Berita Viral
Anak Keluarga Tewas di Kalideres Beri Susu & Sisiri Mayat Ibu, Saksi: Lampu Harus Mati saat ke Kamar
Ternyata anak dari keluarga yang tewas di Kalideres sudah menunjukkan gelagat aneh setelah kematian ibunya dan simpan jasadnya.
Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM - Pengakuan baru dari saksi yang sempat mendatangi rumah satu keluarga tewas di Kalideres akhirnya membongkar fakta baru.
Fakta tersebut terkait dengan cara hidup satu keluarga dalam rumah di Kalideres Jakarta Barat yang viral itu.
Sebelumnya, penemuan empat jenazah di dalam satu rumah di salah satu perumahan Kawasan Kalideres, Jakarta Barat menggegerkan warga.
Pasalnya, tidak terlihat adanya kekerasan dan kriminalitas yang dialami keluarga ini.
Penemuan mayat satu keluarga itu menggiring pada kematian tidak wajar yang terjadi.
Setelah didalami kepolisian, satu per satu fakta baru terungkap.
Misalnya saja terkait cara hidup keluarga ini beberapa bulan sebelum ditemukan meninggal dunia semua.
Polisi berhasil menemukan apa yang terjadi dengan keluarga ini menjelang semua anggota keluarga meninggal dunia.
Diungkapkan bahwa ada perilaku tak biasa dari keluarga ini setelah kematian sang ibu.
Dian, anak dari Margaretha, yang berstatus ibu dalam keluarga, ternyata tetap menyimpan mayat ibunya meski rumah didatangi tamu.
Baca juga: Istri Kaget Suami Nangis Tersedu-sedu saat Malam Pertama, Yaudah Pulang, Alasannya Tuai Pro-Kontra
Kesaksian disampaikan seorang petugas koperasi yang saat itu datang untuk mengurus dokumen peminjaman uang keluarga.
Hal tersebut sesuai keterangan petugas koperasi yang datang ke rumahnya untuk proses menggadaikan rumah pada Mei 2022 lalu.
Saksi yang merupakan petugas koperasi begitu kaget ketika tahu apa yang dilakukan anggota keluarga lain ketika Margaretha sudah menjadi mayat.
Menurut petugas koperasi, anak dari Margaretha ternyata masih menganggap ibunya hidup.

Disampaikan dalam pers rilis seperti yang dikutip Tribun Jatim dari Tribun Jakarta, Dian sang anak ternyata masih menganggap ibunya hidup dengan beri susu dan menyisiri rambutnya.
Sang anak masih memberikan susu hingga menyisiri rambut ibunya bernama Reni Margaretha meski sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Saksi melihat langsung bagaimana kondisi Margaretha yang telah meninggal dunia pada Mei 2022 lalu.
Saat itu, Dian, Budyanto dan suami Margaretha masih dalam keadaan hidup.
Saksi menyebutkan dirinya sempat menyaksikan keadaan di dalam kamar Margaretha ketika berkunjung untuk meminta pengesahan dokumen gadai rumah.
Baca juga: Polisi Bantah Mati Kelaparan, Bukti Kekayaan Keluarga di Kalideres Dikuak Rekan Bisnis: Outfit & Kue
Setelah melihat kondisi Margaretha yang tewas dan sudah membengkak, saksi menyampaikan kepada Dian.
Namun, Dian membantah keterangan saksi dan menyatakan jika ibunya itu masih hidup.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi menyebut sang ibu bernama Reni Margaretha ternyata sudah meninggal dunia sejak Mei 2022 lalu.
Fakta ini terungkap dari hasil digital forensik terhadap handphone yang ditemukan di rumah para korban, di mana ada beberapa pihak yang rutin berkomunikasi dengan korban.
Baca juga: Karma, Kesaksian Eks Ketua RT soal Tabiat Keluarga yang Tewas di Kalideres, Ayah Sakit Tak Diurus
Orang itu adalah seorang mediator jual beli rumah yang berkomunikasi dengan sang paman bernama Budiyanto
"Saat itu, salah satu pemilik ataupun yang meninggal dunia di rumah tersebut atas nama almarhum Budiyanto menghubungi para saksi untuk menjual rumah tersebut," kata Hengki dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (21/11/2022).
Saat itu, Budiyanto menyerahkan sertifikat asli rumah tersebut kepada sang mediator untuk menjual rumah seharga Rp1,2 miliar.

"Ada hal yang sangat tidak lazim saat ditemui mediator ini (Budyanto) langsung menyerahkan sertifikat rumah asli," ucapnya.
Namun, lanjut Hengki, tak kunjung ada pihak yang ingin membeli rumah tersebut.
Singkat ceritanya, mediator itu bertemu dengan seorang pegawai koperasi simpan pinjam.
Kemudian, disepakati untuk menggadaikan rumah tersebut.
Kemudian, pada 13 Mei 2022, mediator dan pegawai koperasi datang ke rumah korban.
Baca juga: Anak dari Keluarga Tewas di Kalideres Hobi Baca Novel Kematian, Teman Kecil Bongkar Pergaulan: Sulit
Di sana, mereka sudah mencium bau busuk dari rumah itu.
"Saat ditanya, Budyanto menjawab bahwa got lupa dibersihkan," ucapnya.
Setelah itu, mereka masuk ke dalam rumah dan bertanya soal sertifikat rumah yang diketahui atas nama Margaretha.
Hengki menerangkan kedua saksi itu meminta untuk dipertemukan langsung dengan Margaretha yang disebut Budiyanto sedang tertidur di dalam kamar.
"Diantar masuk ke dalam kamar begitu pintu kamar dibuka menyeruak bau lebih busuk lagi." pengakuan saksi.

Ternyata, ketika saksi masuk demi melihat kondisi Margaretha yang disebut sakit oleh keluarga, Dian sang anak melarang keduanya menyalakan lampu.
Kedua saksi mengatakan mereka tidak diperkenankan melihat sang ibu karena disebut sensitif terkena cahaya.
"Dian (anak Margaretha) bilang si ibu sedang tidur dan minta lampu jangan dihidupkan karena ibu saya sensitif terhadap cahaya kata Dian," ucapnya.
Baca juga: Penemuan Buku Berbagai Agama di Rumah Satu Keluarga Tewas di Kalideres Jakbar, Motif Kini Terungkap?
Selanjutnya, tanpa sepengetahuan sang anak, pegawai koperasi ini menghidupkan lampu flash handphone.
Seketika, saksi kaget dan menyatakan bahwa Margaretha sudah meninggal dunia.
"Yang bersangkutan langsung teriak takbir Allahu Akbar, ini sudah jadi mayat," jelasnya.
Berdasarkan keterangan saksi ini, kata Hengki, pihaknya menarik kesimpulan bahwa ada satu korban yang sudah meninggal pada bulan Mei.
"Kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada yang meninggal sejak bulan Mei diduga ini adalah atas nama Reni," kata Hengki.

Kata polisi, pegawai koperasi sempat menyebutkan bahwa Margaretha sudah menjadi mayat, tetapi sang anak tidak membantahnya.
"Saat pegawai koperasi di dalam kamar menyampaikan bahwa ibunya sudah jadi mayat, Dian jawab ibu saya masih hidup, tiap hari saya berikan minum susu, sambil disisir dan rambutnya rontok semua," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Polda Metro Jaya, Senin (21/11/2022).
Meski begitu, Hengki tidak mau berspekulasi soal kasus tersebut, termasuk soal apakah Dian memiliki kondisi kejiwaan tertentu karena mengganggap ibunya masih hidup meski sudah meninggal dunia.
"Nah itu yang dalam proses penelitian oleh tim psikologi forensik, ini ahlinya beliau-beliau ini yang akan menganalisis, yang jelas pada saat itu (Dian menyampaikan) ibu saya belum meninggal, disisir rambutnya rontok setiap hari minum susu, tapi pada saat keluar nangis, itu ada foto-fotonya," tutur Hengki.
Berita seputar keluarga tewas di Kalideres lainnya