Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Entertainment

Sosok Raditya Dika, Suami Anissa Aziza Jadi Dosen di Universitas Indonesia, Vibes Disebut Bak Maba

Simak inilah sosok Raditya Dika, suami Anissa Aziza jadi dosen Universitas Indonesia. Vibesnya malah disebut bak maba alias mahasiswa baru.

|
Editor: Elma Gloria Stevani
Instagram/raditya_dika
Raditya Dika bagikan pengalaman hari pertamanya menjadi dosen di Universitas Indonesia. 

TRIBUNJATIM.COM  Raditya Dika dikabarkan telah menjadi dosen di Universitas Indonesia (UI) sejak beberapa hari lalu

Penampilan aktor sekaligus komika Raditya Dika kali ini banyak dipuji warganet.

Namun bukan sebagai dosen, warganet justru menganggap Raditya Dika masih cocok menjadi mahasiswa karena penampilannya itu.

Padahal, usia penulis novel Kambing Jantan itu sudah 38 tahun.

Penilaian tersebut dilontarkan warganet dalam unggahan Raditya Dika di akun Instagram miliknya pada hari Kamis (26/10/2023).

Biasa menjadi komika, aktor hingga sutradara, kali ini Radit menjalani peran berbeda sebagai seorang dosen.

Tepatnya ia mengajar di Universitas Indonesia untuk vokasi jurusan produksi media.

Talk lupa, Raditya Dika membagikan foto-fotonya saat berada di linkungan kampus hingga satu potretnya saat mengajar di dalam kelas.

"Hari pertama jadi dosen di Universitas Indonesia, untuk vokasi jurusan produksi media," ungkap Raditya Dika.

Suami Anissa Aziza ini pun mengungkapkan kesan yang didapatkannya usai mengajar dan menjadi dosen di hari pertama.

Selain senang berbagi ilmu, Radit juga memuji keaktifan mahasiswa dalam mengikuti kelasnya.

"Pengalaman baru, ngajar sekaligus sharing selama di industri. Mahasiswanya pertanyaannya bagus2," tandas Radit.

Radit sendiri tampil kasual di hari pertamanya mengajar.

Ia memadukan kaus krem lengan panjang dengan celana panjang hitam.

Radit juga memakai sepatu kets putih dan membawa ransel.

Terlihat saat berada di dalam kelas, ayah dua anak tersebut dengan serius membagikan ilmu yang dimilikinya.

Cerita Radit mengenai pengalaman barunya mengajar sebagai dosen menuai beragam reaksi dari pengguna Instagram lainnya.

Tentunya, netizen banyak yang dibuat takjub dengan segudang kesibukan yang dimiliki Radit termasuk kali ini menjadi seorang dosen.

Netter yang kagum lantas meninggalkan acungan jempol untuknya.

Di sisi lain, penampilan Radit juga tak kalah disorot.

Pasalnya dengan gaya kasual, Radit justru ramai disebut memancarkan vibes ala maba alias mahasiswa baru.

Netter pun beramai-ramai menggoda komika sekaligus aktor 38 tahun ini.

"Vibesnya kek maba bang," sebut akun @goo*****av.

"Vibes keg maba bingung turun dari angkot," sedang canda akun @tia*****ng.

"Otw kuliah di UI, biar ketemu dosen ini," ungkap akun @ri***ay.

Lantas, seperti apakah sosok Raditya Dika?

Raditya Dika mengawali keinginan untuk membukukan catatan hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award.

Radit juga pernah meraih Penghargaan bertajuk The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat.

Dari pengalaman itu, ia mencetak tulisan-tulisannya di blog kemudian ia menawarkannya ke beberapa penerbit untuk dicetak sebagai buku.

Radit sukses menjadi penulis dengan keluar dari arus utama (mainstream).

Ia tampil dengan genre baru yang segar

Yang membuat ia berbeda dari penulis lain adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setiap bukunya.

Dari buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang.

Bagi Radit, ini adalah selling point-nya.

Dilansir dari Wikipedia, Berikut Biodata Singkat Raditya Dika

Nama: Dika Angkasaputra Moerwani Nasution

Tanggal Lahir: 28 Desember 1984

Pekerjaan: Komedian, penulis, sutradara, produser, penulis skenario, pebisnis

Karier:

Buku pertamanya sempat tidak terlalu laku

ni, menurut Radit, adalah risiko masuk dalam genre baru.

Radit kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola.

Selain itu ia juga gencar promosi dari mulut ke mulut (word of mouth).

Radit meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke Radit.

Jadilah ini sebuah strategi pemasaran yang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya.

Menurut Radit, dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai.

Kemudian, pemasaran diserahkan kepada penerbit. Sebaliknya, penulis seharusnya juga menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga seniman.

Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus bisa laku di pasaran.

Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang perlu dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.

Menjadi penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan.

Menurut Radit, hambatan bukan hanya dari industri buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal.

Artinya, lawan dari industri buku bisa jadi bukan industri buku lain tetapi industri lain yang sebenarnya tidak berhubungan sama sekali seperti hiburan (entertainment), makanan, dan lain-lain.

Sebagai contoh, bila ada anak muda memiliki uang 50.000 rupiah, belum tentu ia akan membelanjakannya untuk buku.

Bisa jadi uang itu digunakan untuk menonton film di bioskop atau membeli makanan cepat saji.

Dan yang jelas, buku bukan pilihan utama.

Bagi Radit hal ini memang sudah lazim.

Yang perlu dilakukan adalah terus berkreasi dan bertindak kreatif.

Baginya, kompetisi yang ada adalah kunci untuk berinovasi.

Tekanan kompetitor bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.

Artikel ini telah tayang di Tribun Jambi

---

Berita Artis dan Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved