Berita Tuban
Dilema Nelayan di Tuban, Ingin Melaut untuk Cari Rezeki Tapi Sulit Dapat Solar Bersubsidi
Nelayan di Kabupaten Tuban, tepatnya di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban, memilih tak melaut dalam sepekan terakhir ini karena sulit dapat solar
Penulis: M Sudarsono | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/M Sudarsono
Kondisi nelayan di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban, saat tak melaut dikarenakan sulit mendapatkan solar
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Mochamad Sudarsono
TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Nelayan di Kabupaten Tuban, tepatnya di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban, memilih tak melaut dalam sepekan terakhir ini.
Hal itu menjadi pilihan para nelayan, karena sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi.
Nelayan tradisional di Kelurahan Sidomulyo, Lasmari (51), mengatakan sudah satu minggu ini tidak melaut.
Nelayan saat ini kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar solar bersubsidi.
"Sudah sekitar satu minggu ini tidak melaut, cari solar susah," ujarnya kepada wartawan, Kamis (11/8/2022).
Ia menjelaskan, dalam sekali melaut perahu miliknya membutuhkan solar antara 30-50 liter.
Baca juga: Kejar Perahu dengan Cara Berenang, Nelayan di Blitar Malah Tenggelam, Adik Korban Selamat
Tetapi dalam sepekan terakhir, saat membeli bahan bakar solar bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) stoknya sering tidak ada.
Kondisi itulah yang membuat nelayan memutuskan untuk tidak melaut, di tengah ketidakpastian ketersediaan solar.
"Membeli solar eceran harganya lebih mahal, tidak cukup sama operasionalnya," terangnya.
Ketua Rukun Nelayan (RN) Kelurahan Sidomulyo, Ahmad Khusnul Abidin (36), mengungkap jika para nelayan di sini banyak yang berhenti melaut apabila bahan bakar solar sulit didapat.
Atas kondisi tersebut, nelayan memilih memperbaiki jaring atau alat tangkapnya di tengah meliburkan aktivitas melaut.
"Memang banyak nelayan yang berhenti melaut karena bahan bakar solar ini tidak ada atau sulit didapat," pungkasnya.
Sementara itu, Tim Komunikasi Patra Niaga Jatimbalinus, Arya Yusa Dwicandra, menerangkan terkait dengan kondisi bahan bakar solar bersubsidi.
Menurutnya memang ada kuota yang ditetapkan oleh pemerintah untuk solar, sehingga harus diatur.
"Saat ini kuota tersebut terbatas, sehingga pertamina mengatur sesuai dengan jumlah kuota yang ada," tegasnya.