Berita Entertainment
Nasib Pencipta 'Lingsir Wengi' Meninggal Dalam Kemiskinan, Dulu Pernah Ngamen Bareng Rhoma Irama
Kisah pilu Sukap Jiman pencipta lagu 'Lingsir Wengi' yang meninggal dalam kemiskinan, ternyata dulu pernah ngamen bareng Rhoma Irama.
Penulis: Alga | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM - Terungkap nasib pilu Sukap Jiman pencipta lagu Lingsir Wengi.
Pasalnya hingga akhir hayatnya, Sukap Jiman meninggal dunia dalam kemiskinan.
Tentu hal ini menjadi ironi yang sungguh menyedihkan.
Padahal lagu Lingsir Wengi sangat populer di masanya.
Baca juga: Tubuh Dorce Gamalama Makin Kurus hingga Tulangnya Menonjol, Sule Tak Kuasa Tahan Tangisnya: Ya Allah
Ya, kebanyakan orang Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah mengenal lagu berjudul Lingsir Wengi.
Namun, dilansir dari GridHot.ID, sosok pencipta lagu Lingsir Wengi yang bernama Sukap Jiman memang jarang disorot.
Kini Sukap Jiman telah tutup usia pada Minggu (16/1/2022), di rumahnya yang berada di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Sukap Jiman meninggal dunia di usia 88 tahun.

Hal ini menjadikan Sukap Jiman seorang seniman keroncong dan campursari di Tanah Air yang nasibnya tak beruntung.
Lantaran hingga akhir hayatnya Sukap Jiman hidup dalam jerat kemiskinan.
Sungguh miris apabila mengingat karyanya yang berupa lagu Lingsir Wengi sangat populer di masanya.
Diketahui lagu Lingsir Wengi banyak diperdengarkan di banyak tempat.
Bahkan lagu tersebut juga dicover oleh sejumlah YouTuber.
Namun Sukap Jiman disebut tak mendapatkan royalti sama sekali.
Baca juga: Dulu Terkenal, Nasib Pilu Pemain Si Doel Anak Sekolahan, Meninggal di Gubuk Pinggir Sungai
Meski begitu, keluarga Sukap Jiman berharap royalti dari lagu-lagu ayahnya tetap bisa cair.
Nursarmisri anak tertua Sukap Jiman mengatakan, selama hidup ayahnya telah menciptakan delapan lagu.
Seperti 'Lingsir Wengi', 'Mendung Sore', 'Loro Ati', dan 'Dudu Bandha Raja Brana'.
"Ada tokoh masyarakat dari Kartasura yang sudah kami serah terimakan untuk mengurus royalti dari lagu ciptaan bapak."
"Tapi, Bapak belum menerima royalti dari lagu yang diciptakan," kata Nursarmisri.
Saking lamanya menunggu, Sukap Jiman sudah pasrah memikirkan royalti.
Ia sudah punya pikiran, mustahil baginya royalti tersebut cair.
"Bapak sudah tidak pernah tanya lagi soal royalti. Tapi kami harap, royalti tersebut bisa cair," harap Nursarmisri.

Diketahui Sukap Jiman sempat muntah-muntah sebelum meninggal dunia.
Nursarmisri mengatakan, ayahnya memiliki riwayat penyakit stroke dan rematik.
"Kondisinya akhir-akhir ini sehat. Tapi sehatnya orang tua. Tidak mengeluh sakit," katanya.
Namun sebelum keluarga membawanya ke rumah sakit, nyawa Sukap Jiman sudah tidak tertolong.
"Belum sempat dibawa ke rumah sakit, bapak sudah meninggal," ucapnya.
Dia tutup usia sekitar pukul 09.30 WIB dan jasad Sukap Jiman dikebumikan pukul 15.00 WIB di TPU Widorsari.
"Tadi dimakamkan jam 14.00 lebih sedikit. Acara pemakamannya maju, antisipasi hujan," terang Nursarmisri.
Baca juga: Pernah Nyaris Bikin Inul Hancur, Nasib Biduan ini Miris Demi Sesuap Nasi, Kini Jadi Penjual Beras
Sukap Jiman diketahui hidup menumpang anaknya, Nursarmisri, di Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo.
Rumah yang dia tinggali bersama anaknya sangat sederhana.
Dindingnya belum dilabur cat, atapnya hanya asbes.
Selain itu lantainya juga belum dikeramik.
Nursarmisri mengatakan, malam sebelum ayahnya meninggal, Sukap Jiman sempat nonton sinetron Ikatan Cinta.
"Bapak memang suka nonton sinetron Ikatan Cinta," ujarnya.
Saat menyaksikan sinetron tersebut, Sukap Jiman minta minum dan diberikan air minum.
Tak seperti biasanya, dia tidak bisa minum sendiri dan harus dibantu.
"Saya suapin pakai sendok, tapi langsung muntah," ucap Nursarmisri.
Selang beberapa waktu, Sukap Jiman mengatakan ingin memakan bubur sumsum.
Nursarmisri kemudian membuatkan bubur, dan disuapkan kepada ayahnya, namun kembali dimuntahkan.
Pagi harinya, kondisi Sukap Jiman semakin memburuk.
Dia sempat muntah dua kali, lalu meninggal dunia.

Sukap Jiman sebelumnya pernah menceritakan pertemuannya dengan Legenda Dangdut Indonesia, Rhoma Irama.
Pertemuan tersebut bermula sekitar tahun 1964 silam saat Rhoma Irama datang ke Solo bersama empat orang temannya.
Rhoma Irama saat itu masih berumur sekitar 19 tahun.
"Sekira tahun 1964 atau 1965, Rhoma Irama datang ke Solo 'Bonek' naik kereta dan ketahuan di Stasiun Solo Balapan," tutur Sukap Jiman kepada TribunSolo.com, Sabtu (4/1/2020).
"Saat itu, dia sama empat orang temannya, singkatnya ketemu sama saya dan mereka dalam kondisi lapar semua."
"Itu sekitar pukul 10.00 WIB, terus saya ajak ke warung langganan saya," kenang Sukap Jiman.
Sukap Jiman mengaku sampai rela berutang supaya mereka tidak kelaparan.
"Mereka saya suruh makan semua, saya bayari, saya sampai berhutang ke warung," aku dia.
"Ternyata, dari kelima orang itu yang bisa berkesenian hanya Rhoma Irama."
"Rhoma sempat bertanya, apakah ia boleh ikut mengamen karena ia bisa bernyanyi," tambahnya.

Rhoma Irama kemudian ikut mengamen dengan Sukap Jiman kurang lebih selama 1,5 tahun dan membentuk kelompok musik bernama Suara Kelana.
Kelompok tersebut berisi enam orang yang berasal dari berbagai daerah.
"Teman-temannya pulang satu per satu, tapi yang tinggal cuma Rhoma, 1,5 tahun dia ikut dengan saya," kata Sukap Jiman.
Suara Kelana diketahui mengamen di sekitaran kompleks Silir, Solo.
Hasil mengamen yang didapatkan tergolong tinggi pada waktu itu.
Ya, sehari mereka bisa mendapat Rp50 dan bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan mereka.
"Hasil kasarannya sehari bisa dapat Rp50, waktu itu tergolong tinggi untuk penghasilan," ujar Sukap Jiman.
"Sebanyak Rp10 biasanya buat naik andong dari Stasiun Solo Balapan hingga ke lokasi ngamen, dan sisanya untuk kebutuhan lainnya," tandasnya.