Berita Surabaya
Kisah Pria Tunanetra asal Pamekasan Naik Haji, Mengaku Jarang Keluar Kota: Paling Jauh ke Jember
Kisah langka dan mengharukan menghiasi pelaksnaan ibadah haji 2022 dari Embarkasi Surabaya. Amin Jakfar (42), calon jemaah haji (CJH) asal Jl Raya Pa
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kisah langka dan mengharukan menghiasi pelaksnaan ibadah haji 2022 dari Embarkasi Surabaya. Amin Jakfar (42), calon jemaah haji (CJH) asal Jl Raya Pademawu Pamekasan, Madura, Jatim, berangkat ke Mekkah dalam keadaan tunanetra, tidak bisa melihat.
Dalam kondisi tanpa penglihatan, Amin hanya berbekal tongkat kecil di tangan. "Saya siap melaksanakan ibadah haji. Allah lah yang membimbing saya," ungkap Amin di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Minggu (19/6/2022).
Selama ini, Amin mendapat bimbingan haji bersama adik perempuannya, Fatimaturahmah. Termasuk manasik haji juga bareng adiknya yang juga terbang di hari yang sama.
Rencananya, Amin akan terbang ke tanah suci pada Senin (20/6/2022) pagi bersama kloter 23.
"Saya sedih karena ibu saya tidak jadi pergi haji bersama. Ibu sudah berusia 66 tahun sehingga tidak diperkenankan berangkat tahun ini," ucap Amin.
Pria yang menyandang tuna netra sejak lahir ini tetap semangat untuk mengikuti setiap bimbingan haji. Amin bahkan begitu fasih melafalkan setiap doa dan ayat suci. Amin mengaku HP android sangat membantu dirinya.
Baca juga: Kisah Taubatnya Mantan Anak Punk yang Kini Naik Haji, Mengaku Sempat Ketakutan
Dia bahkan menambah keilmuan tentang haji juga dengan HP. "Saya biasa cari di HP lewat suara. Bismillah semua proses haji besok akan saya ikuti dengan baik bersama adik saya," ungkap Amin.
Amin menjelaskan jika sehari-sehari selama ini di rumah menemani ibunya yang pensiunan guru. Perempuan inilah yang mendaftarkan dirinya ibadah haji bersama adiknya.
"Sebagai seorang wanita yang sudah melahirkan saya, ibu sangat prihatin dan kuatir dengan keadaan saya yang tunanetra ini. Karena itu Beliau mengarahkan saya sehari-hari hanya membantu pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja," kenang Amin.
Amin tahu perjuangan dan keihlasan ibunya. Ibunya daftar haji bersama Amin dan adiknya pada 2011. Mereka berhak terbang tahun ini. Pria tunanetra itu mengaku senang karena bisa terbang bersama ibunya.
Baca juga: Kisah Haru Jemaah Haji Jatim, Sisihkan Uang Hasil Jualan Nasi Karak untuk Berangkat ke Tanah Suci
Namun ibunya tidak diperkenankan berangkat haji karena regulasi tahun ini membatasi CJH yang berangkat haji maksimal 65 tahun. Meski tetap di rumah, sang ibu tetap meminta dua anaknya itu berangkat.
Sebab siapa pun tidak tahu apa yang terjadi tahun depan. Amin dan Fatim pun berangkat. Amin sendiri yakin meski tanpa penglihatan bisa menjadikan haji yang mabrur.
Amin mengaku jika paling jauh selama ini dia pergi ke Jember bersama sahabat-sahabat tunanetranya.
"Saya hampir tidak pernah pergi ke luar kota. Paling jauh saya pergi ke Jember. Itupun cuma sekali. Sehari-hari saya mainnya ya ke tetangga dekat rumah," ceritanya.