Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sekolah ini Sepi Peminat Meski di Tengah Kota, Tetap Jalankan MPLS Walau Hanya ada 5 Murid

Sekolah ini hanya menerima 5 murid meskipun lokasinya berada di tengah kota. Diketahui hal itu dialami oleh SDN 57 Pekanbaru

Editor: Torik Aqua
Tribunpekanbaru.com/Theo Rizky
Viral, suasana proses MPLS di SDN 57 Pekanbaru, Senin (15/7/2024). Tahun ini SDN 57 Pekanbaru di Jalan Mangga Kecamatan Sukajadi hanya menerima 5 peserta didik. 

TRIBUNJATIM.COM - Sekolah ini hanya menerima 5 murid meskipun lokasinya berada di tengah kota.

Diketahui hal itu dialami oleh SDN 57 Pekanbaru di Jalan Mangga, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru, Riau

Meski daya tampung sebanyak 28 murid, namun SDN tersebut cuma diminati oleh 5 peserta didik baru.

Ada sejumlah alasan mengapa sekolah itu sepi peminat meskipun lokasinya cukup strategis.

Baca juga: Nasib Anak Pasutri Tunanetra Miskin Gagal PPDB, Wali Kota Kini Jadi Orangtua Asuh, Sekolah Terjamin

Sedikitnya masyarakat usia produktif dan adanya SD Negeri lain yang secara fisik lebih bagus di kawasan tersebut menjadi penyebab SDN 57 sepi peminat.

Meski demikian, sekolah yang berada di tengah kota itu tetap menjalankan kewajibannya pada hari pertama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).

Disampaikan Kepala SDN 5 Pekanbaru, Asmalaili, pada tahun ini peserta didik yang diterima tahun ini sama dengan yang mendaftar saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lalu, yaitu 3 murid dari jalur zonasi dan 2 lainnya dari jalur pindahan orangtua.

"Pada hari pertama ini kegiatan pengenalan orientasi kelas, baru pengenalan lingkungan karena kalau mereka mengenal lingkungan, mereka akan nyaman bersekolah di SDN 57," ujar Asma.

Saat ini Asma masih menunggu surat keputusan dari Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru terkait pemindahan peserta didik baru tersebut ke SDN 153.

"Proses belajar mengajar masih berlangsung untuk kelas 1, sementara untuk kelas 2 sampai 6 itu sesuai dengan arahan bapak (Kadisdik, red) kemarin, masih berlangsung hingga 1 tahun ke depan," ujar Asma.

Menurut Asma, para wali murid memang awalnya ingin tetap menyekolahkan anak-anaknya di SDN 57.

Namun karena adanya instruksi merger ke SDN 153, para wali murid akhirnya bersedia.

"Karena itu lebih baik ke anak-anak mereka, melihat situasi sekolah ini, kalau di sana, sekolah lebih ramai dan infrastruktur lebih baik dari SDN 57. Apalagi kelas 1 cuma lima orang sedikit, sementara SDN 153 masih bisa menerima siswa lagi, kebutuhannya kan 3 kelas, jadi masih kurang," jelas Asma.

Namun menurut Asma, apabila keputusan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tetap mempertahankan kelas 1 di SDN 57.

Ia pun siap melaksanakannya, karena kelasnya sudah tersedia dan semua kerusakan seperti atap dan plafon yang rusak sudah diperbaiki.

"Kalau seandainya memang kelas 1 nya tetap di sini atau dipindahkan dari sini saya siap saja. Apapun keputusan dinas kami siap melaksanakan karena kebijakan itu sudah dikaji dengan sebaik-baiknya," tambah Asma.

Sementara itu, nasib serupa juga dialami sejumlah sekolah di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Dewan Pendidikan Kabupaten Madiun menilai, minimnya murid yang didapatkan oleh 8 SMP Negeri disebabkan karena beberapa faktor.

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Madiun, Sampun Hadam menuturkan, penyebab paling sering terjadi adalah faktor demografi calon siswa sendiri, yang memiliki tren menurun dari tahun ke tahun. 

“Kemudian bisa juga karena dampak dari keberhasilan program Keluarga Berencana, yang mana tidak hanya terjadi pada jenjang SMP, tapi juga di SD, TK hingga PAUD, mengalami penurunan siswa tiap tahunnya,” ujar Sampun, Kamis (4/7/2024).

Sampun mengaku masih menemukan stigma masyarakat yang menganggap bahwa sekolah favorit, sebagai tolok ukur keberhasilan dari nilai akademis. 

Padahal sebenarnya saat ini, lanjut dia, kurikulum merdeka sudah bergeser, berorientasi pada kemampuan minat dan bakat siswa.

Baca juga: Anggota TNI di Madiun Nyambi Ternak Bebek, Raup Keuntungan Rp1,5 Juta per Hari

“Berdasarkan riset yang dilakukan beberapa kali, untuk nilai akademis merupakan nomor 26 dari keberhasilan seseorang. Maka dari itu, faktor sekolah favorit itu menjadi tujuan,” imbuh Sampun.

Sampun juga menyampaikan beberapa catatan yang perlu dievaluasi, baik lembaga pendidikan maupun dinas terkait.

Diantaranya pembangunan branding yang tepat untuk lembaga pendidikan, disesuaikan potensi minat dan bakat siswa. 

“Siswa memiliki pilihan sekolah yang kemudian dirasa cocok dengan minat dan bakatnya tersebut. Membangun branding ini penting,ini barangkali bisa diterapkan pada sekolah-sekolah yang saat ini masih kekurangan pagunya,” paparnya.

Disisi lain lembaga pendidikan serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun perlu melakukan evaluasi, maupun penataan kembali terhadap jumlah kuota pagu setiap sekolah. 

Baca juga: Cerita SMP Negeri Satu Atap Madiun Hanya Terima 4 Murid di PPDB 2024, Lokasi Jauh Berada di Pelosok

“Selama ini penentuan pagu berdasarkan pengajuan atas kebutuhan sekolah, baik dari segi jumlah peminat, SDM yang berada di lingkup setempat untuk keperluan sertifikasi dari pihak sekolah,” bebernya.

“Inilah perlunya bersama-sama melakukan pengambilan kebijakan yang bijak sebagai sama-sama abdi negara, artinya harus melindungi semua,” tuntas Sampun.

Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved