Berita Entertainment
Mengenal Sindrom Stockholm Diduga Diidap Lesti Kejora, Gejala Harus Diwaspadai, Lihat Bahaya Efeknya
Mengenal sindrom Stockholm yang diduga diidap oleh Lesti Kejora sebagai bentuk gejala dari keputusannya kembali kepada Rizky Billar.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Mari mengenal lebih dalam tentang Sindrom Stockholm yang diduga diidap oleh pedangdut Lesti Kejora.
Setelah mengajukan laporan mendapat perlakuan KDRT dari sang suami, Lesti Kejora mencabut laporan.
Tepat setelah Rizky Billar terbukti bersalah dan menjadi tersangka.
Keputusan Lesti Kejora untuk berdamai dengan suaminya, Rizky Billar yang sebelumnya melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) membuat banyak netizen geram.
Diketahui Lesti mencabut laporan terhadap suaminya itu demi memperbaiki rumah tangga mereka.
Baca juga: Tega KDRT Lesti Kejora dan Dimaafkan, Rizky Billar Berkoar soal Rumah Tangga Kokoh: Tak Terpengaruh
Hal itulah yang membuat banyak netizen menilai perubahaan sikap Lesti dengan istilah Stockholm Syndrome, apa itu?
Stockholm Sindrom ini menjadi perbincangan setelah Lesti Kejora diketahui begitu cepat mengubah keputusannya untuk memenjarakan sang suami.
Stockholm Syndrome merupakan munculnya perasaan bersimpati tehadap pelaku kekerasan.
Selain kasus kekerasan, orang biasa juga dapat mengembangkan kondisi psikologis ini sebagai respons terhadap berbagai jenis trauma.
Baca juga: Ternyata Inilah Alasan Lesti Kejora Tak Jadi Ceraikan Rizky Billar, Ada Ketakutan, Biarinlah
Sindrom ini adalah respons psikologis.
Dilansir dari Healthline, sindrom ini terjadi ketika sandera atau korban pelecehan terikat dengan penculik atau pelakunya.
Hubungan psikologis ini berkembang selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun ditahan atau dianiaya.
Dengan sindrom ini, sandera atau korban pelecehan mungkin bersimpati dengan penculiknya.
Ini adalah kebalikan dari ketakutan, teror, dan penghinaan yang mungkin diharapkan dari para korban dalam situasi ini.

Seiring berjalannya waktu, beberapa korban memang mengembangkan perasaan positif terhadap penculiknya.