Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar

Nasib Istri Wali Kota Blitar saat Dirampok, Nyaris Ditelanjangi, Tragedi Setelah Salat: Hadap Utara

Ternyata istri Wali Kota Blitar, Feti Wulandari nyaris ditelanjangi jika ia dan suaminya rahasiakan soal brankas. Tragedi perampokan setelah salat.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Arie Noer Rachmawati
SURYA/SAMSUL HADI
Wali Kota Blitar Santoso sempat disekap perampok di rumah dinasnya. Terungkap pula nasib sang istri. 

TRIBUNJATIM.COM - Baru terungkap kondisi istri Wali Kota Blitar saat rumah dinasnya dirampok.

Ternyata istri Wali Kota Blitar, Feti Wulandari nyaris ditelanjangi jika ia dan suaminya rahasiakan soal brankas.

Hal itu dibeberkan Santoso setelah akhirnya memberikan keterangan kepada wartawan pada Selasa (13/12/2022).

Awalnya, Santoso mengungkap soal kondisi terbarunya.

"Pertama, kondisi saya dalam keadaan sehat. Kesehatan adalah segala-galanya. Musibah itu, kapanpun, di manapun bisa terjadi kepada siapa saja," ujar Santoso

Lalu, Santoso menceritakan kronologi peristiwa perampokan di rumah dinas terjadi Senin (12/12/2022) sekitar pukul 03.00 WIB. 

Ketika peristiwa terjadi, istri Santoso, Feti Wulandari masih salat tahajud di kamar.

Istrinya rutin salat tahajud setiap pukul 03.00 WIB dilanjutkan dengan wiridan sambil menunggu waktu subuh. 

Santoso sendiri baru beranjak tidur sekitar pukul 01.00 WIB.

Itu juga sudah menjadi kebiasaan Santoso tidur di atas pukul 00.00 WIB. 

"Tiba-tiba kira-kira sekitar pukul 03.05 WIB, pintu kamar digedor-gedor. Saya bangun tapi antara kondisi sadar dan tidak. Saya dibangunkan oleh istri karena ada yang menggedor-gedor pintu kamar," ujarnya. 

Baca juga: Kronologi Sebenarnya Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Pintu Digedor Dikira Gempa: Tengkurap

Malah, awalnya, Santoso mengira terjadi gempa bumi ketika mendengar suara pintu kamar digedor-gedor.

"Saya kira ada gempa, ketika dalam kondisi antara sadar dan tidak, tiba-tiba pintu kamar sebelah timur sudah dijebol. Ada 3 orang masuk kamar," katanya. 

Tiga pelaku yang masuk kamar langsung menyergap Santoso dan istrinya.

Kemudian, pelaku menyuruh Santoso tengkurap.

Kaki dan tangan Santoso diikat pelaku.

Baca juga: Rumah Dinas Wali Kota Blitar Dirampok, Wawali Tjutjuk Harap Suasana Kondusif Jelang Tahun Politik

Mulut dan mata Santoso juga ditutup menggunakan lakban.

"Saya disuruh tengkurap ke lantai, menghadap ke timur. Tangan diikat. Kaki juga diikat. Demikian juga istri saya, tapi istri saya dalam posisi berdiri menghadap utara," ujarnya. 

Setelah menyekap, pelaku meminta Santoso menunjukkan lokasi brankas di rumah dinas.

"Pelaku bilang 'brankas bapak dimana?', selama ini saya tidak punya brankas," katanya.

Pelaku sempat menendang dan memukul Santoso yang sudah dalam kondisi disekap dengan tangan dan kaki diikat serta mulut dan mata dilakban karena dikira bohong tidak mau menunjukkan lokasi brankas.

"Pelaku juga ngomong, kalau tidak segera memberitahukan lokasi brankas, istri saya mau ditelanjangi. Saya berpikir bagaimana keselamatan istri saya," ujarnya. 

Santoso mengaku memang tidak memiliki brankas di rumah dinas.

Tapi, kalau uang simpanan sedikit-sedikit, ia masih punya. 

Uang simpanan itu hasil dari honor ketika membuka acara.

Ia menyimpan uang itu di lemari. 

"Saya bilang ke pelaku, kalau mau ambil uang di lemari silakan. Lalu pelaku membuka lemari dan mengobrak-abrik isinya. Pelaku mengambil uang termasuk sedikit perhiasan yang dimiliki istri saya. Bahkan, kalung yang dipakai istri juga dilepas oleh pelaku," katanya. 

Baca juga: Sehari Pasca Perampokan, Begini Kondisi Wali Kota Blitar dan Istrinya, Mohon Doa untuk Satu Hal Ini

Santoso memperkirakan para pelaku kabur dari rumah dinas sekitar pukul 03.30 WIB.

Sebelum kabur, salah satu pelaku sempat menanyakan lokasi kamar anak-anak kepada istrinya. 

Pelaku juga bertanya lokasi decoder kamera CCTV kepada istrinya. 

"Anak-anak saya tidak ada yang di sini. Satu masih kuliah di luar kota dan satu lagi tinggal di rumahnya sendiri. Kalau kotak kamera CCTV ada di ruang kerja. Pelaku mengambil kotak CCTV dan memutus kabel-kabelnya lalu kabur," katanya.

Setelah pelaku kabur, Santoso mencoba berteriak minta tolong.

Tapi, teriakan minta tolong Santoso tidak direspons penjaga di rumah dinas. 

"Ternyata Satpol PP yang berjaga di halaman rumah dinas sudah dilumpuhkan lebih dulu sebelum pelaku masuk ke kamar," ujarnya. 

Ciri perampok di rumah dinas Wali Kota Blitar

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Dirmanto menerangkan, ciri penampilan, asesoris, gaya rambut hingga logat bahasa dari para pelaku perampokan tersebut. 

Para pelaku, ditengarai memakai topi berwarna hijau, rambut cepak, dan logat bicara lebih banyak menggunakan bahasa baku Indonesia. 

Kemudian, salah satu pelaku diketahui memakai jaket warna krem dengan lambang bendera pada salah satu bagian sudutnya. 

"Ciri pelaku menggunakan topi warna hijau, rambut cepak dan logat bahasa Indonesia.

Salah satu saksi sempat melihat salah satu pelaku menggunakan jaket warna crem dengan lambang bendera Indonesia," ujar Dirmanto dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/12/2022). 

Selama beraksi menyekap para penghuni dan penjaga di dalam rumah dinas.

Dirmanto mengatakan, para komplotan perampok tersebut sempat merusak kamera CCTV pengawas di beberapa sudut ruangan. 

"Pelaku juga merusak CCTV yang ada di dalam rumah dinas Wali Kota Blitar," jelasnya. 

Diketahui, lanjut Dirmanto, para pelaku mengendarai mobil Kijang Innova berwarna hitam dengan pelat nopol TNKB warna merah yang diduga kuat bernopol palsu. 

"Para pelaku menggunakan mobil jenis Innova warna hitam pelat merah, diduga nopol palsu," ungkapnya. 

Berita Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved