Berita Lifestyle
Eudia Isabelle : Terpaksa jadi Terbiasa, Terbiasa jadi Profesional
Perjalanan menemukan passion yang akhirnya menyenangkan untuk ditekuni tidak lah mudah. Berawal dari paksaan, kini Eudia Isabelle malah menjadikan dun
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nur Ika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Perjalanan menemukan passion yang akhirnya menyenangkan untuk ditekuni tidak lah mudah. Berawal dari paksaan, kini Eudia Isabelle malah menjadikan dunia modelling sebagai profesi.
Perempuan kelahiran Surabaya, 15 Juli 1996 ini makin menikmati dunia modelling. Keterlibatan di dunia model diawali Eudia saat duduk di bangku kelas dua sekolah menengah, SMA Kristen Petra 5 Surabaya.
Tidak langsung jatuh cinta. Kompetisi model pernah ditolaknya, saat dirinya diminta mewakili pihak sekolah. Saat itu, diakui Eudia, ia tak paham tentang aktivitas seorang model dan sempat menolak. Tak ada pilihan lain, dia pun mencobanya.
“Awalnya sekolah yang minta, makin sering lagi kalau ada kompetisi diajak. Kalau jalan-jalan di mall didatengin, dikasih kartu nama mungkin karena postur tubuhku tinggi jadi tidak ada yang sengaja daftar jadi model,” kata Eudia.
Belum lagi, akui Eudia, bahwa kedua orang tuanya sempat mengkhawatirkan aktivitas dunia modelling. Di sisi lain, mereka mencari tahu dan mendamping puteri sulungnya itu selama merintis sebagai model.
“Dulu kan sosial media belum seperti sekarang, orang tua juga belum mengerti dunia modelling. Mama papa ku yang mau belajar dan tanya-tanya ke yang lebih mengerti, mereka lihat dan mendampingi aku. Pesannya semua tergantung ke diri masing-masing dan bisa menetapkan batas untuk diri sendiri,” katanya.
Perjalanannya di dunia model, diakui Eudia tidak terlepas dari semangat dan suport keluarga. Kepercayaan kedua orang tua terhadapnya selama mengikuti dunia modelling selalu dijaga.
“Keluarga itu suport sistem nomer satu saya, sampai sekarang,” ujarnya.
Dari ‘paksaan’ ia pun mulai menyenangi aktivitasnya sebagai model muda di Surabaya. Eudia akhirnya mengasah kemampuan dengan mengikuti sekolah model. Pada tahun 2014, dia berkesempatan mengadu bakat di Jakarta dengan para kontestan ajang nasional, Miss Indonesia.
“Bisa dibilang paling muda waktu itu, masih 16 tahun,” katanya.
Meski tak berhasil membawa pulang mahkota. Eudia bangga dengan pencapaiannya. Dari yang tidak mengenal modelling, mulai berlatih hingga memberanikan diri mengikuti kompetisi-kompetisi hingga nasional.
Kepuasannya tidak berhenti di ajang Miss Indonesia 2014. Eudia terus mengasah kemampuan dan bakatnya di beberapa ajang pada bidang yang sama.
Tahun ini, alumnus UK Petra Ilmu Komunikasi ini tengah mengurus sekolah model untuk anak-anak. Pemilik sekolah model bernama Twins Model ini juga berencana mengikuti ajang Puteri Indonesia 2023, setelah sempat mengikuti Puteri Indonesia Jawa Timur pada tahun lalu.
Beberapa hal disiapkan untuk mengikuti ajang kontes kecantikan bergengsi bagi puteri-puteri setiap daerah di Indonesia tersebut.
Tidak hanya pengalaman sebagai model, postur tubuh dan bakat dalam catwalk melainkan pengetahuan dan pengalaman pada aktivitas sosial maupun isu perempuan dan anak.
“Kalau ada jalannya, pengen yang nasional,” singkatnya. Advokasi lebih ke sesuatu yang kita gaungkan” ungkapnya.
Hidup Harus Jadi Garam, Bermanfaat Untuk yang Lain
Meski memiliki rentetan pengalaman di kompetisi serupa, Eudia mengaku memulai sekolah model bukan lah gampang. Terlebih lembaga yang dia kembangkan diperuntukan khusus untuk anak-anak.
