Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Siswa SMK Jadi Pemulung Sepulang Sekolah, Soleh Eko Wibowo Rela Tempuh 15 Km Naik Sepeda: Tidak Malu

Siswa SMK jadi pemulung sepulang sekolah, Soleh Eko Wibowo rela tempuh 15 km naik sepeda.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Kompas.com
Soleh Eko Wibowo, siswa SMK yang tak malu memulung sepulang sekolah 

TRIBUNJATIM.COM - Kisah hidup seorang siswa SMK di Gunungkidul yang bernama Soleh Eko Wibowo menuai pujian.

Pasalnya siswa SMK tersebut tak malu bekerja menjadi pemulung, memunguti sampah usai pulang sekolah.

Kegiatan yang dilakoni Soleh Eko Wibowo karena keadaan ekonomi ini membuatnya viral di media sosial.

Lantas bagaimana cerita perjalanan hidup Soleh Eko Wibowo tersebut?

Baca juga: Artis Jualan Live Dituding Geser Lapak Pedagang, Melaney Ricardo Bongkar Uang yang Didapat Sedikit

Soleh Eko Wibowo sengaja bekerja menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai kebutuhan sekolah.

Sepulang sekolah, Soleh Eko Wibowo tak langsung pulang ke rumah.

Ia justru menuju ke belakang sekolah untuk mencari barang bekas, seperti botol dan gelas bekas minuman ringan.

Satu persatu sampah dia singkirkan untuk mencari barang bekas pilihannya.

Setelah satu kantong besar penuh, dirinya mengambil sepeda berwarna putih pemberian salah seorang guru sekolahnya.

Soleh Eko Wibowo lalu menempuh perjalanan sekitar 15 km menuju rumahnya.

Dia sempat berhenti untuk mengambil gelas minuman ringan dan dimasukkan ke wadah plastik.

Saat jalan menanjak, Soleh Eko Wibowo mengayuh sepedanya sambil berdiri agar lebih ringan.

Sejumlah ibu-ibu yang sedang duduk di pinggir jalan sempat menyapa Soleh Eko Wibowo.

Tepatnya saat dia mengayuh sepedanya menuju ke rumah di Padukuhan Jeruklegi, Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar.

Awal sekolah, Soleh Eko Wibowo lakoni dengan berjalan kaki.

Hingga kemudian sejak dua tahun lalu, ia diberi sepeda oleh guru dan warga.

"Tidak malu, nanti barang bekas ini dikumpulkan di rumah, lalu setelah banyak dijual."

"Biasanya dapat antara Rp15.000 sampai Rp25.000, kadang lebih, kadang kurang," tutur dia.

Baca juga: Dulu Sering Numpang Makan di Kondangan, Suami Artis Cantik Ini Kini Miliarder Punya Bisnis Kuliner

Tak hanya sepulang sekolah, siswa kelas XII Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran ini menghabiskan waktu libur untuk memulung sampah.

Bahkan sampai ke wilayah Kapanewon Ngawen.

Meski tidak banyak hasil yang didapatkan, hal ini cukup membantu untuk biaya jajan dan kebutuhan sekolah.

Tumbuh dalam keluarga dengan keterbatasan ekonomi tak membuatnya menyerah.

Ibunya bekerja sebagai tukang kebun, serta menjual makanan jika ada pesanan, dan ayah sambungnya buruh bangunan.

"Ya untuk jajan dan beli kuota," kata Soleh Eko Wibowo.

Soleh Eko Wibowo tak memiliki cita-cita yang muluk.

Setelah lulus, dirinya ingin menjadi kreator konten atau berjualan angkringan.

Saat ini dirinya sudah merintis membuat akun media sosial yang berisi tentang animasi dan komik.

"Dulu YouTube saya sudah 500 pengikut, tapi hilang. Sekarang mulai lagi, baru 70-an pengikut," kata dia.

Soleh Eko Wibowo, siswa SMK jadi pemulung sepulang sekolah
Soleh Eko Wibowo, siswa SMK jadi pemulung sepulang sekolah (KOMPAS.COM)

Kepala Sekolah SMK Teruna Jaya 1 Gunungkidul, Supater Murbo Prihadi mengatakan, Soleh Eko Wibowo berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Soleh Eko Wibowo tergolong siswa biasa, tetapi memiliki ketekunan.

Ia membenarkan bahwa siswanya tersebut sering mengambil barang bekas untuk dijual sepulang sekolah.

Untuk meringankan pembiayaan sekolah, Soleh Eko Wibowo sudah mendapatkan bantuan dari donatur.

Selain itu, lanjut Supater, siswa kelahiran 27 September 2003 ini terlebih dahulu menghabiskan waktu sekitar satu jam memanfaatkan WiFi sekolah untuk mengedit animasinya.

Pihak sekolah mendukung hobinya tersebut, diharapkan hobinya tersebut dapat menambah pendapatannya sebagai kreator konten.

"Dia betah di sekolah, pas sudah jam pulang dia manfaatin WiFi dulu untuk buat animasi dan komik," kata Supater.

Dia berharap, anak didiknya ini bisa sukses dan membantu perekonomian keluarganya.

Baca juga: Tampil Sederhana, Artis Tak Gengsi Pakai Tas 200 Ribu, Suami Puji Sikap Bijak Istri Pandai Atur Uang

Sementara itu sosok siswa SMK jualan sayur juga tengah menjadi sorotan.

Pasalnya omzet yang ia hasilkan dari jual sayur mencapai Rp100 juta per bulan.

Ia adalah Muhammad Alva Priyandhito.

Alva merupakan siswa SMK di Gunungkidul, Yogyakarta.

Alva mengaku, sudah mulai berjualan sayur sejak tahun lalu.

"Sudah sejak 2022 saya mulai berbisnis," katanya, dikutip dari TribunStyle.com.

Alva mengaku, sejak kecil ia terbiasa ikut ayahnya berjualan sayuran di Pasar Playen.

Ia memulai bisnis dengan berjualan jamur yang dibelinya dari petani jamur di wilayah Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen, yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Setiap hari dirinya membeli jamur dan dibawa ke Pasar Argosari, Wonosari.

Ternyata laris, ia pun mulai mengembangkan bisnis sayuran.

Alva mulai mencari petani sayuran dan menjualnya ke pedagang di pasar.

Siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak ini menjual sayuran yang berasal dari petani di Kapanewon Playen.

Seperti timun, jamur, cabai, terong, dan paling banyak gambas.

Hasil pertanian tersebut langsung dibawa ke Pasar Playen untuk dikemas dan dijual.

"Membeli sayur dan dijual ke pedagang ecer atau pedagang pasar," kata dia.

"Visi misi saya menggerakkan petani lokal, saya tidak membeli sayuran dari luar Gunungkidul. Cita-cita saya menyejahterakan petani lokal," ujar dia.

Alva, siswa SMK jual gambas hingga timun beromzet Rp100 juta.
Alva, siswa SMK jual gambas hingga timun beromzet Rp100 juta (Dok pribadi)

Kini setiap pulang sekolah sekira pukul 15.00 WIB, Alva datang ke beberapa petani untuk membeli sayuran.

Siswa kelas XII SMK Al Hikmah Gubukrubuh, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, ini kemudian menjual sayur tersebut ke Pasar Playen atau Pasar Argosari, Wonosari.

Sekitar pukul 19.00 WIB, Alva pulang ke rumah untuk belajar dan beristirahat.

Dirinya tidak terbiasa untuk keluar rumah bermain dengan teman sebayanya jika tidak malam liburan.

Diakuinya, musim kemarau saat ini membuat dagangannya menurun drastis.

Dari puluhan kilogram sayuran yang dibeli setiap hari, berkurang sekitar 40 persen.

Disinggung omzet yang mencapai ratusan juta, Alva mengakui, saat ini mengalami penurunan karena musim kemarau.

"Saya mencari orang yang mau bertani, saya modalin kalau diperlukan. Kamu menanam ini, besok kalau panen saya beli."

"Petani di Bleberan, Ngunut, Playen. Kalau petani banyak, sekarang musim kemarau jadi menurun," kata dia.

Tak hanya pasar lokal, dia menjual sampai ke Pasar Prambanan hingga Muntilan.

Untuk membantu pekerjaannya, dirinya mengajak temannya untuk ikut membantu.

Alva mengakui, saat ini sudah bisa membeli kendaraan sepeda motor hingga kebutuhan sekolah dari usahanya ini.

Total ada tiga teman sekolahnya dan satu teman bermain yang sudah lulus sekolah untuk membantunya.

"Dari pada main hape, saya ajak teman saya ikut bantu, lumayan bisa menambah uang jajan," ujar Alva.

Alva, siswa SMK jual sayur beromzet Rp100 juta.
Alva, siswa SMK jual sayur beromzet Rp100 juta. (KOMPAS.com/Markus Yuwono)

Disinggung mengenai waktu bermain, Alva mengakui sesuai dengan perintah orang tuanya, dia hanya bermain saat malam libur saja, selebihnya belajar dan jualan.

"Saya main, orang tua saya membatasi main, main hanya malam libur sekolah. Mau main jam berapa asalkan balik. Malam sekolah dilarang main," kata dia.

Meski masih belia, Alva tidak canggung berinteraksi dengan petani yang usianya lebih tua, bahkan kelihatan akrab.

Ayah Alva, Sofyan menjelaskan, sejak kecil anaknya ikut ke Pasar Playen untuk menjual sayuran.

Semangat anaknya cukup mengagetkan, karena mimpinya ingin sayuran bisa dijual ke luar daerah, seperti gambas dan jamur.

Namun diakuinya, permasalahan air bagi petani cukup mengurangi panen.

"Saya melihat semangatnya saja, pulang sekolah dia berani turun langsung. Dia enggak mau kuliah, mau nerusin usaha seperti ini," kata Sofyan.

Dikatakannya, anaknya punya teman-teman petani yang usianya muda.

Saat ini juga mendorong untuk menanam buah seperti semangka, dan pepaya.

Harapannya buah ini bisa membantu perekonomian warga dan petani muda.

"Sekarang menanam semangka, jadi semua petani tidak harus sayuran bisa buah," kata Sofyan.

Dia berharap anaknya terus menekuni usaha yang dipilihnya dan jangan sampai patah semangat.

Sehingga ke depan selepas lulus SMK bisa lebih mengembangkan usahanya.

Sementara seorang teman berjualan Alva, Nova, mengaku sudah sejak lama ikut membantu mencari sayur.

Dia mengaku bersyukur dengan hasil harian karena bisa membeli kebutuhan sekolah hingga modifikasi sepeda motor.

"Ya lumayan hasilnya, bisa untuk otak-atik sepeda motor," kata Nova.

Petani milenial Padukuhan Peron, Kalurahan Bleberan, Yuliantoro, mengaku senang bekerja sama dengan Alva, karena masih muda dan cekatan.

Biasanya menjual gambas, timun, hingga kacang.

"Sekarang kendalanya air, ngebor 60 meter, airnya untuk mengairi lahan tidak mencukupi karena debitnya kurang saat puncak musim kemarau seperti saat ini," kata dia.

Alva pernah menerima penghargaan wirausaha belia SMK 2023 DIY dalam program Momenku Siap Berkemas.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved