Tragedi Arema vs Persebaya
Dampak Gas Air Mata Selamanya Membekas Pada Korban Kanjuruhan, PSSI Dapat Pesan dari Tersangka
Dampak Gas Air Mata yang ditembakkan petugas keamanan pada akhirnya membekas di tubuh dan mental para korban Tragedi Kanjuruhan.
Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM - Ternyata dampak gas air mata pada korban Tragedi Kanjuruhan Malang memang tak main-main.
Terbukti meskipun korban luka-luka sudah mendapatkan perawatan, rasa sakit korban tetap membekas.
Terutama untuk kejiwaan, mental hingga tak akan bisa menjalani hidup dengan baik kembali.
Trauma dan luka efek dari insiden yang menewaskan ratusan Aremania itu masih dirasakan para korban selamat hingga sekarang.
Laporan terbaru menyatakan korban tragedi Kanjuruhan selamanya masih akan tetap kesulitan hidup.
Baca juga: Kondisi Terkini Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan, Mata Iritasi hingga Memerah karena Gas Air Mata
Saat Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tiba di Malang dan mendatangi sejumlah korban Tragedi Stadion Kanjuruhan, TGIPF menemukan fakta banyak korban mengalami pendarahan dalam mata, sesak napas, dan batuk-batuk akibat gas air mata.
"Fabianca Cheendy Chairun Nisa (14 tahun) yang mengalami pendarahan dalam mata, sesak napas, dan batuk-batuk."
"Retina matanya sampai detik ini tidak ada warna putihnya."
"Juga menemui dua bersaudara Rafi Atta Dzia'ul Hamdi (14) dan kakaknya Yuspita Nuraini (25)."
"Sang adik mengalami pendarahan dalam mata dan kakaknya sampai detik ini masih batuk dan sesak napas," kata Akmal Marhali, salah seorang anggota TGIPF, Minggu (9/10/2022).
Yang sangat terlihat adalah bagian dari mata korban sampai harus berwarna merah dan tak bisa kembali putih.
"Begitu juga M Iqbal (16 tahun) yang juga mengalami pendarahan dalam mata serta luka-luka di kaki dan pinggang akibat terinjak-injak."
"Sementara Ahmad Afiq Aqli asal Jember masih dirawat dengan mata merah, kaki dan tangan patah."
"Semua gara-gara gas air mata," tambahnya.
Lebih lanjut Akmal mengatakan, saat ini korban yang mengalami luka ringan sebanyak 507 orang, luka sedang 45 orang, dan luka berat sebanyak 23 orang
Sementara korban yang masih menjalani rawat inap sebanyak 36 orang.
"Para korban luka harus menjalani perawatan intensif."
Baca juga: Efek Fatal Penembakan Gas Air Mata ke Korban Tragedi Kanjuruhan, 3 Orang ini Perintahkan, Panik
Dampak lain yang pastinya terus membekas selamanya di dalam diri setiap korban hidup dan luka-luka itu adalah kejiwaan.
"Bukan cuma soal luka jasmani, tapi juga luka rohani."
"Trauma healing menjadi salah satu yang menghantui."
"Karena itu, pihak-pihak terkait harus memberikan perhatian khusus."
"Karena mereka korban hidup pastinya akan mengalami guncangan psikologis yang perlu pendampingan agar bisa menjalani hidup dengan normal," jelasnya.
Baca juga: Temuan TGIPF: Banyak Korban Tragedi Kanjuruhan Alami Pendarahan dalam Mata, Sesak dan Batuk
Sementara itu, pihak Panitia Pelaksana dan para tersangka lainnya, melayangkan ucapan pedas untuk PSSI.
Tersangka Tragedi Kanjuruhan Malang, Abdul Haris yang menjabat sebagai Ketua Panpel Arema FC, memberi sindiran pedas untuk PSSI.
Abdul Haris menilai seharusnya tragedi itu juga menjadi tanggung jawab PSSI, tidak hanya menjadi tanggung jawab Panpel dan Direktur PT LIB yang kini juga dijadikan tersangka.
Maka, para tersangka juga menyampaikan pesan pedas dan mendalamnya untuk PSSI.
Baca juga: Tersangka Tragedi Kanjuruhan Keluarkan Sindiran Keras ke PSSI: Jangan Berlindung di Balik Regulasi
"Kalau saya dijadikan tersangka, saya menerima."
"Saya ikhlas tanggung jawab ini saya pikul, atas nama kemanusiaan saya takut siksa Allah dari pada siksa dunia."
"Tidak apa-apa kalau memang ini takdir dan musibah yang saya hadapi," kata Abdul Haris, Jumat (7/10/2022).
"Tapi jangan ketika sukses pertandingan seluruh Indonesia-lah ketuanya, tapi ketika ada kegagalan dilimpahkan kepada ketua Panpel."
"Janganlah berbahagia di atas penderitaan kesedihan kami."
Baca juga: Ayahnya Gugur saat Tragedi Kanjuruhan, Putra Polisi Sampaikan Isi Hati ke Kapolda, Ingin Jadi Polisi
"Saya sangat respek pada otoritas dan operator pertandingan bola di Indonesia."
"Tapi saya mengetuk hati nurani semua, karena sepak bola itu jiwa sportivitas."
"Jangan berlindung di balik regulasi, bapak-bapak lepas cuci tangan," tambahnya.

Lebih lanjut Abdul Haris meminta pertanggung-jawaban PSSI yang juga memberikan izin terlaksananya pertandingan Derby Jatim antara Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) lalu.
"Secara moral saya tanggung jawab, saya sportif, ini kesalahan saya karena sebagai Panpel tidak bisa menyelamatkan dan melindungi suporter."
"Saya disanksi seumur hidup tidak masalah."
"Saya ikhlas karena resiko sosial yang harus saya tanggung."
"Tapi perlu diketahui, verifikasi dari PSSI tolong juga dipertanyakan hingga pertandingan itu bisa berjalan."
"Apa sih yang menjadi tugas kita masing-masing," tutup Abdul Haris.
Berita seputar Tragedi Arema vs Persebaya