Berita Entertainment
Alasan Jessica Iskandar Jalani Program Bayi Tabung di Surabaya, Ungkap Tak Memilih Gender
Alasan Jessica Iskandar (Jedar) menjalani program bayi tabung di Surabaya, ungkap tidak menargetkan memilih gender tertentu: Yang penting sehat.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nurika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pasangan selebriti Jessica Iskandar (Jedar) bersama sang suami, Vincent Verhaag mengumumkan kabar bahagia kehamilan Jedar.
Jessica Iskandar dan suami memilih program seleksi genetik sehat melalui program bayi tabung (IVF) di Morula IVF Surabaya National Hospital.
Aktris berusia 36 tahun inipun menceritakan usahanya menjalani kehamilan ketiga tersebut.
Ia juga mengaku menginginkan anak ketiga dengan shio naga.
"Saya sudah lama mendambakan anak lagi, Morula IVF Surabaya adalah tempat yang kami pilih untuk mewujudkan impian memilki buat hati yang sehat secara genetik," ungkap Jessica Iskandar, Senin (20/5/2024).
Pasangan ini tidak menargetkan memilih gender tertentu.
Mereka hanya berharap buah hatinya sehat.
Adapun alasan lain memilih bayi tabung yakni untuk meminimalisir risiko kehamilan di usia 35 tahun ke atas.
"Kita pilih embrio yang paling sehat, kalau gender kita serahkan kepada yang di Atas," ungkap Vincent, yang diamini Jedar.
Jedar dan suami memilih program di Morula IVF Surabaya karena lima temannya telah terlebih dulu berhasil menjalani program serupa.
Baca juga: Jalani Program Bayi Tabung, Jessica Iskandar Akhirnya Hamil Anak Ketiga, Vincent Verhaag Peluk Istri
"Kita harus tahu record dari dokternya, ada success story (cerita sukses) dan bisa bikin aku nyaman dan percaya," tambah Jedar.
Jedar ditangani tim dokter profesional, Dokter Obgyn Morula IVF Surabaya, dr Benediktus Arifin, MPH, SpOG(K), FICS, dr Andra Kusuma Putra, Sp.OG, Subs F.E.R, dr Raudlatul Hikmah, MM, Sp.OG, Subs F.E.R dan Kepala Teknik Reproduksi Berbantu Dr dr Jimmy Yanuar Annas, SpOG, Subs F.E.R.
Pasangan ini menyebut memilih program seleksi genetik sehat melalui Metode Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A).
Menurut dr Benediktus Arifin, pertumbuhan embrio menjadi bayi, ditentukan oleh kromosom.
Ketika embrio kehilangan atau memiliki kelebihan kromosom, kondisi ini dikenal sebagai aneuploidi (an yu ploy-dee).
Risiko terjadinya aneuploidi penyebab keguguran atau kelainan genetik akan meningkat seiring usia ibu. Seperti bayi dengan autisme dan down syndrome.
"Itu salah satu alasan Jessica yang berusia di atas 35 tahun memilih IVF," kata dr Benediktus.
Kehamilan genetik sehat di atas usia rawan itu bisa dilakukan dengan IVF teknologi Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A).
PGT-A direkomendasikan untuk pasien berusia 35 tahun ke atas. Bukan hanya yang mengalami kemandulan.
Jessica telah menjalani tes kesuburan dasar sebelum menjalani program. Hasil tes sempurna. Tapi ia tetap memilih IVF untuk meminimalisir kelainan genetik.
"Kami melihat Jessica yang sudah berusia 36 tahun, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk kelainan kromosom pada embrio jika hamil," terangnya.
Dengan Metode PGT-A, lanjutnya, kehamilan dapat diseleksi terlebih dahulu dengan akurasi sampai 98-99 persen.
"Seleksi embrio dilakukan secara lebih detail untuk memastikan embrio ini sehat," jelas dr Benny, sapaan dr Benediktus Arifin.
PGT-A dapat secara akurat mengidentifikasi embrio ini sehingga hanya embrio yang layak, yang dipilih untuk implantasi atau ditanam di rahim.
"PGT-A meningkatkan keberhasilan IVF dan juga memungkinkan transfer embrio," tambah dr Benny.
Selama proses IVF, PGT-A menskrining embrio untuk menemukan embrio yang paling memungkinkan memiliki jumlah kromosom yang benar.
Hal ini disebutkan oleh dokter, dapat membantu meningkatkan peluang keberhasilan implantasi dan kehamilan juga mengurangi kemungkinan keguguran.
Untuk Jessica, dr Benny dan tim melakukan proses PGT-A dari lima embrio.
"Kita dapat embrio yang sehat-sehat dan kemudian kita tanam satu embrio," ujarnya.
Setelah menjalani PGT-A, dokter melakukan inkubasi embrio yang dihasilkan.
Sekitar lima hari setelah pembuahan, embriolog akan mengeluarkan beberapa sel dari bagian embrio yang akan membentuk plasenta.
Sampel dari masing-masing embrio ditempatkan di tabung dengan identifikasi unik dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis menggunakan NGS resolusi tinggi.
Setelah masing-masing sampel dinilai, hasilnya akan dirilis ke Morula IVF. Dengan informasi itu, Tim IVF dapat memilih embrio dengan potensi terbesar untuk menghasilkan kehamilan yang sukses.
“Jessica menjalani proses IVF sejak Februari dan Maret mulai PGT-A. Bayinya diperkirakan lahir pada Desember 2024 mendatang,” ungkap dr Benny.
Jessica Iskandar
Jedar
Vincent Verhaag
bayi tabung
Morula IVF Surabaya
dr Benediktus Arifin
TribunJatim.com
Berita Surabaya Terkini
Tribun Jatim
berita Jatim terkini
Tak Sanggup dengan Erin, Andre Taulany Berulang Kali Ucap Cerai di Hadapan Hakim |
![]() |
---|
El Rumi Putuskan Tinggalkan Ring Tinju Usai 2x Kalahkan Jefri Nichol, Syifa Hadju: Mancing Aja |
![]() |
---|
Fokus Pasal Nikita Mirzani VS Reza Gladys, Hotman Paris: Jangan Terus-terusan Ribut di Persidangan |
![]() |
---|
Kronologi Kaki Fairuz A Rafiq Diinjak Sapi 1,2 Ton hingga Berujung ke RS, Dokter Sebut Ajaib |
![]() |
---|
Nenek Aktor Abidzar Diduga Pemilik Travel 'Gelap', Umi Tatu Diperiksa Polisi Terkait Penipuan Umrah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.