Berita Trenggalek
Lomba Ronda Tradisional di Prigi Trenggalek, Meriah Tanpa Pengeras Suara, Utamakan Alat Musik Bambu
Lomba ronda kreasi tradisional di Desa Prigi/Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek berlangsung meriah.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Lomba ronda kreasi tradisional di Desa Prigi/Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek berlangsung meriah.
Ribuan penonton berjajar di pinggir jalan raya Desa Prigi untuk menonton langsung lomba ronda tersebut.
Peserta dari masing-masing RT juga nampak antusias memberikan penampilan terbaiknya, baik dengan kekompakan musik, kostum, gerakan tari maupun maket dan atribut ronda lainnya mulai dari kentongan, angklung, hingga obor.
Lomba dimulai dari pertigaan Polsek Watulimo hingga finish di Kantor Kecamatan Watulimo dengan menempuh jarak 2 kilometer.
Lomba ronda tersebut dilaksanakan setiap Sabtu malam atau malam Minggu sejak pekan pertama bulan Ramadan 1444 H.
Baca juga: Ronda Sahur Pakai Truk dan Sound System di Trenggalek Dilarang, Polisi Akan Menindak Tegas
"Tujuan kita untuk menggugah animo masyarakat bahwasannya prigi bisa lebih dikenal lebih luas lagi di kalangan masyarakat luar," kata Koordinator lomba kreasi tradisional, Agus Yuliawan, Sabtu (15/4/2023).
Peserta sendiri terdiri dari 32 grup yang mewakili masing-masing RT di Desa Prigi yang memiliki 52 RT.
Lomba ronda tradisional kreasi tersebut mengutamakan suara asli dari bambu tanpa menggunakan pengeras suara.
"Kita juga menilai bagaimana RT tersebut bisa mengajak para warganya untuk bisa berpartisipasi dalam lomba ini," ucap Agus.
"Lalu yang kedua adalah keseragaman dalam bentuk kostum dan ketukan musiknya, kita juga menilai kreasi musiknya bagaimana," lanjutnya.
Baca juga: Ronda Digital, Cara Anak-anak Siskamling Cegah Penularan Covid-19
Agus menegaskan, selain dilarang menggunakan pengeras suara, peserta juga dilarang mengenakan kaus maupun atribut perguruan pencak silat lainnya, jika tidak juri akan bertindak tegas dan mendiskualifikasi peserta.
"Ini tahun pertama, pilot projects kita dan animo masyarakat luar biasa, kemungkinan tahun depan akan kita gelar lagi dengan lebih semarak," jelas Agus.
Sementara itu, seorang peserta, Sudarmanto mengaku terkesan dengan penyelenggaraan lomba ronda kreasi tradisional tersebut.
"Lomba ini bisa mempersatukan masyarakat kembali serta mengaktifkan budaya yang sudah lama meredup karena Covid-19," kata Sudarmanto.
Ia menyebut lomba ronda tersebut baru diselenggarakan tahun ini. Sudarmanto berharap pemerintah lebih memperhatikan kesenian kesenian budaya seperti ronda tersebut dan dikembangkan serta ada event lanjutan yang lebih besar lagi
| Kisah Warga Trenggalek Bangun Kedai Healthy Food dari Modal Rp 200 Ribu, Kini Jadi Langganan Bupati |
|
|---|
| Sapi Potong Sehat Jadi Prioritas Vaksinasi PMK di Trenggalek, Dinas Peternakan: Bisa Vaksin Mandiri |
|
|---|
| Modus Penipuan Jual Beli Emas Rp 27 Juta, Pelaku Hanya Bermodal HP, Wanita Trenggalek Jadi Korban |
|
|---|
| Masa Pendaftaran Seleksi PPPK Gelombang Kedua Trenggalek Diperpanjang, Terakhir 20 Januari 2025 |
|
|---|
| Brak, Pohon Tumbang Timpa Warung di Desa Kedunglurah Trenggalek, Sempat Ganggu Arus Lalin |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.