Berita Lifestyle
Bukan Sekadar Silaturahmi, Bukber Kerap Jadi Ajang Pamer, Begini Pandangan Sosiolog
Kegiatan buka bersama (bukber) puasa tak jarang jadi ajang reuni bertemu teman-teman lama baik saat sekolah atau kuliah.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM, MALANG- Kegiatan buka bersama (bukber) puasa tak jarang jadi ajang reuni bertemu teman-teman lama baik saat sekolah atau kuliah.
Selain jadi momen kebersamaan dan mempererat silaturahmi, kesempatan itu jadi media memamerkan diri. Apalagi jika sudah mencapai keberhasilan.
Menurut pandangan Awan Setia Dharmawan SSos MSi, dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), orang ikut bukber itu membawa kepentingan yang berbeda.
"Ada yang murni ingin menjalin silaturahmi atau justru show off dengan menampilkan apa yang dipunya. Ini merupakan salah satu bentuk ekspresi diri selama masih dalam batas yang wajar,” papar Awan, sapaannya, Senin (18/3/2024).
Dikatakan, ada beberapa alasan mengapa orang melakukan pamer saat bukber. Salah satunya adalah sebagai upaya balas dendam dari pengalaman masa lalu.
“Mungkin dulu sempat dibully dan sekarang ingin membuktikannya. Tapi, ini secara tidak langsung atau eksplisit,” duganya.
Baca juga: Cari Tahu Arti Kata Bukber, Istilah Viral TikTok, Populer Kerap Dipakai Warganet Saat Bulan Ramadan
Selain itu, momen berkumpul dalam bukber seringkali dijadikan platform untuk menegaskan siapa diri seseorang di hadapan orang lain.
Ini sejalan dengan konsep personal branding yang bertujuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi bagaimana citra diri seseorang dilihat oleh orang lain.
"Dalam perspektif sosiologis, fenomena pamer dalam bukber dapat dipahami sebagai bagian dari teori hyper consumption. Di mana masyarakat cenderung mengonsumsi barang lebih dari kebutuhan untuk mengekspresikan identitas dan status sosialnya," ungkapnya.
Fenomena ini semakin dipicu dengan kebutuhan untuk berfoto dan mengunggahnya di media sosial. Sehingga memunculkan tekanan untuk tampil menarik dalam setiap kesempatan.
Bahkan, tak jarang mau mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang baru atau mempersiapkan bukber dengan segala kemewahan. Hal ini memunculkan rasa iri di kalangan individu tertentu.
Baca juga: Pamer Diajak Nonton Bioskop, Lolly Bangga Vadel Badjideh Jadi Pacarnya, Klaim Punya Banyak Uang
Sebab merasa terpinggirkan atau tidak mampu mengikuti gaya hidup yang lainnya. “Bahkan, kadang ada pertanyaan yang lebih personal, seperti ‘Kapan lulus? Penghasilanmu berapa? Kerja di mana?’. Pertanyaan itu efeknya bisa mengerikan, seperti halnya menutup komunikasi kembali atau justru bunuh diri,” tegasnya.
Ia berpesan jangan sampai momen yang seharusnya penuh kebersamaan dan keberkahan, berubah menjadi ajang pamer dan persaingan.
Karena itu perlu mengurangi perilaku pamer karena tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama. Sehingga kalau mau pamer, maka pamerlah dalam lingkar pergaulan yang seimbang
Baca juga: Bantah Settingan, Gilga Sahid Pamer Foto Bareng Happy Asmara Pertama Kalinya: Siapa Cepat Dia Dapat
buka bersama
TribunJatim.com
Tribun Jatim
bukber kerap jadi ajang pamer
Ramadan 2024
arti kata bukber
Universitas Muhammadiyah Malang
Awan Setia Dharmawan
ISIK Ajak Ibu-Ibu Olah Kain Limbah Hotel Lewat Shibori dan Ecoprint, Membuatnya Ramah Lingkungan |
![]() |
---|
Buka Gerai di Ciputra World Surabaya, Staccato Kenalkan Koleksi Sepatu Tahun Baru Imlek |
![]() |
---|
Arumi Bachsin Tekankan Pentingnya Peran Ayah Dalam Pola Asuh Gen Z |
![]() |
---|
Nastar dan Spikoe Imlek Jadi Hantaran untuk Rayakan Tahun Baru Ular Kayu |
![]() |
---|
Menilik The Unstage Vol 2, Pameran Foto Hitam Putih Dibalik Panggung Fashion Show |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.