Tidur di Bawah Pohon, Mbah Mael Cuma Beralaskan Kayu & Beratapkan Karung, Makan dari Belas Kasihan
Kisah memprihatinkan Mbah Mael tidur di bawah pohon cuma beralaskan kayu dan beratapkan karung, makan dari belas kasihan.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Nasib memprihatinkan lansia bernama Mbah Mael Alim menjadi sorotan.
Pasalnya ia tidur di bawah pohon cuma beralaskan kayu dan beratapkan karung.
Ia pun makan mengandalkan belas kasihan dari warga.
Diketahui, lansia tersebut tinggal di bawah pohon di daerah Jalinsum Palembang-Kayuagung wilayah Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Lansia tersebut tidur hanya beralaskan tumpukan kayu.
Kondisi pria tua yang tinggal di bawah pohon tersebut sangat memprihatinkan.
Untuk melindungi diri dari hujan dan terik matahari, lansia bernama Mael Alim tersebut membuat sebuah atap darurat terbuat dari karung.
Saat dibincangi Sripoku.com, Mbah Mael mengaku berasal dari Malang, Jawa Timur.
Ia mengaku telah lama menetap di Sungai Lilin, Musi Banyuasin.
Entah bagaimana ceritanya, pria berusia 75 tahun tersebut bisa sampai ke Indralaya dan tinggal di tempat yang kondisi sangat memprihatinkan tersebut.
"Cuma (hidup) sendirian. Istri dulu pernah ada, anak tidak punya," kata Mbah Mael, Minggu (26/5/2024).
Pria yang tampak ramah ini mengaku lupa sudah berapa lama tinggal di Indralaya.
Namun Mbah Mael mengaku sempat menjadi petani di Sungai Lilin, sebelum memutuskan ke Indralaya.
"Lupa ya. Sudah bertahun-tahun (tinggal di Indralaya)," ujarnya.
Baca juga: Mbah Sombret Bayar Ojek Rp 600 Ribu Demi Antar Tetangga Berangkat Haji, Kades Bantu Beri Rp 100 Ribu
Di dekat Mbah Mael, tampak berserakan plastik wadah nasi dan botol air mineral.
Untuk makan sehari-hari, Mbah Mael mengandalkan pemberian warga yang kebetulan melintas.
Setiap hari, ada saja warga yang memberikan makanan dan minuman kepada Mbah Mael.
Pria sebatang kara ini bukannya tak mau bekerja dan hanya berpangku tangan.
Kondisi fisik yang sangat lemah menghambatnya untuk mencari nafkah.
Kakinya pun terasa sakit sehingga tak bisa bergerak leluasa.
"Ya tinggal di sini saja, tidak bisa ke mana-mana," ujar Mbah Mael sambil menebar senyum.
Dirinya berharap ada uluran tangan dari pemerintah maupun orang yang peduli dengan kondisinya tersebut.
"Semoga bisa makan terus. Ada yang bantu, itu saja," kata Mbah Mael.
Saat dikonfirmasi, Dinas Sosial Kabupaten Ogan Ilir berjanji akan menindaklanjuti laporan warga terkait kondisi Mael Alim.
"Baik, akan kami tindak lanjuti. Bapak ini (Mbah Mael) ini pernah kami serahkan ke Panti Sosial tapi beliau minggat."
"Secepatnya kami urus," kata Kepala Dinsos Ogan Ilir, Heriyanto, saat dihubungi terpisah.

Sementara itu, kisah Mbah Marmi (74) yang nangis terharu saat bertemu ibunya, Mbah Wiji, yang berusia 94 tahun, juga jadi sorotan.
Mbah Marmi sendiri 30 tahun hilang dan dikira ibunya meninggal disapu tsunami.
Ibu dan anak ini baru bertemu lagi setelah lebih dari 30 tahun terpisah.
Mbah Wiji adalah warga Dusun Umbut Sewu, Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Ia menangis tersedu-sedu sambil memeluk anaknya, Marmi, yang hilang selama 30 tahun.
Bahkan Mbah Wiji menganggap Marmi sekeluarga sudah meninggal dunia tersapu tsunami Aceh 2004.
Namun Marmi pulang bersama sejumlah anaknya dan membuat Mbah Wiji larut dalam keharuan.
"Anak selama ini tidak tahu keberadaannya, tiba-tiba muncul," ucap Mbah Wiji yang masih enerjik, dengan mata berkaca-kaca penuh haru.
Ia mengaku, selama ini selalu merindukan anak sulungnya tersebut.
Setiap kali pergi ke pasar, pandangannya selalu menelisik, berharap bisa bertemu Marmi.
Demikian juga jika ada orang asing di lingkungannya, Mbah Wiji berharap sosok tersebut adalah cucunya yang tersesat saat pulang.
"Sekarang sudah senang, bisa bertemu anak yang selama ini hilang. Saya ingat dulu anaknya lima, sekarang malah nambah cucu 19," kata Mbah Wiji.

Diketahui, Marmi pergi ke Riau sekitar tahun 1975-1976 silam.
Saat itu, ia berangkat bersama suaminya, Samani, dan dua anaknya, Sutrimo serta Suyadi yang berganti nama menjadi Yatimin.
Pada awalnya, Marmi masih sering berkirim surat ke keluarganya di Desa Kaliwungu.
Bahkan di tahun 1984, Marmi sempat pulang ke Tulungagung.
Namun di tahun 1990-an, Marmi dan Mbah Wiji putus kontak.
Sampai kemudian terjadi bencana tsunami 2004 di Aceh, tersiar kabar jika keluarga Marmi ikut menjadi korban.
Mbah Wiji menganggap, keluarga Marmi sudah cures (habis semuanya).
Saat itu, Mbah Wiji sampai menggelar rangkaian selamatan untuk keluarga Marmi.
Selamatan ini pernah dilaksanakan kali kedua untuk mengenang keluarga Marmi yang dikira tersapu tsunami.
Mbah Wiji pun berencana menggelar selamatan ketiga setelah Lebaran 2024 ini.
"Sebenarnya lokasi kami jauh dari bencana tsunami."
"Tak tahu bagaimana kami dikabarkan jadi korban," ucap anak sulung Marmi, Suyadi (52).
Sejak tahun 2019, Marmi mengaku sudah berusaha melacak kembali keluarganya di Tulungagung, namun tidak membuahkan hasil.
Salah satu cucunya kemudian menemukan akun Instagram Desa Kaliwungu, dan mengirim pesan.
Pihak Pemerintah Desa Kaliwungu lalu mencoba menghubungkan kedua keluarga ini hingga bisa saling tukar nomor telepon.
"Saya senang sekali karena ternyata masih bisa bertemu mbah (nenek)."
"Ternyata saya masih punya nenek," ujar Suyadi dengan nada ceria.
Marmi pun tidak putus-putusnya memeluk sang ibu yang sudah renta.
Ia mengaku akan menghabiskan banyak waktunya bersama Mbah Wiji sebelum kembali ke Desa Bumbung, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau.
"Dipuas-puasin bersama orang tua, lepas kangen dulu. Rencananya balik, karena rumahnya di sana (Riau)," kata Suyadi.
Mbah Mael
Ogan Ilir
Sumatera Selatan
Malang
Jawa Timur
Musi Banyuasin
Heriyanto
TribunJatim.com
Tribun Jatim
7 Artis Indonesia Pernah Jadi Paskibraka, Upacara 17 Agustus di Kampung hingga Istana Presiden |
![]() |
---|
Manajer Bangga Timnas Voli Putri Indonesia U-21 Tempati Peringkat 16 Kejuaraan Dunia: Penuhi Target |
![]() |
---|
Kader dan Pengurus PDIP Surabaya Seru-seruan Ikuti Berbagai Lomba Agustusan HUT RI ke-80 |
![]() |
---|
JATIM TERPOPULER: Maling Motor Mahasiswa KKN Lumajang - Bendera Merah Putih Terbalik di Surabaya |
![]() |
---|
Kakek 60 Tahun Halusinasi Parah setelah Ikut Saran Diet ChatGPT, Tuduh Tetangga Meracuninya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.