Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kisah Dusun di Kediri 'Ditakuti' TNI dan Polri, Pejabat yang Berani Masuk Situ Disebut Bakal Lengser

Dusun keramat di Kediri 'ditakuti' TNI dan Polri, pejabat yang berani masuk situ disebut bakal lengser, kenapa?

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
via Grid.ID
Peringatan di depan gang masuk Dusun Setono, Desa Tales, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur 

Raja Airlangga adalah pendiri sekaligus raja terakhir dari Kerajaan Kahuripan yang pernah berdiri di Jawa Timur pada abad ke-11.

Raja Airlangga bertahta di Kahuripan, wilayah kuno yang saat ini menjadi bagian dari Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Disebutkan dalam Prasasti Pamwatan bahwa menjelang akhir pemerintahannya, Raja Airlangga memindahkan ibu kota kerajaan ke Daha (Kediri).

Candi Penataran yang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri (blitarkab.go.id)
Candi Penataran yang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri (blitarkab.go.id)

Saat itu raja juga tengah berhadapan dengan masalah suksesi kerajaan karena putri mahkota, Sanggramawijaya Tunggadewi, justru memilih untuk menjadi petapa.

Untuk menghindari perebutan takhta di antara kedua putranya, yakni Mapanji Garasakan dan Sri Samarawijaya, Raja Airlangga memutuskan membagi kerajaan menjadi dua.

Kerajaan Kahuripan memiliki wilayah yang cukup luas, hampir mencakup seluruh daerah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah.

Jika pembagian tidak dilakukan dengan tepat, tentunya dapat menimbulkan masalah dari pihak yang merasa dirugikan.

Oleh sebab itu, Raja Airlangga mendapat bantuan dari Mpu Bharada dalam proses pembagian Kerajaan Kahuripan.

Mpu Bharada atau Arya Bharada adalah pendeta sakti agama Buddha yang menjadi guru spiritual Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan.

Konon, Mpu Bharada membagi Kerajaan Kahuripan menggunakan kesaktiannya.

Hasil pembagian menyatakan bahwa Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya terletak di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan.

Sementara Kerajaan Panjalu atau Kediri yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya.

Peristiwa pembagian kekuasaan ini terjadi pada tahun 1045, menandai akhir dari pemerintahan Kerajaan Kahuripan, sekaligus berdirinya Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Panjalu.

Setelah terbagi, Kerajaan Jenggala dan Kediri ternyata tetap berselisih.

Hingga akhirnya timbul peperangan karena Samarawijaya dan Mapanji sama-sama merasa berhak atas seluruh kekuasaan Airlangga.

Peperangan di antara keduanya terus terjadi selama beberapa dekade hingga Kerajaan Janggala mengalami kekalahan dari Kerajaan Panjalu.

Kerajaan Panjalu dengan pusat pemerintahan di Kediri, Jawa Timur, ini pada akhirnya lebih dikenal sebagai Kerajaan Kediri.

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved