Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ramadan 2024

Mengenal Megengan, Tradisi Masyarakat Sambut Bulan Suci Ramadan 2024 di Jawa Timur dan Jawa Tengah

Mari mengenal Megengan atau biasa dikenal dengan punggahan, tradisi masyarakat menyambut bulan suci Ramadan 2024 di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

|
Editor: Elma Gloria Stevani
SURYA/PURWANTO
Warga membuat makanan apem dalam tradisi Megengan Apem di komplek pemakaman Islam Ki Ageng Gribig, Kota Malang, Jawa Timur, Senin (20/3/2023). Tradisi tersebut dilakukan untuk menyambut bulan Ramadan. 

TRIBUNJATIM.COM - Megengan atau biasa dikenal dengan punggahan adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah dalam menyambut bulan suci Ramadan 2024.

Tradisi Megengan  sering pula disebut sebagai ritual mapag atau menjemput awal bulan puasa.

Megengan berasal dari kata megeng yang bahasa Indonesia-nya menahan, dan terkandung maksud menahan diri dari sekarang untuk menyabut datangnya bulan puasa.
 
Puasa dalam bahasa jawanya Poso, ‘ngeposne rasa’ dengan maksud mengistirahatkan perasaan entah itu perasaan senang, marah, benci, atau apapun itu jenis perasaan, agar jangan sampai nantinya ketika menjalani puasa hanya menikmati menahan lapar dan dahaga saja padahal yang paling penting adalah menahan perasaan atau hawa nafsunya.

 

Megengan

Pengertian Megengan

Kata Megengan berasal dari kata megeng yang berarti menahan.

Makna megengan adalah menahan segala hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan hal lain yang membatalkann puasa.

Megengan juga berarti keselamatan supaya tetap terjaga baik dalam menghadapi Ramadhan.

Tradisi Megengan juga dilakukan untuk mengingatkan masyarakat datangnya bulan suci Ramadhan. Dimana pada bulan tersebut, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa.

Secara sejarah, megengan merupakan alkuturasi budaya, yaitu penggabungan budaya Jawa dan budaya Islam yang dilakukan Walisongso saat menyebarkan ajaran Islam di Jawa.

Tujuannya tidak lain supaya Islam dapat diterima oleh masyarakat.

Pada masa itu di Jawa terdapat budaya menghantarkan sesajen, kemudian para Wali mengganti kegiatan tersebut dengan mengantarkan makanan.

Kapan Megengan Dilakukan?

Megengan digelar pada minggu terakhir bulan Sya'ban, terletak di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadhan.

Megengan dilakukan sebagai wujud rasa syukur karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan.

Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan makanan yang dibuat oleh masyarakat, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang tinggal disekelilingnya.

Sebelum pelaksanaan tradisi megengan, orang-orang akan datang ke makam untuk berdoa dan menabur bunga yang dikenal dengan "nyekar".

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved