Berita Surabaya
Penukaran Uang Jadi Ajang Bisnis Tahunan, Pelaku Usaha di Surabaya Ngaku Dapat Modal dari Utang
Jasa penukaran uang mendekati hari raya Idul Fitri menjadi salah satu yang tak lekang oleh zaman. Malasnya masyarakat untuk antre menukarkan uang
Penulis: Firman Rachmanudin | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Firman Rachmanudin
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Jasa penukaran uang mendekati hari raya Idul Fitri menjadi salah satu yang tak lekang oleh zaman.
Malasnya masyarakat untuk antre menukarkan uang, membuat bisnis tahunan itu banyak diserbu masyarakat untuk diberikan kepada sanak saudara sebagai hadiah saat hari raya idul Fitri.
Jasa penukaran uang yang banyak ditemui di sepanjang jalan di Surabaya, mengaku bisnis tersebut telah digeluti sejak beberapa tahun lalu.
Mereka tetap melakukan untuk mendapat keuntungan meski dengan modal panas.
Baca juga: Mobilitas Kendaraan Angkutan Barang di Jawa Timur Akan Dibatasi Selama Arus Mudik dan Balik
Ahmad bukan nama sebenarnya, salah satu pedagang yang ditemui di Jalan Pahlawan, Surabaya, Rabu (20/4/2022) mengatakan, dirinya sudah menjalankan bisnis tahunan itu sejak usianya masih belasan tahun pada 2022 lalu.
"Sudah dari kecil saya sudah dagang (penukaran) yang dan sampai sekarang," ucapnya.
Disinggung modal yang harus disiapkan untuk dapat menukar uang pecahan itu, pria asal Madura ini mengaku harus mencari pinjaman dengan jangka waktu dan bunga yang cukup tinggi.
"Kalau modal sendiri tidak mungkin, karena cukup besar, terpaksa mencari pinjaman meski itu uang panas," tambahnya.
Sementara, dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memberikan layanan kepada masyarakat penukaran uang pecahan maksimal Rp 3,8 juta setiap orang, Ahmad mengaku tidak mungkin akan memenuhi stok dagangannya.
"Ya kalau menukar di BI, cuma segitu dan tidak mungkin bisa memenuhi stoklah, apalagi di bank lain tidak menerima penukaran itu. Tapi disini kan ada orang dalam," ungkapnya.
Terkait orang dalam sendiri, menurut Ahmad ada pihak lain yang disebut sebagai pengepul yang diduga bekerja sama dengan pihak Bank Indonesia, sehingga dapat memenuhi stok dagangannya.
"Kalau mengandalkan dari BI cuma Rp 3,8 juta dengan pecahan Rp 20 ribu sebesar Rp 2 juta, Rp 10 ribu sebesar Rp 1 juta, Rp 5 ribu sebesar Rp 500 Ribu, pecahan Rp 2 ribu sebanyak Rp 200 ribu dan pecahan seribu sebesar Rp 100 ribu. Ya terpaksa mengambil kepada pengepul," lanjutnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Syaiful, bukan nama sebenarnya, yang menggelar dagangannya di depan Polrestabes Surabaya, dengan mengambil uang dari pengepul sehingga menjual dengan harga lebih tinggi.
"Kalau pecahan 20 ribu dari mereka (pengepul) dalam Rp 2 juta harganya menjadi Rp 2.150.000, untuk pecahan Rp 10 ribu dan Rp 5 ribu harganya masing masing Rp 1 juta menjadi Rp 1.100.000. Juga dengan pecahan lainnya, jadi untuk mendapat keuntungan, kami ke melepas dengan harga lebih tinggi," ungkapnya.
Syaiful memastikan adanya permainan yang dilakukan oleh oknum pegawai Bank BI dan pengepul di Surabaya.
"Ya pasti ada permainan, kalau kami mengambil langsung banyak begini, sama BI tidak dilayani, makanya mengambil kepada pengepul," pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
