Berita Viral
Sosok Ummy Syamsiah Wanita Lahiran di Bus saat Hendak ke Kampung Suami, Sopir Panik Tancap Gas
Suasana di dalam bus berubah panik ketika si ibu merasa kesakitan ingin melahirkan.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Peristiwa seorang ibu melahirkan di bus, baru-baru ini viral di media sosial.
Suasana di dalam bus berubah panik ketika si ibu merasa kesakitan ingin melahirkan.
Ibu tersebut melahirkan di bus rute Makassar-Palopo.
Baca juga: Ihsan Syok Rugi Rp15 Juta, Padahal Niat Jual Kompor Rp500 Ribu untuk Biaya Persalinan Istrinya
Video tersebut salah satunya dibagikan oleh akun Instagram @makassar_iinfo.
"Viral, ibu melahirkan di bus dalam perjalanan dari Makassar ke Palopo," tertulis dalam keterangan video tersebut.
Dalam videonya, nampak seorang perempuan berhijab dan baju warna hijau tengah mendampingi seseorang di dalam salah satu kabin sleeper bus.
"Ibu melahirkan di mobil," ucap perekam video.
Kemudian, seorang perempuan lain datang dan menghampiri perempuan yang sedang mendampingi ibu melahirkan tersebut.
Lalu video menunjukkan momen ketika bayi telah lahir.
Bayi tersebut dipakaikan kain sarung dan digendong oleh penumpang lain.
Sementara ibu yang baru saja melahirkan tersebut diangkut ke dalam ambulans.
Selain itu, bus yang berasal dari PO Borlindo ini juga terlihat terparkir di pinggir jalan raya.
Hingga artikel ini ditulis, Rabu (6/11/2024), video viral tersebut telah dilihat sebanyak lebih dari 717 ribu kali.
Lantas seperti apa cerita selengkapnya?

Dilansir dari Kompas.com, ibu yang melahirkan di dalam bus tersebut bernama Ummy Syamsiah (30).
Ia melahirkan ketika bus dalam perjalanan menuju kampung halaman suaminya, Kota Palopo, pada Jumat (1/11/2024), sekitar pukul 06.00 WITA.
Sopir bus, Hendra Rahim bercerita bahwa dirinya menyadari ada sesuatu yang tidak beres ketika melihat salah satu penumpangnya kesakitan.
"Waktu saya singgah salat subuh di Kelurahan Padang Sappa, saya lihat itu ibu sedang merasa kesakitan, tapi diam saja," ungkap Hendra, Rabu (6/11/2024).
Baca juga: Biasa Bayar Rp80 Ribu, Ibu-ibu Syok Tagihan PDAM Naik 10 Kali Lipat Jadi Sejuta, Air Mati 2 Minggu
Kemudian, mertua Ummy Syamsiah yang terekam dalam video viral memberi tahu sopir bahwa menantunya akan melahirkan.
Mendengar ada penumpang yang melahirkan, Hendra pun panik dan meminta penumpang serta Ummy untuk segera naik ke bus.
"Kasihan, setelah mertuanya yang bilang kalau menantunya mau lahiran, jadi saya panik, sehingga saya suruh itu ibu naik cepat ke mobil," tutur Hendra.
"Baru sekitar 15 km saya tempuh, tepatnya di daerah Kecamatan Bua, ibu itu sudah melahirkan," jelas dia.
Baca juga: Menantu Marah Anak Bayinya Diberi Ibu Mertua Makanan Pedas, Malah Dipukul sampai Teriak Minta Tolong
Lebih lanjut, Hendra mengatakan bahwa jarak dari Puskesmas terdekat saat Ummy melahirkan yakni sekitar lima kilometer.
Puskesmas terdekat saat itu adalah Puskesmas Kecamatan Bua.
"Jadi saya usahakan agak cepat untuk sampai ke Puskesmas Bua," kata Hendra.
"Sesampainya di sekitar Puskesmas tersebut, saya lari bersama beberapa penumpang untuk memanggil ambulans dan perawat," bebernya.
Adapun mengenai kondisi ibu dan bayinya, Hendra menjelaskan bahwa keduanya dalam keadaan sehat dan selamat.
"Anak kedua itu, jenis kelamin perempuan, mertuanya yang bantu lahiran," tambah Hendra.
Aksi bidan Eni Susanti (37) yang selamatkan ibu melahirkan di perahu saat cuaca ekstrem menjadi kisah yang inspiratif.
Menurutnya, proses persalinan di tempat tak semestinya bukanlah hal mudah.
Hal itu pernah dialami oleh Eni yang merupakan bidan di Puskesmas Kampung Laut, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah.
Beruntung, ibu dan bayinya selamat dalam keadaan sehat.
Atas usaha dan pengabdian bidan Eni, kini ia diganjar penghargaan mentereng.
Kisah bidan Eni yang menjadi inspirasi saat itu hujan deras, petir menyambar, dan dalam kondisi basah kuyup.
Eni harus membawa ibu hamil yang akan segera melahirkan ke fasilitas kesehatan dengan perahu.
Tetapi kendala cuaca yang ekstrim membuat perahu tidak bisa melaju cepat.
Ibu hamil itupun akhirnya melahirkan di atas perahu.
Proses persalinannya bukan hal yang mudah karena dilakukan di tempat yang tidak semestinya.
Meskipun ada partus set atau set pertolongan persalinan, proses pertolongan persalinan di perahu bukan hal yang mudah karena tidak dilakukan di tempat yang semestinya.
Misal tempat yang sempit, kondisi ibu yang panik, cuaca yang yang dingin karena malam hari dan hujan.
"Kondisi kami pada saat itu basah karena hujan dan angin. Alhamdulillah kondisi ibu dan bayi sehat dan selamat untuk selanjutnya dilakukan pemantauan di fasilitas kesehatan," ucap Eni, kepada Kompas.com, Sabtu (2/11/2024).

Kampung Laut, lokasi Puskesmas tempat Eni bertugas, adalah sebuah wilayah yang berada di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Tepatnya terletak di tepi Segara Anakan, pesisir pantai selatan Pulau Jawa.
Jumlah penduduk di wilayah Kampung Laut sebanyak 18.836 jiwa, dengan luas wilayah 142 kilometer persegi.
Untuk menuju Puskesmas Kampung Laut dari tempat tinggalnya di Kelurahan Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Eni harus menempuh perjalanan laut sekitar 1,5 jam dengan jarak tempuh 20 kilometer.
Eni harus menggunakan perahu untuk menuju Puskesmas tempatnya bekerja.
Dari rumah, Eni berangkat jam 06.00 WIB, lalu naik motor hingga ke Dermaga Sleko.
Setelah menitipkan kendaraannya di parkiran, ia lalu menggunakan perahu menuju Puskesmas.
"Perahu yang kami gunakan adalah perahu inventaris yang hanya beroperasi pada hari Senin sampai Jumat," kisah Eni lagi.
Jika ia piket di hari Sabtu dan Minggu, maka Eni terpaksa menggunakan perahu regular dengan biaya sendiri.
Namun perahu tersebut tidak sampai Puskesmas Kampung Laut, hanya sampai Desa Ujung Alang, desa sebelah Puskesmas.
Sehingga Eni dan rekan-rekannya terpaksa harus mencarter perahu lagi untuk dapat sampai ke Puskesmas, dengan lama perjalanan 30 menit.
Biayanya kurang lebih Rp72.000 sekali berangkat.
Eni kembali ke rumah sekitar pukul 16.30 WIB.
Namun jika terjadwal piket Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Eni harus menginap di Puskesmas dan kembali ke rumah lagi besok sorenya.
"Dalam satu pekan, kami terjadwal dua kali piket PONED. Lamanya jam kerja satu kali piket kurang lebih selama 30 jam."
"Karena tidak bisa dibagi shift, jadi jam piket disesuaikan dengan jam kerja selama dua hari."
"Dengan pertimbangan sulitnya transportasi yang tidak ada sewaktu waktu, geografis yang sulit, dan jumlah tenaga yang tidak mencukupi," ujarnya lagi.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com
Ryaas Rasyid Soroti Hasil Uji Labfor Ijazah Jokowi Identik: Uang Palsu Juga Identik |
![]() |
---|
Penyebab 1000 Rekam Medis Pasien Jadi Bungkus Gorengan hingga Rumah Sakit Didenda Rp 610 Juta |
![]() |
---|
Tangis Ramisih Tinggal di Kandang Sapi Padahal Anaknya PNS, Setia Menunggu Dijemput: Rindu |
![]() |
---|
Pengendara Motor Ditarik Rp 2 Ribu Jika Ingin Lewat Trotoar di Dekat Gedung DPR RI, Dulu Viral |
![]() |
---|
Apa Saja yang Dipantau Payment ID? Pencatat Riwayat Keuangan Berbasis NIK, Uji Coba 17 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.