Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Entertainment

Cucu Ungkap Mendiang Ray Sahetapy Selalu Menangis Bahas Gizsca: Pasti Ada Air Mata Keluar

Rupanya selama dirawat, Ray selalu menangis ketika membahas Gizca, mendiang putrinya yang telah meninggal dunia.

Instagram/raysahetapy
KENANG KAKEK - Ramiza (tengah), cucu mendiang Ray Sahetapy. Ia mengungkap kakeknya sering menangis ketika bahas Gizca, putri pertamanya sekaligus ibu kandung Ramiza, Jumat (11/4/2025). 

TRIBUNJATIM.COM - Aktor Ray Sahetapy meninggal dunia setelah menjalani perawatan di rumah sakit.

Rupanya selama dirawat, Ray selalu menangis ketika membahas Gizca, mendiang putrinya yang telah meninggal dunia.

Hal ini diungkapkan oleh Ramiza Prasanca Kuntadi, putra mendiang Gizca Puteri Agustina Sahetapy.

Dekat dengan eyangnya, mendiang aktor Ray Sahetapy, Ramiza mengaku menghindari topik pembicaraan tentang ibunya saat mereka sedang bersama.

Selama Ray Sahetapy dirawat di rumah sakit, topik tentang Gizca adalah hal yang paling dihindarinya untuk dibicarakan.

"Kalau sudah mulai menyentuh itu (topik Gizca), Opa mulai sensitif," kata Ramiza dikutip dari Rumpi Trans tv, Jumat (11/4/2025), via Kompas.com.

Bahkan sebelum dirawat di rumah sakit, beberapa kali Ramiza melihat eyangnya menitikkan airmata saat berbicara tentang Gizca.

Baca juga: Sosok Ray Sahetapy, Aktor Senior Meninggal Dunia di Usia 68 Tahun, Dewi Yull: Ayah dari Anak-anakku

Dan bukan hanya berbicara tentang Gizca, Ray juga terlihat sedih saat melihat kedua putranya, Raya Sahetapy dan Surya Sahetapy.

"Sebelum Opa di ICU, setiap ngobrol hal sensitif seperti Ibu Gizca, atau kehadiran aku tiba-tiba datang, Om Surya dan Om Raya, pasti ada airmata keluar di ujungnya," ungkap Ramiza.

"Itu beberapa kali aku melihat Opa mengeluarkan airmata," lanjutnya.

Itu sebabnya, ketika Ray Sahetapy dirawat, Ramiza sangat menghindari berbicara tentang ibunya.

"Karena Opa masih di ICU, aku coba menyemangati supaya mindset Opa fokus pada penyembuhan," kata Ramiza.

Gizca Puteri Agustina Sahetapy yang merupakan putri sulung Ray Sahetapy dan Dewi Yull, meninggal dunia di tahun 2010 dalam usia 28 tahun.

Aktor senior Ray Sahetapy bersama cucunya Ramiza Kuntadi.
Aktor senior Ray Sahetapy bersama cucunya Ramiza Kuntadi. (Dok. Kompas.com)

Saat itu Gizca meninggalkan Ramiza yang masih berusia 4 tahun.

Gizca meninggal dunia setelah menderita radang otak dan sempat dirawat di rumah sakit selama tiga bulan.

Duka Ray Sahetapy saat kehilangan putri sulungnya itu bahkan seperti terasa hingga akhir hayatnya.

Diungkap Raya Sahetapy, sebelum ayahnya meninggal dunia, ayahnya itu mengungkap kerinduan pada anak sulungnya.

"Terakhir sih beliau udah kangen sama almarhumah kakak," ungkap Ray.

Ray Sahetapy meninggal dunia pada Selasa (1/4/2025) dan dimakamkan Jumat (4/4/2025) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Baca juga: Anak Titiek Puspa Bongkar Gelagat Ibu Sebelum Meninggal Dunia, Sering Ucap 1 Kalimat Jelang Wafat

Sosok dan Biodata Ray Sahetapy

Dikutip dari Wikipedia, Ray Sahetapy lahir 1 Januari 1957.

Dia adalah salah satu aktor paling populer dan disegani di generasinya, sering memerankan pria kompleks dengan nuansa dan karakter yang dalam. 

Karier beraktingnya membentang lebih dari empat dekade, penampilannya yang mengesankan termasuk yang paling diapresiasi saat itu, dalam film-film drama seperti Ponirah Terpidana (1983), Tatkala Mimpi Berakhir (1987) dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990).

Ia telah dinominasikan untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia tujuh kali, enam di antaranya untuk Aktor Terbaik, dan memegang rekor nominasi terbanyak dalam kategori tersebut tanpa kemenangan.

RAY SAHETAPY MENINGGAL - Aktor senior, Ray Sahetapy ketika ditemui dalam jumpa persnya film di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia Mall, Jakarta Pusat, Kamis (19/5/2016). Aktor senior mantan suami Dewi Yull meninggal dunia pada Selasa (1/4/2025) malam.
RAY SAHETAPY MENINGGAL - Aktor senior, Ray Sahetapy ketika ditemui dalam jumpa persnya film di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia Mall, Jakarta Pusat, Kamis (19/5/2016). Aktor senior mantan suami Dewi Yull meninggal dunia pada Selasa (1/4/2025) malam. (TRIBUNNEWS.COM/ACHMAD RAFIQ)

Masa kecil

Masa kecilnya dihabiskan di Panti Asuhan Yatim Warga Indonesia, Surabaya.

Sejak remaja, Ray bercita-cita menjadi aktor. Demi mengejar impiannya, Ray meneruskan kuliah di Institut Kesenian Jakarta pada 1977, seangkatan dengan Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok.

Ia menikah dengan Dewi Yull pada tanggal 16 Juni 1981, tanpa restu dari orang tua Dewi, karena perbedaan agama (pada saat itu Dewi beragama Islam dan Ray beragama Kristen).

Kemudian, Ray memutuskan menjadi seorang mualaf pada tahun 1992.

Pasangan ini mempunyai empat orang anak, yakni Giscka Putri Agustina Sahetapy (1982—2010), Rama Putra Sahetapy (1992), Surya Sahetapy (1994), dan Muhammad Raya Sahetapy (2000).

Sayangnya, Dewi memilih menolak poligami sehingga memutuskan menggugat cerai Ray.

Dewi melakukannya karena Ray hendak menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti, seorang janda beranak dua yang merupakan pengusaha kafe dan katering, yang pernah menjadi dosen seni pertunjukan di Institut Kesenian Jakarta.

Mereka resmi bercerai pada 24 Agustus 2004.

Ray menikah dengan Sri di bulan Oktober 2004.

Ia merupakan pemimpin dari organisasi Perhimpunan Seniman Nusantara.

Film perdananya dirilis pada tahun 1980 dengan judul Gadis yang merupakan arahan dari sutradara Nya' Abbas Akup.

Dalam film inilah, ia bertemu dengan Dewi Yull yang merupakan istri pertamanya.

Lewat film Noesa Penida yang tayang pada tahun 1988, Ray dinominasikan sebagai aktor terbaik pada Festival Film Indonesia 1989.

Selain itu, ia juga pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali dalam ajang yang sama, yakni melalui film Ponirah Terpidana (Festival Film Indonesia 1984), Secangkir Kopi Pahit (Festival Film Indonesia 1985), Kerikil-Kerikil Tajam (Festival Film Indonesia 1985), Opera Jakarta (Festival Film Indonesia 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (Festival Film Indonesia 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (Festival Film Indonesia 1990).

Ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, ia tetap eksis di dunia seni peran.

Ray membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota dan membentuk komunitas teater di sana.

Lewat sanggarnya ini, ia pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.

Pada pertengahan 2006, ia kembali aktif di dunia film dengan membintangi Dunia Mereka.

Bahkan, kongres PARFI pada tahun yang sama memilih Ray menjadi salah satu ketuanya. 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved