Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Entertainment

Apa Itu Mati Suri? Reza Arap Pernah Hidup Lagi Setelah 12 Jam Meninggal, Berikut Pandangan Islam

Reza Arap mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya saat mengalami mati suri dan hidup lagi setelah 12 jam meninggal. Lantas apa itu mati suri?

Editor: Elma Gloria Stevani
Pixabay/geralt
Reza Arap menceritakan secara gamblang pada saat ia mengalami mati suri atau meninggal selama 12 jam. Lantas apa itu mati suri? 

TRIBUNJATIM.COM - Reza Arap baru saja menghadiri acara podcast Denny Sumargo dalam kanal YouTube "CURHAT BANG Denny Sumargo".

Dalam podcast ini, Reza Arap dan Denny Sumargo berbincang-bincang mengenai banyak hal.

Di antaranya adalah mengenai pengalaman Reza Arap yang pernah mengalami mati suri.

Hal ini terungkap saat Denny Sumargo bertanya mengenai peristiwa tersebut.

Reza Arap lantas membeberkan cerita pada saat mengalami mati suri.

Ia menerangkan bahwa ia lahir prematur 7 bulan dan memiliki masalah pada jantungnya.

 

Dikarenakan memiliki masalah pada jantung, hidup Reza Arap lantas tidak seperti kebanyakan anak-anak pada umumnya.

"Karena gue punya masalah di jantung, jadi dari kecil tuh gue lari sedikit muntah, ketawa aja muntah, ngapa-ngapain muntah, karena itu tadi ada masalah di jantung itu," ujar Reza Arap, dilihat Sabtu (5/11/2022).

Kemudian, diusia 9 tahun, Reza Arap terkena demam berdarah (DBD), sehingga nyambung ke penyakit yang lainnya.

Mulai dari tekanan darah drop, muntah terus-menerus hingga lambungnya robek, dan berimbas pada jantungnya, dan meninggal.

Lebih lanjut, Reza Arap mengaku masih mengingat momen saat ia masuk rumah sakit dan juga masuk ICU.

Baca juga: Ayu Ting Ting Salut Sama Prinsip Denny Sumargo soal Harta saat Menikah: Ini Baru Laki-laki

Momen terakhir yang diingatnya adalah saat tim medis melakukan pertolongan dengan menggunakan alat pacu jantung, yang mana disebutnya detik-detik ia mau meninggal.

"Yang gue lihat terakhir, itu tuh monitor, itu lurus, itu terakhir yang gue lihat," ungkap Reza Arap.

Reza Arap kemudian mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya saat mengalami mati suri.

Reza Arap mengatakan pada saat itu ia berada di sebuah tempat yang seperti padang rumput sangat luas dan hanya ada satu pohon.

Di sana, ia hanya bersama mamanya dan bermain.

"Sama mama di sana, main-main. Pokoknya habis gue lihat monitor itu yang terakhir, lelap, habis gitu, hangat, gue ngerasa hangat, habis gitu, melek-melek di situ. Di taman itu, lagi gandeng mama," terang Reza Arap.

Setelah bermain selama setengah jam, Reza Arap mengaku diajak mamanya untuk pulang.

Kemudian dia pun mengiyakan permintaan mamanya, dan bangun-bangun berada sudah berada di kamar mayat.

"Gue mati 12 jam. Jadi siang, gue bangun siang, sebelum dikubur. Kan kalau Muslim kan enggak boleh sampai Maghrib ya katanya, bener ya. Jadi gua meninggal jam 2 malam, bangunnya jam 2 siang," beber Reza Arap.

Saat tersadar, Reza Arap mengaku bingung lantaran melihat mamanya menangis.

"Yang pertama gua tanya, 'Ma, kenapa nangis?' eh bukan 'Ma jangan nangis, nanti Caca (panggilan Reza Arap) sedih' gue bilang gitu," tutup Reza.

Kemudian, kata Reza, sang ibunda kaget dan langsung mendobrak pintu kamar mayat seraya memanggil dokter.

Lalu ia pun kembali dimasukkan ke ruang ICU dan dipasangi alat-alat medis.

Lantas apa itu mati suri ?

Mati suri adalah hal yang akrab di telinga kita.

Menurut KBBI, mati suri memiliki makna ‘tampaknya mati, tetapi sebenarnya tidak’.

Seperti apa pandangan Islam terkait fenomena ini?

Sebuah ayat di Al-Qur’an memiliki penjelasan yang mirip dengan fenomena mati suri.

Ayat tersebut terdapat dalam surah Al-Baqarah.

Allah Swt. berfirman: أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamanya, jumlah mereka beribu-ribu sebab takut kematian. Kemudian Allah berkata kepada mereka ‘matilah kalian’, kemudian menghidupkanya. Sesungguhnya Allah itu Zat yang memiliki karunia terhadap manusia, tetapi sungguh kebanyakan manusia tidak bersyukur“ (Al-Baqarah: 243).

Apakah hal tersebut menunjukkan bahwa Islam mengakui adanya mati suri?

Untuk mengetahui lebih jauh, simak penjelasan berikut, dikutip TribunJati]m.com dari berbagai sumber.

Mengenal Apa Itu Mati Suri dalam Pandangan Islam

Berdasarkan surah Al-Baqarah ayat 243, al-Suyuthi menyampaikan sebuah kisah dalam karyanya yang berjudul al-Dur al-Manstur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur (juz 3, vol.117).

Di kalangan bani Israel, terdapat sebuah daerah bernama Dawardan.

Pada suatu saat di daerah tersebut terjadi wabah penyakit (tha’un), sebagian penduduknya keluar daerah untuk mencari keselamatan dan sebagian yang lain tetap di tempat tersebut berpasrah kepada Tuhan.

Orang-orang yang ada tetap ada di daerah tersebut banyak yang meninggal akibat tha’un—sedikit yang selamat.

Setelah wabah berakhir, orang-orang yang sebelumnya keluar daerah kembali lagi ke daerah tersebut dan disambut oleh sisa orang-orang Darwan.

Selang beberapa waktu, wabah kembali terjadi dan kali ini semua penduduk keluar darah tanpa terkecuali untuk mencari keselamatan. Sampailah mereka di sebuah lembah di antara dua gunung besar.

Tuhan memerintahkan dua malaiakat yang ada di atas dan di bawah lembah, dan berkata, “Bunuh mereka!” Kedua malaikat kemudian mencabut nyawa orang-orang tersebut tanpa terkecuali.

Seiring berjalanya waktu, jasad orang-orang tersebut dimakan tanah hingga menyisakan tulang belulang yang berserakan.

Suatu ketika seorang nabi bernama Hizqil berjalan melewati lembah tersebut kemudian terkejut dan heran saat melihat tulang belulang yang berserakan.

Kemudian Tuhan memberinya wahyu. Hizqil berkata, “Hai tulang-tulang, Tuhan memerintahkan kalian untuk kembali menyatu.” Semua tulang belulang itu pun menyatu menjadi jasad seperti sediakala tanpa daging dan darah. Hizqil kembali menyeru, “Pakailah daging untuk menutupimu dan bangkitlah.” Tulang belulang itu kemudian berbalut daging dan bangkit dengan arwahnya masing-masing.

Setelah itu, orang-orang tersebut kembali ke daerahnya semula. Itulah kisah mati suri yang memiliki arti kehidupan kedua setelah kematian pada masa Nabi Hizqil.

Terkait kematian, para ulama mencetuskan hukum, seseorang yang sudah dinyatakan meninggal berdasarkan agama dan medis, semua hukum syariah terputus, termasuk status pernikahan dan harta yang ditinggalkanya sebagai warisan.

Terkait dengan kebangkitanya kembali (hidup kedua), semua yang dimiliki sebelumnya tidak kembali kepadanya, termasuk harta dan pasangan hidup. Ibnu Hajar al-Haitami dalam karyanya yang berjudul Fatawa al-Haditsiyah (vol 8) memberikan penjelasan. مطلب: لا أثر للحياة بعد تيقن الموت – إلى أن قال – وإذا تقرر أنه لا أثر لحياته فتُنكح زوجاته وتَقْسم ورثتُهُ ماله، وإن ثبت فيه الحياة، لأن الموت سبب وضَعَه الشارعُ لحلِّ الأموال، والزوجات، فحيث وجد ذلك السبب وُجِد المسبب، وأما الحياة بعده فلم يجعلها الشارع سبباً لعود ذلك الحِّل “

(Tidak ada bekas hukum bagi kehidupan kedua setelah nyata meninggal dunia) dan ketika telah ditetapkan bahwa sesungguhnya tidak ada bekas hukum bagi kehidupanya kedua, maka legal untuk menikahi istrinya (baginya atau orang lain) dan ahli waris membagi harta peninggalanya. Karena kematian merupakan sebab syariat menghalalkan harta dan istrinya, ketika muncul sebab maka ditemukan sesuatu yang disebabkan (musabbab). Kehidupan kedua tidak dijadikan sebagai sebab kembalinya hukum halal baginya oleh syariat.

” Al-Ramli dalam karyanya Nihayah al-Muhtaj (juz.3, vol.354) berkata: وقع السؤال في الدرس عما لو ماتت الزوجة موتا حقيقيا والزوج حي ثم حييت هل تتزوج بغيره حالا لأنها بالموت سقطت عنها سائر الأحكام وهذه حياة جديدة أم لا- إلى أن قال – فيه نظر والأقرب الأول للعلة المذكورة ،ولا فرق في ذلك بين عودها لزوجها الأول وبين تزوجها بغيره

“Pertanyaan: andaikan seorang wanita benar-benar meninggal dunia dan suami masih hidup, kemudian istri kembali hidup, apakah dia diperbolehkan menikah dengan laki-laki lain karena sebab kematian hilang semua hukum sebelumnya, dan kehidupan ini adalah kehidupan baru, ataukah tidak boleh? Dalam permasalahan ini yang lebih mendekati adalah awal (diperbolehkan) karena alasan tersebut, baik perempuan tersebut kembali menikah dengan suami pertama atau dengan laki-laki lain.”

Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, terdapat indikasi bahwa fenomena mati suri diakui dalam Islam. Namun tetap, kebenaran hanya milik Allah Swt.

Baca berita terkait arti kata lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved