Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Arti Kata

Arti Kata Halal Bihalal: Makna dan Pentingnya dalam Kebudayaan Indonesia, Terjadi Setelah Idul Fitri

Arti kata halal bihalal adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada tradisi atau kegiatan sosial yang biasanya terjadi setelah Idul Fitri.

|
Editor: Elma Gloria Stevani
Pexels/RDNE Stock project
Ilustrasi arti kata halal bihalal yang terjadi setelah Hari Raya Idul Fitri. 

Sehingga, dapat mengubah hubungan sesama manusia dari benci menjadi senang, dari sombong menjadi rendah hati dan dari berdosa menjadi bebas dari dosa.

Asal-usul Tradisi Halal Bihalal di Indonesia

Di Mekkah dan Madinah, tradisi halal bihalal tidak dikenal.

Karena itu, bisa dikatakan halal bihalal adalah buatan Indonesia.

Halal Bihalal adalah momen penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang memiliki makna dan nilai yang dalam.

Mengutip laman Kemenag, tradisi Halal Bihalal dalam bahasa Prof. Dr. Quraish Shihab adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara.

Awal mula tradisi Halal Bihalal pertama kali dirintis oleh Mangkunegara I yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa.

Saat itu, untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya, setelah shalat Idul Fitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.

Dalam budaya Jawa, seseorang yang sungkem kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji.

Tujuan sungkem adalah sebagai lambang penghormatan dan permohonan maaf.

Ada versi lain yang mengatakan asal usul istilah halal bihalal ini bermula dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936.

Pada saat itu, martabak tergolong makanan baru bagi masyarakat Indonesia.

Pedagang martabak ini dibantu dengan pembantu primbuminya kemudian mempromosikan dagangannya dengan kata-kata ‘martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal’.

Sejak saat itu, istilah Halal Bihalal mulai populer di masyarakat Solo.

Masyarakat kemudian menggunakan istilah ini untuk sebutan seperti pergi ke Sriwedari di hari lebaran atau silaturahmi di hari lebaran.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved