Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Lebaran 2025

Alasan Kerabat Sering Menanyakan Kapan Menikah, Kerap Muncul saat Lebaran, Berikut Ini 4 Faktornya

Menurut Ratna, pertanyaan stigmatif kapan menikah muncul akibat dorongan dari keluarga dan lingkungan dalam budaya Indonesia.

Pixabay
MOMEN LEBARAN - Ilustrasi makan menu Lebaran bersama keluarga. Di momen Lebaran, pertanyaan kapan menikah kerap kali muncul. 

TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini alasan mengapa pertanyaan kapan menikah kerap muncul dan ditanyakan saat Lebaran, tak terkecuali Lebaran 2025.

Pertanyaan yang menyangkut hal pribadi tentu bagi sebagian orang terasa mengganggu.

Namun pertanyaan seperti kapan menikah kadang tak luput muncul saat pulang kampung.

Mengapa kerabat sering menanyakan kapan menikah?

Menurut Ratna, pertanyaan stigmatif kapan menikah muncul akibat dorongan dari keluarga dan lingkungan dalam budaya Indonesia.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang Indonesia kerap menanyakan hal tersebut, yaitu:

Baca juga: Cerita Para Perwira Pertamina, Tetap Jaga Ketahanan Energi di Tengah Libur Lebaran

1. Menikah dianggap sebagai bentuk kedewasaan dan tanggungjawab

Ratna menerangkan, budaya Indonesia meyakini bahwa orang yang sudah lulus studi, menikah, atau bekerja berarti sudah dewasa dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Di sisi lain, orang yang sudah melewati fase tersebut menandakan bahwa dia tidak lagi menggantungkan hidupnya kepada orang tua. Hal ini bisa menjadi tolok ukur atau kesuksesan orang tua dalam membesarkan anaknya.

"Orang tua pada masyarakat Jawa misalnya, belum merasa menjadi 'wong tuwo' atau orang tua yang sebenarnya, jika anaknya belum menikah," kata Ratna.

2. Membawa nama baik keluarga

Di beberapa kasus, pertanyaan kapan nikah lebih sering ditanyakan kepada perempuan yang usianya sudah matang tetapi belum juga berkeluarga.

Perempuan akan didorong untuk segera menikah karena membawa nama baik keluarga. Ada keyakinan bahwa pamali jika sudah berusia cukup tetapi belum juga menikah.

"Makanya orang tua terus terpikir agar anaknya segera menikah, 'mentas'. Mentas itu satu keadaan di mana ia keluar dari 'tanggungan keluarga'," ungkap Ratna.

Baca juga: 6 Kali Sandi Mudik Lebaran Naik Sepeda Ontel, Tidur Numpang di Masjid, Gowes 4 Hari 5 Malam

3. Kontrol sosial masyarakat

Pertanyaan kapan menikah, menurut Ratna, juga berkaitan erat dengan kontrol sosial dalam masyarakat. Orang yang belum menikah dianggap tidak laku, entah karena penampilan atau perilakunya.

Menurut Ratna, jika hal ini dikaitkan dengan kekerabatan dalam keluarga, maka orang tua anak akan merasa tertekan karena anaknya mendapat stigma tidak laku dari orang di sekitarnya.

Hal ini dapat memberikan dampak psikologis bagi anak maupun orang tua itu sendiri.

4. Keluarga besar merasa ikut tanggungjawab

Ratna mengatakan, sebagian keluarga besar merasa ikut bertanggung jawab ketika ada salah satu saudaranya 'tidak laku'.

Oleh karena itu, beberapa keluarga besar sering menanyakan kapan nikah kepada kerabatnya yang sudah matang tetapi belum menikah.

Itulah penyebab mengapa kerabat suka menanyakan hal sensitif dan bagaimana cara terbaik menjawabnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Berita seputar Lebaran 2025 lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved