Berita Tulungagung
Hikmah di Balik Pandemi Covid-19, Dua Ibu di Tulungagung Sukses Tekuni Batik Ecoprint
Hikmah di balik pandemi Covid-19, dua ibu di Tulungagung sukses menekuni batik ecoprint, bisa untung hingga puluhan juta rupiah.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Binti Wudawamah (56) dan Yayuk Wahyuni (57) memamerkan aneka produk batik ecoprint miliknya, mulai dari sepatu, kerudung, tas, syal, kemeja hingga payung.
Bahan yang dipakai pun bukan hanya kain, ada pula batik ecoprint pada kulit.
Binti mengatakan, dirinya punya latar belakang usaha toko pertanian di Desa Bendiljati Wetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung.
Bahkan toko milik ibu dua anak ini sangat terkenal dan cukup besar. Namun insting usaha Binti melihat jika batik ecoprint mempunyai peluang yang sangat baik.
"Saya yakin batik ini peluangnya sangat terbuka. Karena itu, tahun 2019 saya mulai belajar," terang Binti, Rabu (27/7/2022).
Binti pun belajar secara online maupun mendatangi workshop. Namun menjelang 2020 terjadi pandemi Covid-19 (virus Corona). Semua sektor usaha terpukul, dan terjadi pembatasan mobilitas warga.
Namun situasi itu justru menjadi berkah untuk Binti. Ia mempunyai waktu lebih banyak untuk belajar ecoprint. Masa pandemi dimanfaatkan untuk mengasah kemampuan, dan menemukan teknik dan formula-formula sendiri.
"Yang penting ecoprint ini juga menjadi sarana menyalurkan bakat seni. Kebetulan sejak kecil saya punya ketertarikan pada dunia seni," sambung Binti.
Selama pandemi itu pula Binti mulai menghasilkan batik ecoprint. Produk itu lalu diaplikasikan dalam aneka barang, mulai baju, sepatu dan tas. Setiap produk yang dihasilkan juga langsung laku dijual lewat online.
Seiring perkembangan waktu, semakin banyak permintaan produk ecoprint dari Binti. Produknya pun diberi label Nawrah. Saat pandemi mulai memudar, produk Nawrah semakin digemari secara luas.
"Kami hanya mengandalkan promo lewat media sosial. Jika ada yang pembeli baru kami kirim," ungkapnya.
Namun memasarkan secara daring mempunyai keterbatasan. Para peminat ecoprint rata-rata ingin melihat produknya secara langsung. Binti bersama rekannya, Yayuk lebih aktif ikut dalam pameran.
Keduanya juga digandeng asosiasi untuk ikut di aneka pameran yang digelar pemerintah. Bahkan keduanya kerap ikut pameran secara mandiri. Dengan aktif lewat pameran, produk Nawrah semakin banyak terjual.
Binti mencontohkan, saat pameran 20 hari di Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran Jakarta pusat, dirinya bisa untung hingga Rp 50 juta. Sebelumnya Nawrah juga pameran 7 hari di Cibubur bisa meraup keuntungan Rp 20 juta.
"Sekarang usaha ini benar-benar kami tekuni, karena hasilnya sangat menjanjikan. Usaha yang lama (toko pertanian) juga masih berjalan," tutur Binti.
Untuk produksi batik, Binti mempekerjakan empat orang. Selain itu untuk memproduksi aneka sepatu, tas, dan baju, Binti menggandeng sejumlah perajin. Produksi ecoprint juga diimbangi dengan aktivitas menanam pohon.
Sebab aktivitas ecoprint harus mengambil aneka daun dan bunga dari alam. Untuk itu Binti tergerak mengembalikan tumbuhan di alam. Selain memanfaatkan sisa produksi menjadi pupuk organik.
"Ecoprint adalah teknik cetak dengan memindahkan warga alami tumbuhan ke media yang dicetak. Jadi harus kita kembalikan dengan menanam kembali," tandas Binti.
Sementara Yayuk mengaku, dulunya mempunyai usaha pembuatan kue yang ditekuni sejak 1990. Saat pandemi usahanya mengalami kemunduran. Saat itulah Yayuk lebih serius belajar ecoprint.
"Jadi pandemi kemarin ada hikmahnya, kami jadi ada waktu untuk belajar. Sambil produksi, kami terus menyempurnakan produk," ungkap Yayuk.
Ibu asal Desa/Kecamatan Ngunut, Tulungagung, ini mengatakan, produk ecoprint Nawrah membidik kelompok menengah ke atas. Karena itu kualitas produk menjadi salah satu yang ditekankan. Tak heran berulang kali perajin yang digandeng terus berubah, untuk mendapatkan tenaga terampil.
Setiap bulan jika dirata-rata, ada 25 aneka produk Nawrah yang terjual. Jumlah ini belum termasuk jika ikut pameran di berbagai kota. Produk Nawrah juga dipasarkan di sebuah mal terkenal di Surabaya.
"Kami masuknya lewat asosiasi, lalu ada produk kami yang diminati dan dipasarkan di mal," ungkapnya.
Yayuk pula kini aktif mengikuti pameran di berbagai kota. Usaha ini kini menjadi sumber penghasilan yang sangat menjanjikan. Sementara seiring situasi pandemi yang semakin kondusif, usaha pembuatan kue milik Yayuk juga kembali bangkit.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Kumpulan berita seputar Tulungagung