Berita Terkini
Nasib Laut China Selatan saat Sekutu China Pegang Kepemimpinan ASEAN, Indonesia Bisa Pusing?
Kepemimpinan ASEAN sekarang berada di tangan Kamboja yang selama ini dikenal sebagai sekutu China. Lalu, bagaimana nasib Laut China Selatan?
Hal ini akan melawan langkah yang sudah dibangun ASEAN yang tidak mengundang pemimpin junta dari pertemuan tahun lalu di tengah kekhawatiran atas kurangnya kemajuan penerapan "Konsensus Lima Poin" yang bertujuan mengembalikan demokrasi dan mengakhiri kekerasan di Myanmar.
Langkah Indonesia
Mengantisipasi kemunduran di bawah kepemimpinan Hun Sen, Indonesia dan Filipina mulai mengurusi masalah ini bersama dan menyeru kerjasama regional yang lebih besar.
Kepala Bakamla, Laksamana Madya TNI Aan Kurnia, baru-baru ini mengundang rekan-rekan dari Brunei, Malaysia, Filipina, Singapura dan Vietnam dalam pertemuan Februari mendatang.
Tujuan pertemuan ini adalah untuk "berbagi pengalaman dan mendorong persaudaraan."
Aan Kurnia menekankan kepentingan menghadirkan "pendekatan terkoordinasi" untuk masalah keamanan regional, terutama di Laut China Selatan, dan "bagaimana merespon di lapang ketika kami menghadapi masalah yang sama" tanpa secara langsung menyebut China.
Walaupun Indonesia bukanlah negara penuntut langsung, Indonesia sudah menerima penghinaan "zona abu-abu" China di Laut Natuna Utara, yang tumpang tindih dengan ujung klaim sembilan garis putus-putus China, klaim yang menyebut China menguasai seluruh Laut China Selatan.
Antara Desember 2019 sampai Januari 2020, sebanyak 60 kapal China masuk ke dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) membuat Jakarta menyerukan banyak protes diplomasi dan mengirimkan jet tempur dan kapal perang ke wilayah itu.
Baru-baru ini juga Indonesia mendapat penghinaan oleh China atas aktivitas eksplorasi energi di ZEE Indonesia dengan mitra asing, termasuk Harbour Energy dari Inggris dan Zarubezhneft dari Rusia.
Bakamla menyelesaikan proyek latihan enam bulan di landas kontinen Indonesia di Laut Natuna Utara sebagai "kemenangan" atas perlawanan China.
Aan Kurnia mengklaim Indonesia telah "mencetak poin" melawan China walaupun latihan terus-terusan dibayangi oleh kapal-kapal coast guard China.
"Poinnya adalah kapal-kapal China itu tidak mengganggu kami secara fisik dan latihan selesai," ujar Aan dengan bangga di depan para reporter dalam review akhir tahun bulan lalu.
Kini, Indonesia menyeru kerjasama lebih besar di antara negara-negara yang terdampak, yang juga telah menerima sikap asertif China beberapa tahun belakangan.
Satya Partama, pejabat pemerintah Indonesia, mengatakan pertemuan yang diadakan Bakamla akan melengkapi forum Coast Guard ASEAN dan menjadi "kesempatan bagus untuk coast guard ASEAN dan badan penerapan hukum maritim untuk berbicara dan bekerjasama dengan satu sama lain."
Kumpulan berita terkini
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul "Indonesia Lagi yang Pusing Setelah ASEAN Dipegang Pemimpin Negara Sekutu Setia China Ini, Lihat Langkah Indonesia Cegah ASEAN Jadi Boneka Tiongkok Selamanya"