Meski pengalaman di berbagai kompetisi model hingga pulang sebagai finalis Miss Indonesia, Eudia memulai sekolah model tersebut dengan menawarkan jasanya ke pengunjung-pengunjung mall.
Ia tak malu harus mendatangi pengunjung dan sempat beberapa kali menerima penolakan. Lagi-lagi Up and Down dialaminya dalam merintis passion sebagai model. Berawal dari satu hingga saat ini berjumlah ratusan anak sudah bergabung di Twins Model.
“Awalnya saya ingin membagikan ilmu yang saya miliki di dunia model. Apalagi sejak sering jadi juri fashion show anak, jadi senang sama anak-anak. Sekarang 7 jalan ke 8 tahun sudah banyak waiting list. Mereka rela nunggu,” katanya.
Namanya memang sekolah model. Namun, Twins Model yang didirikan Eudia tidak melulu berorientasi untuk mencetak model profesional melenggak-lenggok di catwalk.
Menurutnya, ilmu model yang diterapkan bisa membentuk kepribadian anak. Oleh karenanya, lembaga pendidikan yang didirikan pada 2015 ini juga bisa disebut sekolah pendidikan.
“Tidak cuma catwalk tapi juga belajar pembekalan publik speaking tapi juga attitude dan manner,” katanya.
Pembelajaran yang diterapkan tidak kaku. Sebab, menurut Eudia metode pembelajaran yang diterapkan tidak hanya menjadikan anak sebagai model tetapi membangun kepercayaan diri mereka. Salah satunya catwalk sebagai jembatan membentuk keberanian dan percaya diri untuk tampil di depan umum.
Untuk itu, anak-anak yang rata-rata berusia tiga hingga belasan tahun ini diajarkan tentang karakter yang baik. Misalnya, anak yang semula pemalu atau sulit fokus.
Susah-susah gampang mengajarkan anak-anak. Karena kecintaannya pada anak-anak, ia tidak merasa keberatan. Eudia justru menilai setiap anak memiliki karakter dan keunikan. Metode observasi karakter juga dilakukannya untuk melatih anak-anak.
“Setiap anak itu unik. Misal dia aktif kinestetik, kita tidak bisa berharap dia diam tapi kita paham dia aktif gerak terus tapi menyerap ilmu. Ada yang diam tapi juga menyerap ilmu, fokus dan tidak fokus. Mereka juga jujur jadi bisa dibentuk dan diarahkan,” katanya.
Afirmasi positif tak luput ia berikan kepada anak-anak didiknya. Tidak hanya sebagai penyemangat, kata-kata tersebut dinilai menjadi jurus untuk membersamai anak-anak dalam belajar lebih baik.“Pose! Good Job, you can do it! Very Nice, Thank You Claudia,” ucap Eudia saat mengarahkan anak didiknya pada sesi latihan modelling di area Ciputra World Mall Surabaya.
Eudia sesekali juga memberikan contoh pose dan mengarahkan anak didiknya tentang kerapian berbaris, jarak dan ekspresi wajah. Mendidik anak-anak yang didominasi duduk di bangku paud hingga sekolah dasar ini juga butuh ketelatenan.
“Anak-anak memang tidak bisa rapi banget, tapi saya juga berusaha untuk memberikan afirmasi untuk terus mencoba dan jangan takut salah untuk belajar. Jadi spirit belajar itu bisa tertular ke anak-anak,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, perbedaan dengan kelas model lain yakni tidak membedakan satu dua anak yang ingin menyalurkan bakat mereka. Semua anak mendapat kesempatan yang sama tanpa harus audisi internal untuk photoshoot atau brand. Artian, setiap anak memiliki kesempatan untuk tampil tidak hanya di catwalk. Misal foto produk, fashion show, voice over dan lain sebagainya.
Selain ilmu modeling, dia ingin setiap anak bisa berlatih untuk bekerja sama, lebih berani tampil, belajar berteman dan belajar mendengarkan instruksi. Semua metode pembelajaran yang diterapkan diharapkannya dapat menjadi bekal anak-anak nanti.
Perumpamaan hidup menjadi garam yang baik menjadi pendorong Eudia untuk terus mengajarkan anak-anak untuk hal yang baik. Memberikan pengaruh positif dalam kehidupannya. Keluarga juga menjadi suport yang mempengaruhi perjalanan hidupnya.
“Hidup jadi garam. Harus bermanfaat untuk orang lain. Sama anak-anak juga saya belajar banyak kehidupan,” tuturnya.
Resep ‘Body Goals’ Rutin Muay Thai dan Tinju
Eudia konsisten olahraga di sela rutinitasnya. Aerobik, zumba, yoga dan body combat sudah ia jajal. Saat ini giliran muay thai dan boxing atau tinju yang menjadi kegemaran sang model. Padahal kedua olahraga tersebut bisa dibilang cukup menantang.
“Aku memang suka kegiatan yang banyak beraktivitas, pun kalau liburan. Kayak water spot, atv ride, jetski jadi olahraga juga pilih yang activity. Dari dulu pengen muay thai, boxing,” katanya.
Nah, tidak berbeda dengan olahraga lainnya, manfaat muay thai dan boxing cukup dirasakan Eudia. Dia mengaku, berlatih muay thai dan boxing membuat staminanya lebih stabil, tampak bugar dan meningkatkan kekuatan otot tubuh.
Sebagai seorang model dan pengajar, ia harus memperhatikan berat badan dan kelenturan tubuh. Kedua olahraga tersebut cukup membantunya mengatur berat badan. Di samping itu, ia juga mengurangi makanan-makanan manis.
“Body goals yang aku ingin itu lebih clean. Bentuk perut ada ‘kotak’ nya. Badannya mengecil tapi tetap sehat itu yang terasa. Bonusnya lagi tubuh makin segar, muka makin glowing, segar dan tidak tampak layu,” katanya.
Eudia mengaku jika kegiatan modelling tidak terlalu padat, ia dua hingga empat kali dalam seminggu berolahraga. Meski sibuk dengan kegiatannya, Eudia tetap konsisten berolahraga setiap hari. Di luar jadwal latihan boxing, ia melakukan gym.
“Gym biasanya setiap pagi, dua jam. Pagi sebelum gym, makan alpukat dengan susu low fat. Habis gym kadang laper lagi, makan pisang. Makan tetap yang bernutrisi dan berprotein, menghitung kalori,” ungkapnya.
Rutinitas berolahraga juga berdampak pada pekerjaannya. Ia makin kuat dan tidak mudah sakit. Latihan boxing juga mengasah kecepatan dan ketepatan.
Saat latihan, koordinasi antara pikiran dan fokus harus berjalan baik. Mengingat, aktivitasnya tidak hanya tampil sebagai model tetapi juga harus fit dan fokus memberikan latihan kepada anak-anak didiknya.
Tidak hanya membakar kalori tubuh. Hal lain yang dirasakan Eudia adalah pola tidur teratur setelah rutin berolahraga. Tidak mudah stres dan bisa membuat kualitas tidur lebih baik.
“Banyak manfaatnya. Kadang salah kaprahnya diet bisa kurus tapi layu, kalau olahraga beda manfaatnya. Kalau jadwal padat, jadwal olahraganya yang dimajukan. Yang penting tidak ditinggalkan,” tutupnya
ISIK Ajak Ibu-Ibu Olah Kain Limbah Hotel Lewat Shibori dan Ecoprint, Membuatnya Ramah Lingkungan |
![]() |
---|
Buka Gerai di Ciputra World Surabaya, Staccato Kenalkan Koleksi Sepatu Tahun Baru Imlek |
![]() |
---|
Arumi Bachsin Tekankan Pentingnya Peran Ayah Dalam Pola Asuh Gen Z |
![]() |
---|
Nastar dan Spikoe Imlek Jadi Hantaran untuk Rayakan Tahun Baru Ular Kayu |
![]() |
---|
Menilik The Unstage Vol 2, Pameran Foto Hitam Putih Dibalik Panggung Fashion Show |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.