Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Banyuwangi

Mengenal Tradisi Tumpang Sewu di Desa Kemiren Banyuwangi, Pecel Pitik Jadi Menu Wajib Santap Bersama

Tradisi Tumpeng Sewu di gelar di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi, Minggu (2/7/2022) malam. Warga Kemiren keluar rumah dan membawa tumpeng un

Penulis: Haorrahman | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/Haorrahman
Festival Tumpeng Sewu digelar masyarakat Desa Kemiren, Minggu (2/7/2022) malam. 

TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Tradisi Tumpeng Sewu di gelar di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi, Minggu (2/7/2022) malam. Warga Kemiren keluar rumah dan membawa tumpeng untuk disantap di sepanjang jalan Desa.

Acara ini merupakan rangkaian ritual bersih desa, agar masyarakat terhindar dari mara bahaya. 

Sejak sore, warga Kemiren telah menggelar tikar di depan rumahnya masing-masing untuk persiapan tradisi ini.

Masyarakat pun duduk bersila sambil menikmati tumpeng sewu. Sementara jalan menuju Desa Adat Kemiren, mulai pukul 17:00 Wib ditutup.

Pada tradisi ini ribuan masyarakat dari berbagai penjuru desa maupun wisawatan hadir di Desa Kemiren untuk menikmati ribuan Tumpeng Sewu yang disajikan berderet-deret di sepanjang jalan desa. 

Menariknya, pecel pitik menjadi menu wajib yang tersedia di setiap tumpeng.

Pecel pitik adalah makanan khas suku Osing, ayam kampung yang dibakar lalu dicampur dengan parutan kelapa dengan racikan bumbu tertentu. 

Iring-iringan barong pun melintas dan melakukan Ider Bumi. Beberapa panitia kemudian menyalakan beberapa obor yang ada di sepanjang jalan. 

Baru sekitar pukul 18.30 Wib atau usai salat Maghrib, ritual ini mulai dibuka. Usai dibacakan doa, ritual ini dimulai. Di bawah temaram api obor, semua orang duduk dengan tertib bersila di atas tikar maupun karpet yang tergelar di depan rumah. 

Di hadapannya tersedia tumpeng yang ditutup daun pisang. Dilengkapi lauk khas warga Kemiren, pecel pithik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya.

Menurut Suhaimi, sesepuh Desa Kemiren, Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat warga Using, suku asli masyarakat Banyuwangi, yang digelar awal Idul Adha. 

"Kita terus lestarikan adat dan tradisi budaya ratusan tahun lalu. Semoga dengan kegiatan ini warga Kemiren dijauhkan mara bahaya," tambahnya. 

Sebelum makan Tumpeng Sewu warga diajak berdoa agar desanya dijauhkan dari segala bencana dan sumber penyakit. Sebab, ritual Tumpeng Sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala. 

"Setiap rumah warga Using di Kemiren mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya. Siapapun bisa makan dan tentunya gratis," pungkasnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan tradisi telah menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved