto.