Traveling Berkeliling Dunia Jadi Cara Nunuk Suparni Temukan Inspirasi Motif Batik Baru
Traveling keliling dunia jadi cara Nunuk Suparni, pemilik Batik Morodadi Solo, menemukan inspirasi motif batik baru.
Penulis: Melia Luthfi Husnika | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Melia Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Untuk menemukan inspirasi membuat motif baru, pemilik Batik Morodadi Solo, Nunuk Suparni Kartono (70), mengaku dirinya melakukan traveling.
Wanita yang lahir pada 19 Februari 1952 ini sudah merintis bisnis batiknya sejak tahun 1968. Kini, bisnis batik tersebut mulai ia estafetkan kepada sang anak.
Batik morodadi Solo sudah membuat ribuan batik lembaran maupun busana jadi yang sudah dipasarkan. Dalam prosesnya, pembuatan batik-batik tersebut membutuhkan inspirasi dan ide baru, terutama soal motif.
Nunuk memiliki cara sendiri untuk menemukan inspirasi terkait motif-motif batik yang akan dibuatnya. Tak hanya membuat batik pakem yang sarat akan makna filosofis, ia juga membuat pola dan motif batik yang kekinian.
Inspirasi dan ide terkait motif-motif batik tersebut didapatkan ketika ia menjelajah berkeliling dari satu daerah ke daerah yang lain. Nunuk kerap mengamati berbagai busana dengan motif-motif kain selain batik.
"Dari yang saya amati tersebut, saya coba berpikir, ini kalau dibuat batiknya pasti bagus. Nanti modelnya dibuat serupa, namun dengan sentuhan batik dan beberapa aksen yang berbeda," ujar Nunuk.
Karena merasa ia selalu menemukan inspirasi ketika mengunjungi tempat-tempat baru, maka Nunuk mengagendakan untuk pergi berkunjung ke beberapa daerah.
Menariknya, tak hanya berkeliling Indonesia, Nunuk juga menyempatkan untuk berkunjung ke negara tetangga. Nunuk bahkan pernah mendatangi Tiongkok dan Taiwan hingga negara-negara di Eropa untuk mendapatkan inspirasi desain batik.
"Sebenarnya saya sendiri memang hobi kulineran dan traveling, jadi sekalian refreshing saya juga mendapatkan inspirasi untuk membuat desain dan motif baru untuk Batik Morodadi Solo," ungkapnya.
Perempuan asli Solo ini mengatakan, selalu mengikuti tren dan perkembangan fashion dari tahun ke tahun. Tujuannya, agar yang mau memakai batik buatannya tidak hanya orang dewasa saja, namun juga dari kalangan anak muda dan remaja.
Untuk bisa mencapai target market tersebut, Nunuk harus menyesuaikan dengan tren fashion yang sedang berkembang di masa itu. Mulai dari motif yang dikembangkan hingga desain dan model busana yang lebih kekinian.
Menurut Nunuk, pangsa pasar Batik Morodadi Solo memiliki segmentasi masing-masing. Untuk orang dewasa, biasanya menyukai motif batik klasik seperti sogan dan warna-warna gelap.
"Nah kalau yang anak muda ini biasanya lebih suka batik dengan warna-warna terang dan motif-motif yang lebih hidup. Kami terus mengikuti perkembangan seperti apa sih tren fashion yang tengah naik daun saat ini," katanya.
Sementara itu, Intan Vriendrieati, istri dari Muhamad Wahyu Nugraha (anak bungsu Nunuk Suparni) menuturkan, sang ibu memang suka berpergian untuk mencari inspirasi motif batik sejak dulu. Intan melihat, sang ibu memang sangat menyukai batik dan pengembangannya.