Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sinopsis Drama Korea

Sinopsis Drakor Hymn of Death Lee Jong Suk dan Shin Hye Sun Episode 2: Rindu yang Menyiksa

Berikut sinopsis drakor Hymn of Death Lee Jong Suk dan Shin Hye Sun Episode 2: Rindu yang tak tertahankan dan menyiksa hingga kebimbangan hati.

Penulis: Dwi Prastika | Editor: Dwi Prastika
Soompi
Drakor "Hymn of Death" yang diperankan Lee Jong Suk dan Shin Hye Sun - Berikut Sinopsis Hymn of Death Lee Jong Suk dan Shin Hye Sun Episode 2. 

TRIBUNJATIM.COM - Di episode pertama "Hymn of Death," menceritakan tentang pertemuan pertama Kim Woo Jin (Lee Jong Suk) dan Yun Sim Deok (Shin Hye Sun), hingga benih-benih cinta yang muncul.

Selama beberapa hari, Yun Sim Deok bahkan menunggu Kim Woo Jin di kantor polisi karena sangat khawatir dengan keadaan Kim Woo Jin yang disiksa polisi Jepang.

Baca juga: Sinopsis Drakor Hymn of Death Lee Jong Suk dan Shin Hye Sun Episode 1: Petemuan dan Perpisahan

Berikut Sinopsis Hymn of Death Lee Jong Suk dan Shin Hye Sun Episode 2.

Setelah dibebaskan polisi Jepang, Kim Woo Jin keluar dan melihat Yun Sim Deok di depan kantor polisi.

Yun Sim Deok yang melihat Kim Woo Jin terluka karena dipukuli polisi Jepang menangis.

Kim Woo Jin mengantarkan Yun Sim Deok ke rumahnya. Saat sampai di depan rumah, mereka bertemu ayah Yun Sim Deok, Yoon Suk Ho (Kim Won Hae).

Kim Woo Jin masuk ke rumah Yun Sim Deok dan bertemu ibu serta adik-adik Yun Sim Deok.

Saat itulah Kim Woo Jin mengetahui Yun Sim Deok berasal dari keluarga sederhana, dengan adik-adik yang ceria dan orang tua yang hangat.

Yun Sim Deok juga mengira Kim Woo Jin berasal dari keluarga sederhana yang berjuang agar bisa sekolah di Tokyo Jepang. Bahkan membiayai sebagian besar kebutuhan latihan teater.

Setelah mengobati luka Kim Woo Jin, Yun Sim Deok mengajak Kim Woo Jin ke tempat yang ingin didatanginya.

Adegan berlanjut Yun Sim Deok dan Kim Woo Jin berjalan-jalan. Tampak luka Kim Woo Jin sudah sembuh.

Saat berjalan-jalan, mereka melihat seorang wanita yang memakai topi cantik berjalan dengan anggun.

Kim Woo Jin mengatakan topi itu cantik.

Kim Woo Jin juga menceritakan jika Soosan ada nama penanya saat menulis. Yun Sim Deok dengan ceria mengatakan jika nama penanya adalah Soosun.

Keduanya tersenyum.

Mata Kim Woo Jin tertuju pada sebuah toko yang memajang "Waves of the Danube" oleh Ion Ivanovici. Yun Sim Deok mengatakan lagu tersebut adalah kesukaannya. Kim Woo Jin memuji lagu tersebut.

Keduanya kemudian ke Dansungsa, tempat yang ingin dikunjungi Yun Sim Deok bersama Kim Woo Jin.

Di dalam Dansungsa, Yun Sim Deok mengatakan mimpinya yang ingin menjadi soprano terbaik di Joseon dan bernyanyi di panggung yang lebih besar. Yun Sim Deok ingin saat kelak ia bernyanyi di Dansungsa, Kim Woo Jin datang menontonnya, untuk membantunya agar tak gugup bernyanyi di depan banyak orang.

Kim Woo Jin mengiyakan keinginan Yun Sim Deok. Yun Sim Deok pun tersenyum gembira mendengarnya.

Saat makan malam bersama, Yun Sim Deok menanyakan mimpi Kim Woo Jin. Kim Woo Jin menceritakan hal yang ia sukai adalah saat ia menulis dan orang lain membacanya. Juga menulis hingga akhir hayatnya.

Adegan berlanjut saat Yun Sim Deok melempar kerikil ke kantor polisi Jepang. Kim Woo Jin menghentikan aksi Yun Sim Deok. Ia terlihat tidak senang dengan apa yang dilakukan Yun Sim Deok.

Namun tanpa diduga Kim Woo Jin mengambil batu dan melemparkannya ke kantor polisi Jepang hingga memecahkan kaca jendela. Keduanya berlari dikejar polisi Jepang.

Kim Woo Jin menggenggam tangan Yun Sim Deok dan tersenyum sambil berlari. Keduanya berhasil kabur dari kejaran polisi Jepang dengan bersembuyi.

Saat bersembunyi, Kim Woo Jin kembali menggenggam tangan Yun Sim Deok, namun ia ragu dengan apa yang akan dilakukannya.

Adegan berlanjut saat Kim Woo Jin mengundang Yun Sim Deok ke rumahnya di Mokpo, dan menginap bersama rombongan sebelum kembali ke Tokyo.

Setelah Kim Woo Jin naik trem, Yun Sim Deok melihat sebuah topi yang sangat cantik. Ia pun membelinya agar bisa tampil cantik saat berkunjung ke rumah Kim Woo Jin.

Keesokan harinya rombongan menunggu Yun Sim Deok di Gyeong Seong. Yun Sim Deok yang tampil cantik dengan topi barunya mendapat pujian teman-temannya. Namun berbeda dengan ekspresi wajah Kim Woo Jin.

Saat di kereta, Kim Woo Jin terus memandangi Yun Sim Deok dari belakang. Hong Nan Pa menyadarinya.

Di depan rumah Kim Woo Jin, Yun Sim Deok baru mengetahui jika Kim Woo Jin adalah putra keluarga terkaya di Mokpo.

Terlihat seorang wanita yang menyambut kedatangan Kim Woo Jin dan memintanya menemui sang ayah. Di akhir kalimatnya, wanita itu memanggil Kim Woo Jin dengan panggilan suami.

Yun Sim Deok yang baru mengetahui Kim Woo Jin ternyata telah beristri terlihat sedih dan terkejut. Kim Woo Jin menatap Yun Sim Deok lalu menunduk.

Malam harinya sebelum kembali ke Tokyo, rombongan menggelar pesta kecil di rumah Kim Woo Jin. Yun Sim Deok diminta bernyanyi namun ia mengaku suaranya serak dan tak bisa bernyanyi.

Yun Sim Deok yang masih sedih dengan kenyataan yang baru ia ketahui memilih pergi dari rumah Kim Woo Jin dan meninggalkan topinya bersama sebuah surat.

Keesokan harinya, setelah rombongan pergi dari rumah Kim Woo Jin, ayah Kim Woo Jin memarahi anaknya. Ia menentang keras keinginan Kim Woo Jin untuk menulis dan memintanya menjadi penerus bisnis keluarga.

Meski terlihat ragu dan sedih, Kim Woo Jin mengiyakan permintaan ayahnya.

Saat berada di ruang kerja, istri Kim Woo Jin memberikan topi Yun Sim Deok pada suaminya. Ia juga meminta Kim Woo Jin untuk menuruti permintaan ayahnya agar tak lagi menulis sastra.

Kim Woo Jin kemudian menanyakan pada istrinya apa dia lelah menjalani hidup yang sudah diatur. Namun sang istri mengatakan tak pernah merasa lelah menjalaninya.

Empat bulan berlalu, Yun Sim Deok menemui Kim Woo Jin saat di Tokyo. Tak seperti biasanya, keduanya bertemu dengan raut wajah sedih. Yun Sim Deok berterima kasih pada Kim Woo Jin karena telah mengundangnya ke rumah.

Saat keluar dari tempat makan, Kim Woo Jin dan Yun Sim Deok melihat seorang anak kecil yang membagikan kabar Takeo Arishima mengakhiri hidup bersama kekasihnya.

Saat itulah Yun Sim Deok mengatakan, jika cinta terlarang menyebabkan penderitaan, kau akhiri saja, kenapa sampai bertindak seperti itu?

Kim Woo Jin menimpali dengan mengatakan, kesepian yang terasa setelah berpisah pasti membuat takut.

Namun Yun Sim Deok mengatakan jika perasaan itu bisa dilupakan setelah berjalannya waktu.

Yun Sim Deok pun mengajak Kim Woo Jin berjabat tangan. Kim Woo Jin membalasnya. Mereka pun tak pernah bertemu lagi setelah itu.

Lima tahun kemudian.

Kim Woo Jin menuruti pemintaan ayahnya untuk melanjutkan bisnis keluarga. Saat membaca koran, Kim Woo Jin melihat berita penyanyi Yun Sim Deok akan tampil di Dansungsa.

Kim Woo Jin pun ingat dengan janjinya pada Yun Sim Deok, dan datang ke pertunjukan.

Melihat Kim Woo Jin dari atas panggung, Yun Sim Deok berlari mengejar Kim Woo Jin. Ia sadar tak bisa melupakan perasaannya pada Kim Woo Jin, meskipun ia berusaha membunuh perasaannya.

Begitupun dengan Kim Woo Jin yang masih merindukan kebersamaan mereka.

Setelah mengganti gaunnya, Yun Sim Deok berjalan dan berbicara dengan Kim Woo Jin. Yun Sim Deok berterima kasih karena Kim Woo Jin mengingat janjinya.

Saat itu juga Yun Sim Deok mengatakan ia tak bisa melupakan Kim Woo Jin dan selalu merindukannya.

Kim Woo Jin memeluk Yun Sim Deok dan memintanya untuk membiarkan perasaannya. Karena ia juga merasakan hal yang sama.

Sejak saat itu, Yun Sim Deok mengirim surat pada Kim Woo Jin, dan Kim Woo Jin membalasnya. Yun Sim Deok juga meminta Kim Woo Jin terus menulis sastra.

Saat istri Kim Woo Jin membuka laci kerja, ia menemukan topi Yun Sim Deok dan sebuah kertas.

Di tempat terpisah, Yun Sim Deok menjadi penyanyi di stasiun penyiaran Gyeongseong. Namun gajinya dari menyanyi kecil dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Yun Sim Deok mengirim surat pada Kim Woo Jin dan berbohong bahwa keadaannya baik-baik saja serta semuanya berjalan dengan lancar. Dia juga mengungkapkan kebahagiaannya bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama.

Membaca surat dari Yun Sim Deok, Kim Woo Jin tersenyum dan langsung membalasnya. Dia juga berbohong dirinya baik-baik saja saat mengelola perusahaan. Di sela-sela kesibukannya, Kim Woo Jin masih menulis beberapa ulasan untuk majalah sastra atau puisi. Di akhir suratnya ia menyatakan kerinduannya pada Yun Sim Deok.

Namun di tengah kebahagiaan mereka, orang tua Yun Sim Deok meminta anaknya untuk menikahi pria kaya yang akan menjamin kehidupan keluarganya, dan menyekolahkan adik-adiknya ke luar negeri.

Yun Sim Deok merasa bimbang. Ia mencintai Kim Woo Jin, namun ia juga harus menghidupi keluarganya, karena kondisi sang ayah yang sakit.

Yun Sim Deok memutuskan untuk pergi dari rumah dan menelepon Kim Woo Jin.

Kim Woo Jin pun datang menemui Yun Sim Deok. Mereka pergi ke pantai bersama. Saat itulah Yun Sim Deok menceritakan tentang pria kaya yang melamarnya. Keduanya diam dalam kebimbangan memilih cinta atau keluarga.

Kim Woo Jin pulang dan disambut sang istri. Dia juga dimarahi ayahnya karena meninggalkan dokumen yang harus ditandatangani. Ayah Kim Woo Jin melarang anaknya pergi ke Gyeongseong.

Di sebuah tempat makan, Yun Sim Deok bertemu pria kaya yang melamarnya, Kim Hong Ki (Lee Sang Yeob).

Sementara itu, ayah Kim Woo Jin menerima paket untuk Kim Soosan.

Kim Hong Ki juga ke rumah Yun Sim Deok untuk bertemu keluarganya. Yun Sim Deok lalu mengantar Kim Hong Ki dari rumahnya menuju jalan utama. Di tengah jalan, Yun Sim Deok meminta maaf dan mengatakan belum siap. Kim Hong Ki terlihat sedih mendengarnya.

Kim Woo Jin yang merasa bimbang dan frustrasi menjadi sering meminum alkohol. Dia bisa menghabiskan waktu semalaman untuk menulis. Saat itulah sang ayah datang dan marah mengetahui Kim Woo Jin masih saja menulis sastra. Bahkan mengirimkannya ke sebuah majalah. Sang ayah mengatakan Kim Woo Jin melawannya.

Kim Woo Jin menangis dan mengatakan apa yang dipikirkannya selama ini. Bagaimana hidupnya terkekang karena tuntutan sang ayah, ia bahkan menikah untuk menuruti permintaan sang ayah, dan menulis adalah cara agar dirinya bisa sedikit bernapas dalam tekanan.

Lewat tulisannya, Kim Woo Jin ingin melakukan sesuatu untuk kemerdekaan Joseon. Dia merasa menjadi pengecut karena menuruti semua permintaan sang ayah.

Ayah Kim Woo Jin kaget mendengar jawaban anaknya. Dia pun pergi dan menganggap sang anak terlalu mabuk.

Adegan diakhiri dengan sebuah kutipan.

"Ayah, bersama pusaran angin di hatiku, untuk kali pertama dalam hidupku, aku memilih menentang kehendakmu," dari Meninggalkan Rumah, sastra pemenang penghargaan, 21 Juni 1926.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved