Rintis Bisnis di Bidang Digital, Merlianny Effendi Sempat Hadapi Ragu, Kini Tembus Skala Nasional
Mengembangkan bisnis yang cukup jarang di Indonesia khususnya Surabaya, tak melulu mulus jalannya. Itulah yang dirasakan Merlianny Effendi, saat merin
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur Ika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Mengembangkan bisnis yang cukup jarang di Indonesia khususnya Surabaya, tak melulu mulus jalannya. Itulah yang dirasakan Merlianny Effendi, saat merintis bisnis yang bergerak di bidang social media management.
Awal merintis karir atau suatu bisnis bisa terasa sangat berat. Apalagi memulai bisnis yang belum banyak dilakukan orang.
Merlianny mengatakan, belum ada pekerjaan yang bergerak di bidang digital pada sekitar tahun 2013 saat ia memulai bisnis tersebut.
“Waktu itu usia saya 20 tahun. Digital juga belum booming seperti sekarang. Niatnya cuma buat bantu cafe yang butuh manage sosial media,” kata Merlianny kepada Tribun Jatim, beberapa waktu lalu.
Meski mengaku bahwa bisnis tersebut dimulai dari ketidaksengajaan namun nyatanya berkembang hingga nasional.
Merli, sapaan akrabnya, mengaku empat tahun pertama menjadi perjalanan sulit membangun M.E. Social Media Management & Marketing Services’. Nama bisnis yang dia geluti.
Dia harus menghadapi banyak tantangan. Apalagi bisnis jasa ini tergantung selera konsumen.
“Ibaratnya anak muda kuliah belum pengalaman manage dan bertemu orang-orang. Jadi saya lakukan learning by doing saja apalagi kalau tidak bisa mengimbangi ide kita tidak akan disetujui,” katanya.
Setelah enam bulan menjalani bisnisnya, social media mulai banyak digemari. Dia pun mulai menikmati pekerjaannya.
Hingga akhirnya, alumnus International Bisnis Management di Universitas Ciputra Surabaya ini mengembangkan bisnis secara serius.
“Tahun 2014 saya putuskan untuk menjalani bisnis secara serius dan membangun bisnis social media management ini. Sampai 2016 bikin kantor.” ungkap Merli.
Dibalik tantangan yang dia geluti seorang diri, Merli mengaku banyak ilmu yang ia dapatkan. Ada kebanggaan tersendiri dapat membantu usaha klien dan punya banyak kenalan di berbagai bidang.
Baginya, sebuah kecocokan antara idenya dengan klien adalah yang terpenting. Dengan begitu, munculah kerjasama, kepuasan dan kepercayaab dari kedua pihak.
“Banyak yang suka kerjaan ini dan bisa membantu cafe yang bisa mulai ramai,” kata perempuan yang hobi travelling tersebut.
Ia telah beberapa kali menghandle event besar dan brand-brand ternama di Indonesia. Kini bisnisnya telah memiliki beragam divisi.
Tak hanya Social Media Management tetapi juga Brand Strategi, Marketing, Kampanye dan Endorsment dengan jobdesk yang semakin luas.
“Berusaha mengeluarkan hal-hal baru,” katanya.
Bekerja Bagai Universitas Kehidupan
Kecintaannya pada pekerjaan ini, diartikan Merli, seperti universitas kehidupan yang membuat tidak putus untuk belajar. Bertemu bisnis baru, tantangan baru, orang baru dan menggalakan kampanye yang makin terdepan.
Dia tak ingin berpuas memajukan satu dua bisnis milik cliennya. Makin hari, lanjut Merli, makin bergerak dan tertantang mengemas ide-ide baru.
“Untungnya aku suka dinamika bisnis ini dan kalau sudah berhasil next-nya apa yang bisa aku lakukan. Aku suka mengeluarkan sesuatu yang belum banyak orang pakai atau yang belum ada di Surabaya” katanya.
Pengalamannya kuliah pada jurusan international business management dan sempat mengikuti pertukaran pelajar di Korea Selatan menjadi bekal dalam menjalani bisnis.
Sisanya, diakui Merli, menjadi pelajaran langsung sambil mengembangkan bisnis.
“Untungnya sangat berkolerasi, meskipun pada saat itu tidak ada spesifik digital marketing. Setelah jalan akhirnya mengerti,” kata perempuan kelahiran 17 Februari 1993 tersebut.
Bukan sekadar mimpi besar. Merli mewujudkannya dengan kerja keras. Yakin akan setiap proses membuatnya mencapai sukses.
Meski kala mengawali bisnis belum mendapat dukungan dari orang tua. Nyatanya, keyakinan dan kerja kerasnya dapat membuktikan kesuksesan pada orang tua.
“Orang tua sempat ragu, menyayangkan fokus ke bisnis. Pada saat itu juga orang tua melihatnya belum ada yang sukses di industri ini dan dulu ada pilihan yang lebih pasti,” katanya.
Meski diragukan dan menghadapi tantangan merintis usaha di usia muda, nyatanya dari bisnis tersebut Merlin bisa membiayai kuliah seorang diri hingga membuka lapangan pekerjaan untuk puluhan karyawan.
“Dulu dari semester empat biaya kuliah sendiri. Sekarang ada 30 karyawan. Saya berharap bisa menjadi top of mind di industrinya kita ini,” katanya.
Mengurangi Insecure Berbisnis
Khawatir saat memilih keputusan karena takut tidak sesuai harapan, salah satu hal yang kerap membuat seorang entrepreneur muda merasa overthinking. Hal itu tak luput dirasakan Merli dalam mengelola bisnisnya.
“Terkadang berpikir apa yang diharapkan, di-visi kan apa sudah tersampaikan. Dari tindakan yang aku ambil akan berbuah seperti yang aku harapkan atau tidak,” katanya.
Dia mengaku, rasa insecure tidak hanya dirasakan para netizen dan klien bisnisnya. Pihaknya pun menjalani banyak kejadian yang membuat insecure apalagi sempat dihadapkan pada kondisi pandemi.
“Bisa dibilang keputusan yang saya ambil tidak hanya untuk diri sendiri tapi entah nafasnya si brand atau kantor,” lanjutnya.
Dia menyadari semakin besar skala bisnis yang digeluti, tanggung jawabnya semakin tinggi. Keyakinannya yang cukup tentang apa yang dilakukan dan manfaat peluang bisnis mendorong Merli untuk dapat mempertahankan usaha dan membuahkan hasil.
Merli mengaku sempat tidak menyangka, yang dulunya hanya sebagai food blogger bisa mengembangkan bisnis berskala nasional.
“Kalau dulu hanya untuk uang tambahan, ga sengaja. Sekarang menjaga kepercayaan klien dan setiap tahun bikin kampanye isu yang paling relate dan ingin membawa pesan itu ke arah dunia digital lebih baik,” katanya.
Dia turut menyalurkan pesan be strong, kuat menghadapi banyak hal dengan cara masing-masing. Khususnya, dalam melihat rasa insecure yang kerap dirasakan Generasi Z dalam mewujudkan cita-cita mereka.
Meski begitu, bukan berarti terus merasa insecure. Justru dari situasi tersebut perlu banyak motivasi dan semangat agar bisa mencapai kesuksesan dan impian.
Karena menuru Merli, tidak semua perjalanan membangun karir itu menyenangkan. Maka dari itu, sadar dan memulai belajar banyak hal baru menjadi bekal penting untuk bertahan.
“Jangan pernah mengambil keputusan saat sedih atau marah, karena pada akhirnya pertarungan ada di diri kita sendiri adalah yang paling penting,” tutupnya.