Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Malang

Soal Banyak Orang Jadi Sukses usai Berdoa di Kraton Gunung Kawi, Juru Kunci: Dipengaruhi 3 Sikap

Kisah kesuksesan usai memanjatkan doa di Kraton Gunung Kawi, Wonosari, Kabupaten Malang diyakini benar adanya. Sugesti tersebut disampaikan oleh Wakil

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/ERWIN WICAKSONO
Pintu gerbang Kraton Gunung Kawi, Wonosari, Kabupaten Malang. 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Kisah kesuksesan usai memanjatkan doa di Kraton Gunung Kawi, Wonosari, Kabupaten Malang diyakini benar adanya. Sugesti tersebut disampaikan oleh Wakil Juru Kunci Kraton Gunung Kawi, Agus Arifin.

"Sering (yang berhasil). Kalau tidak ada yang berhasil, jelas ini (Kraton Gunung Kawi) sepi," beber Agus ketika ditemui di Vihara Kwan Im, Selasa (1/2/2022).

Sebagai juru kunci, Agus mengaku menyaksikan testimoni keberhasilan sebuah ritual dengan kesuksesan hidup yang ingin dicapai para pemanjat doa.

"Analisa saya, dari 10 prosesi ritual ada 8 ritual yang terlihat hasilnya. Namun kemungkinan gagal juga ada," papar pria yang sudah puluhan tahun jadi juru kunci tersebut.

Baca juga: Klenteng Gunung Kawi Lengang di Tahun Baru Imlek 2021, Pengunjung Tak Sampai 100 di Tengah Pandemi

Agus menyakini jika tingkat keberhasilan ritual hingga berbuah menjadi kesuksesan dipengaruhi tiga sikap. Yakni kepercayaan, pemahaman dan keikhlasan. Jika 3 poin tersebut berimplikasi pada keberhasilan seseorang.

"Seperti tingkat kepercayaan. Membuat orang percaya ini tidak mudah. Selanjutnya, pemahaman, memahami proses tradisi. Ketiga adalah keikhlasan yang  bersangkutan. Nah ini tidak boleh kurang," paparnya.

Agus membagi tipikal pengunjung di Kraton Gunung Kawi ke dalam 2 jenis. Yakni pengunjung wisata dan pengunjung punya tujuan khusus.

"Pengunjung punya tujuan khusus disarankan memberikan sesajian persembahan tradisi ritualnya. Macam-macam tergantung kepentingannya," jelas Agus.

Baca juga: Modin di Malang Meninggal Dunia saat Pimpin Ijab Kabul Pernikahan Siri, Sempat Mengeluh Tangan Lemas

Pria ramah ini menjelaskan, sesaji yang harus disediakan ada berbagai jenis. Sesaji tersebut berupa tumpeng. Masing-masing tumpang punya makna tersendiri tergantung hajat yang dipanjatkan.

"Contoh pengusaha yang lagi surut usahanya karena berbagai faktor. Bisa menggunakan tumpeng robyeng. Isinya nasi putih lauknya menggunakan ikan air tawar, di ujung tumpeng dikasih bunga dirangkai seperti sate. Tumpeng robyong maknanya pengayoman dan ketentraman. Agar usahanya senantiasa tentram," tutur Agus.

Selain tumpeng robyong, Agus juga menjelaskan 2 jenis tumpeng lain yang memiliki filosofi berbeda-beda.

"Tumpeng kabuli isinya nasi kuning pakai ayam. Maknanya agar terkabul apa yang diinginkan oleh yang Maha Kuasa"

"Kalau tumpeng kuat pakai jajan pasar di tengahnya di isi ketan. Maknanya agar kuat menjalani ujian hidup. Ketan kan lengket jadi agar ikatan dengan rekan tetap kuat," jelasnya.

Terakhir, Agus menyatakan dalam setiap ritual doa yang dijalani di Kraton Gunung Kawi tidak penyertaan tumbal gaib.

"Perlu saya tegaskan tidak ada segala macam tumbal saat prosesi ritual," tandasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved