Viral Internasional
Petinggi Kampus Terkemuka Ikut Kampanyekan Urine Sapi Sebagai Obat, Tuai Polemik di India
India kini diliputi polemik soal urine sapi sebagai obat. Petinggi kampus teknologi terkemuka di India kini ikut mengampanyekan hal tersebut.
TRIBUNJATIM.COM - India kini diliputi polemik soal urine sapi sebagai obat.
Petinggi kampus teknologi terkemuka di India kini ikut mengampanyekan hal tersebut.
Pernyataan petinggi kampus itu ternyata menuai pro dan kontra.
Diketahui, pernyataan urine sapi sebagai obat itu dilontarkan oleh Direktur Indian Institute Of Technology Madras (IIT Madras), Veezhinathan Kamakoti, saat berpidato dalam sebuah acara di Chennai, Rabu (15/1/2025).
Baca juga: Sapi Potong Sehat Jadi Prioritas Vaksinasi PMK di Trenggalek, Dinas Peternakan: Bisa Vaksin Mandiri
Dilansir dari The Independent, Selasa (21/1/2025), dia menceritakan sebuah kisah tentang manfaat urine sapi yang bisa menyembuhkan seorang pertapa India dari demam tinggi.
"Meminum air seni sapi dan dalam 15 menit, demamnya mereda," ujarnya.
Berdasarkan penelitian ilmiah
Kamakoti mengatakan, manfaat urine sapi sudah dibuktikan secara ilmiah dalam lima makalah yang dipublikasikan di Amerika Serikat (AS), satu di antaranya sudah paten di jurnal Nature.
Berdasarkan sumber tersebut, Kamakoti menyebutkan bahwa urine sapi memiliki sifat antibakteri, antijamur, dan antiinflamasi.
Dia melanjutkan, urine sapi juga termasuk bagian dari tradisi pengobatan tradisional India atau Ayurveda.
Dalam ilmu Ayurveda, obat itu disebut "Panchagavya Ghritham", yaitu campuran urine sapi, kotoran sapi, susu, dadih, dan ghee. Bahkan, obat itu dijual di platform jual beli online seperti Amazon.
"Produk ini sudah disetujui oleh semua aspek medis," ucapnya, dikutip dari Indian Express, Selasa.
Kamakoti juga mengaku dirinya ikut mengonsumsi Panchagavya Ghritham.
Dia menegaskan, pernyataannya ini benar-benar murni berdasarkan ilmu pengetahuan dan bukan kepentingan politik.
"Sekarang, ini menjadi kontroversi politik, tetapi saya tidak ingin berbicara tentang politik. Ini murni ilmiah, ada validasi dalam jurnal. Maksud saya adalah ada pembenaran ilmiah," pungkasnya.
Menuai pro kontra
Pernyataan Kamakoti itu langsung mendapat reaksi keras dari berbagai pejabat politik, termasuk dari oposisi Kongres Nasional India.
Pemimpin Dravida Munnetra Kazhagam (DMK) yang berkuasa di Tamil Nadu, TKS Elangovan mengkritik Kamakoti dan menuduh pemerintah federal bermaksud untuk "merusak" pendidikan di India.
Dia mengatakan kepada Times Now, Kamakoti tidak layak lagi menjadi pemimpin salah satu kampus terbaik di India.
"Dia harus dipindahkan dari IIT dan ditempatkan di beberapa perguruan tinggi kedokteran Pemerintah India. Apa yang akan dia lakukan di IIT? Ini terkait dengan teknik dan bidang lainnya," ujarnya.
Senada, Pemimpin Kongres Nasional India, Karti Chidambaram juga mengecam direktur IIT.
Melalui akun X pribadinya, dia menyebut pernyataan itu sebagai hal yang tidak pantas.
Sementara itu, Pemimpin BJP, Narayan Tirupati mengatakan, pernyataan mengenai manfaat urine sapi sebagai obat ada benarnya.
"Gaumutra (air seni sapi) adalah obat tradisional India. Bahkan di banyak toko tempat kami membeli obat-obatan, Gaumutra dicampur dan mereka memberikannya," tuturnya.
Menurutnya, semua orang di India tahu akan hal ini, termasuk mantan Perdana Menteri Morarji Desai yang dulu mengaku mengonsumsi obat dari urine sapi.
"Itu ada dalam tradisi India, itu adalah keyakinan seseorang. Jika Anda tidak percaya, tinggalkan saja," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Pendapatannya Rp43 Juta, Ibu dan Anak Tinggal di Rumah Kumuh Penuh Sampah |
![]() |
---|
Pengaruh Palestina yang Mulai Diakui Sejumlah Negara, Bagaimana Nasib Israel? |
![]() |
---|
Pegawai Resign Setelah 5 Menit Gajian karena Tak Suka Pekerjaannya, HRD Murka: Apakah Etis? |
![]() |
---|
Boneka Labubu Rp113 Juta Dicuri, Pemilik Toko Syok Seluruh Stok Raib |
![]() |
---|
Pasutri Cerai Rebutan 29 Ekor Ayam Hitungan Ganjil Jadi Masalah, Bikin Hakim Beri Keputusan Bijak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.