Piala Dunia 2022
Masa Lalu Lionel Messi Sebelum Jadi Juara Dunia, Perjuangan Hadapi Penyakit Berakhir Karir Melejit
Lionel Messi memiliki karir yang melejit hingga disematkan ungkapan 'juara dunia', ternyata di balik itu ada perjuangan khusus yang dilakukannya.
Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
Kecintaan Lionel Messi dalam sepak bola justru mengantarkannya menjadi pribadi yang optimis meskipun punya penyakit sekalipun.
Messi yang kini sudah menjadi pesepak bola paripurna, malah nyaris gagal jadi pesepak bola gara-gara growth hormone deficiency (GHD) atau kekurangan hormon pertumbuhan.
Maklum, dengan adanya GHD di tubuhnya, Lionel Messi terancam kesulitan untuk menjadi pesekap bola karena tubuhnya tidak akan tumbuh dengan baik, dikutip dari Intisari.
Baca juga: Tragedi Penyatu Cinta, Kisah Lionel Messi yang Menikah dengan Teman Masa Kecil, Antonella Rocuzzo
Seorang atlet tentu harus memiliki tubuh yang mumpuni agar bisa bersaing dalam permainan.
Salah satunya adalah tinggi Lionel Messi yang diprediksi hanya akan mencapai batas maksimal 150 cm jika GHD yang dialaminya tidak ditangani.
Beruntung, Barcelona mengendus bakat luar biasa Lionel Messi saat masih berusia 13 tahun dan rela merogoh kocek dalam untuk mengobatinya.
Jumlahnya tidak tanggung-tanggung untuk saat itu (sekitar tahun 2000-an) yaitu mencapai 14 juta rupiah per bulannya.
Baca juga: SOSOK dan Biodata Lionel Messi, Sang Kapten Cetak 7 Gol di Piala Dunia 2022, Timnas Argentina Juara
Lalu apa sebenarnya GHD?
Benarkah kondisi ini tetap bisa dialami oleh orang dewasa dengan kondisi seksual tertentu menjadi cirinya?

Melansir dari hopkinsmedicine.org via Intisari, growth hormone deficiency (GHD) adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya jumlah hormon pertumbuhan dalam tubuh.
Anak-anak yang mengalami kondisi yang disebut juga dengan dwarfisme atau dwarfisme hipofisis ini umumnya memiliki perawakan pendek yang tidak normal namun dengan proporsi tubuh yang normal.
Kondisi ini sendiri umumnya memang terjadi saat lahir namun tidak sedikit pula yang mengalaminya justru saat dewasa.
GHD terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan hormon pertumbuhan yang cukup atau bahkan tidak bisa sama sekali karena adanya masalah atau bahkan ketiadaan kelenjar pituitari.
Di luar hal yang bersifat bawaan tersebut, berkurangnya hormon pertumbuhan yang memicu GHD juga bisa terjadi ketika terjadi cedera otak yang parah.

Lalu apa saja gejala dari GHD yang umumnya dialami oleh penderitanya?