Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Dulu Kaya Jadi Saudagar Beras, Mbah Asnawi Kini Hidup Merana Rawat Anak yang ODGJ, Harta Habis

Mbah Asnawi dulu kaya jadi saudagar beras, kini hidup merana rawat anaknya yang ODGJ.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL
Kisah Mbah Asnawi dulu kaya jadi saudagar beras, kini hidup merana rawat anak yang ODGJ 

TRIBUNJATIM.COM - Kisah Mbah Asnawi dulunya seorang saudagar beras kini hidup merana rawat anak yang ODGJ, jadi sorotan.

Kisah hidup pria yang berusia 89 tahun ini terkuak kala bertemu Kang Dedi Mulyadi alias KDM.

Dulunya kaya raya, tapi kini Mbah Asnawi hidup apa adanya di rumahnya.

Seperti apa kisah Mbah Asnawi selengkapnya?

 

Pepatah menyebut bahwa kehidupan bak roda yang berputar.

Hari ini seseorang bisa saja berada di posisi atas dalam taraf hidupnya, tapi suatu saat bisa jatuh ke bawah.

Kondisi tersebut dialami Mbah Asnawi dikarenakan semua hartanya habis untuk membiayai pengobatan anak bungsunya yang seorang ODGJ.

Belum lama ini Kang Dedi Mulyadi tak sengaja bertemu dengan Ki Asnawi yang sedang mencari kelapa di pinggir jalan di Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar).

Di umurnya yang hampir satu abad, ia masih semangat mencari uang untuk menghidupi istri dan anak bungsunya.

"Kadang memulung kelapa, cari tutut, atau kuli pacul di sawah," ucap Asnawi, mengutip Tribun Jabar.

Dalam sehari, ia bisa mendapatkan uang rata-rata Rp50 ribu.

Sebagian besar uang tersebut untuk membeli rokok dan kopi untuk anak bungsunya.

Sementara untuk makan keluarganya, Mbah Asnawi mendapat bantuan dari pemerintah desa dan tetangga.

Kang Dedi Mulyadi pun mengajak Mbah Asnawi untuk berbelanja ke supermarket.

Di sana ia dibelikan sejumlah kebutuhan pokok untuk persediaan satu bulan ke depan.

Usai belanja, Kang Dedi Mulyadi pun berkunjung ke rumah Asnawi.

Tak disangka, ternyata Asnawi menempati rumah yang besar khas orang kaya zaman dulu, di tengah perkampungan warga.

Meski hanya ditinggali oleh Asnawi, istri, dan anak bungsunya, rumah tersebut tampak bersih dan rapi.

Sementara di dapur benar saja, sudah tak ada lagi stok makanan.

"Dulu pernah jadi bandar beras. Semenjak anak ini sakit, semua harta dijual untuk biaya pengobatan. Istri juga dulu emas banyak, sekarang habis dijual," ucapnya.

Menurut Asnawi, anak bungsunya tersebut semula seorang pemuda normal.

Namun sejak belasan tahun silam, ia mengalami frustasi karena cinta, sehingga sehari-hari hanya bisa melamun, makan, merokok dan ngopi.

"Sehari itu rokok bisa tiga bungkus, kopi delapan gelas."

"Kalau tidak dikasih kayak yang bingung, takutnya dia keluar rumah, hilang," ujar Asnawi.

Baca juga: Duduk di Tengah Jalan, Pria Sebar Uang Rp350 Juta & Tantang Adu Kekayaan, Polisi Ungkap Penyebab

Kang Dedi Mulyadi mengapresiasi Asnawi dan istrinya.

Meski pernah hidup bergelimang harta, tapi keduanya tak malu dan bahkan bertanggung jawab penuh pada anaknya yang ODGJ.

Sebelum berpamitan, Kang Dedi Mulyadi memberikan sejumlah uang kepada keluarga tersebut sebagai bekal hidup untuk beberapa bulan ke depan.

Sementara anak Asnawi yang ODGJ bernama Elan dan berusia 43 tahun itu pun akan dibantu diobati.

"Besok ada staf saya ke sini untuk periksa kejiwaannya."

"Apakah nanti dibawa ke RSJ atau ke Pesantren Cireok untuk diobati," tandas Kang Dedi Mulyadi.

Kisah serupa juga datang dari Mbah Heri yang nangis saat ungkap penghasilannya tak lebih dari Rp20 ribu sehari meski sudah 17 tahun keliling jualan kopi.

Padahal usianya sudah tidak lagi muda, namun Mbah Heri setiap hari harus berjalan kaki berkeliling dari satu tempat ke tempat.

Setiap hari Mbah Heri berkeliling untuk menawarkan kopi kepada orang-orang demi beli beras untuk makan.

Kini kisah seorang kakek penjual kopi keliling ini membuat netizen terharu dan terenyuh.

Adalah Heri, lansia berusia 68 tahun yang berjualan kopi keliling di Kota Bogor, Jawa Barat.

Hanya alas kaki yang menjadi teman perjalanan lansia tersebut dalam mencari nafkah, tanpa sepeda, apalagi motor.

Sambil menenteng keranjang usang berisi beberapa saset kopi dan termos air panas, Mbah Heri biasa menyusuri jalan hingga larut malam.

Sembari berkeliling, Mbah Heri berharap ada saja pekerja atau masyarakat yang membeli kopi jualannya tersebut.

Tak muluk-muluk, rasanya sekadar mendapat uang yang cukup untuk membeli beras seliter saja rasanya sudah begitu disyukurinya.

Hal ini diceritakan Heri dalam sebuah video yang diunggah oleh TikTokers bernama Zara Alesha.

Dalam video tersebut, awalnya sang TikTokers berniat untuk memanggil Mbah Heri untuk membeli dagangannya.

Saat sedang dilayani, ia lalu bertanya berapa usia kakek penjual kopi tersebut.

"Umur berapa Pak?" kata Zara Alesha.

"Saya lahirnya tahun 55," jawab Mbah Heri.

Baca juga: Perjuangan Mardiah Pedagang Sayur yang Berhasil Wujudkan Mimpi Anak Bisa Kuliah, Jualan Pagi-Magrib

Ia pun langsung bertanya, sudah sejak kapan Mbah Heri berjualan kopi.

Mbah Heri bercerita, ia sudah menjadi pedagang kopi keliling sejak tahun 2006 silam.

Artinya, sudah sekitar 17 tahun lamanya, ia mencari uang dengan berjualan kopi di jalanan.

Walau begitu, penghasilan Mbah Heri juga pas-pasan.

Rasa-rasanya, sekadar bisa membeli beras satu atau dua liter saja sudah begitu disyukuri bagi Mbah Heri.

Kata Mbah Heri, dulu ia bisa menghabiskan dua termos air dalam untuk berdagang kopi.

Namun tidak dengan sekarang, dirasakan Heri, dagangannya semakin hari semakin sepi sejak era pandemi Covid-19 sampai sekarang.

"Sekarang, satu termos aja enggak habis-habis," ungkapnya.

Mbah Heri sosok penjual kopi keliling di Bogor penghasilannya tidak lebih dari Rp20 ribu sehari, padahal keliling sampai larut malam dengan berjalan kaki
Mbah Heri sosok penjual kopi keliling di Bogor penghasilannya tidak lebih dari Rp20 ribu sehari, padahal keliling sampai larut malam dengan berjalan kaki (TikTok/zaraaleshaaa)

Ia bercerita, meski sudah bertahun-tahun jualan kopi, pendapatannya tidak seberapa.

Biasanya ia bisa mendapat uang paling banyak sekitar Rp60 ribu dalam sehari.

Itu pun belum dipotong modal untuk berbelanja kopi kembali.

Bersihnya, kata Heri, biasanya hanya bisa membawa pulang uang senilai Rp20 ribu saja dari hasil menjajakan kopi sampai larut malam.

"Ya bawa pulang paling Rp20 ribu, kan dibelanjain lagi," ungkapnya.

Walau fisiknya tak lagi muda, semangat Mbah Heri mencari nafkah tak pernah surut.

Mbah Heri mengaku, ia biasa pulang ke rumah sekitar jam 12 malam.

Kalau sore hari, ia biasanya berjualan di kawasan Pasar Anyar.

Sedangkan di malam hari ia lanjut berjualan di sekitar Pasar Bogor.

"Ya namanya nyari satu liter, dua liter beras," ungkap Heri.

Harga kopi yang ia tawarkan, tidaklah mahal, segelasnya cuma Rp4 ribu saja.

Raut wajah yang penuh keramahan, selalu ditunjukan Mbah Heri saat melayani pembelinya.

Hingga kemudian, ekspresi Mbah Heri pun berubah menjadi haru.

Zara Alesha yang hendak membayar kopi yang dibelinya, tiba-tiba memberi uang senilai Rp300 ribu.

"Dari saya buat Bapak," kata Zara Alesha.

Mbah Heri hanya terdiam sekejap, bibirnya membeku dan tak mampu mengungkapkan kata-kata.

Tersadar dengan apa yang dialaminya, Mbah Heri langsung bertanya, apa maksud dari pemberian uang tersebut.

"Ya ini kan aku beli, ini uangnya," kata Zara Alesha.

"Tapi kebanyakan teh," jawab Mbah Heri.

Zara Alesha pun langsung menjelaskan bahwa itu adalah sebagian rezeki Mbah Heri yang didapat dari hasil ia bekerja.

Mendengar hal itu, Mbah Heri tak kuasa menahan tangis. Air matanya pun tumpah.

Berkali-kali, ia hanya terlihat menyapu air mata dari wajahnya.

"Saya enggak bisa ngasih apa-apa, ini kebanyakan teh. Saya kan belum pernah dikasih kayak gini. Saya balasnya pakai apa teh?" kata Mbah Heri sambil berusaha tidak menangis.

"Balasnya Bapak tinggal diem, terima aja. Terima buat keluarga," jawab Zara Alesha.

Video ini langsung menuai beragam komentar dari netizen.

Beberapa dari mereka, merasa tersentuh dengan sikap Mbah Heri.

Mereka menyoroti sikap Mbah Heri yang tampak begitu bersyukur dengan bantuan yang diberikan.

Meski nominalnya hanya Rp300 ribu, raut wajah bahagia dan juga haru terpancar dari wajah Mbah Heri.

"Padahal cuma 300 ribu sebegitu bersyukurnya, sedangkan aku yang kerjanya duduk engga kepanasan gaji lebih besar dari itu masih suka mengeluh ya Allah," tulis komentar @allendyustarika.

"jarang seorang laki-laki menangis, bapaknya saking bahagia," tulis @ivanya.05.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved