Hikmah Idul Adha
Idul Adha, Ketakwaan dan Birrul Walidain
Tepat 10 Dzulhijjah, pada bulan haji 2025 ini, nama Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS serta Siti Hajar disebut dan diceritakan, diikuti perjuangannya.
Oleh: Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur)
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kita bersyukur, bersama-sama kaum muslimin di seluruh dunia memperingati Idul Adha 1446 H dengan melaksanakan salat, menyembelih hewan kurban bersama masyarakat, keluarga dan sanak saudara.
Kita bersyukur karena bisa membersamai kaum muslimin di seluruh dunia dari ujung dunia timur sampai ujung dunia barat, minal masyriqi ilal maghribi meneladani Nabiyullah Ibrahim AS, Nabiyullah Ismail AS, dan Siti Hajar yang mulia.
Semua bertakbir, bertafakkur, menyeru kebesaran nama Allah. Allahu Akbar. Allah Maha Besar.
Pagi ini, seakan-akan seluruh isi Bumi, aliran air di telaga-telaga, di seluruh lautan-lautan dan seluruh angkasa luar bergetar menyeru kebesaran Allah azza wa jalla.
Tepat tanggal 10 Dzulhijjah, pada bulan haji 2025 ini, nama Nabiyullah Ibrahim AS, nama Nabiyullah Ismail AS serta Siti Hajar disebut dan diceritakan, bahkan diikuti perjuangannya.
Dua orang utusan Allah dan seorang ibu yang sangat sabar itu, menjadi tuntunan bagaimana menggenggam ke-Islaman dan keimanan yang kuat di masa sulit.
Nabi Ibrahim juga disebut nabi yang pertama mengajarkan Tauhid. Lahir 3.800 tahun yang lalu di Babylonia, Irak. Kisah hidupnya di masa Raja Namrud yang kejam dan berhasil mempertahankan keimanan kepada Allah menjadi ibrah.
Nabi Ibrahim dan Kokohnya Iman
Nabi Ibrahim kecil disembunyikan di gua, oleh Ibu Siti Hajar, karena takut dibunuh Raja Namrud.
Ibrahim besarpun, selamat, namun selalu mendapat perlawanan dan ancaman dari Raja Namrud yang mengaku dirinya Tuhan. Dia kokoh dalam tauhidnya.
Karena keutamaan itu, Allah menjadikannya contoh suri tauladan manusia. Sebagaimana yang telah tertulis di Al Quran Surat Al Mumthahannah ayat 4.
“Qad kaana lakum, uswatun hasanatun, fii Ibroohiima walladziina maahu.”
Nabi Ismail AS adalah sosok Nabiyullah, yang dengan keimanannya, ketaatannya kepada Allah SWT dan penghormatannya kepada ayah, rela mengikuti apa yang dititahkan oleh ayahanda sesuai mimpi Nabiyullah Ibrahim. Semua karena Allah untuk melaksanakan perintah Allah. Maka beliau adalah tauladan.
Nabi Ismail AS dan Birrul Walidain
Nabi Ismail adalah tauladan kita terhadap orang tua. Contoh terbaik apa yang kita sebut birrul walidain. Contoh terbaik bagaimana arti tawakkal Alallah.
“Sikap kita,” “perkataan kita," “ketundukan kita kepada Allah, taqwallah adalah kunci.” Birrul walidain adalah kunci suskes dan kebahagiaan hidup.
Orang Madura sangat taat kepada orang tua melebihi siapapun. Filosofi orang Madura itu sesuai dengan ajaran Al Quran Beppa’, Bebbu’, Ghuru, Rato.
Kita harus menghormati Bapak dan Ibu sehormat hormatnya. Siapapun kita, mau kaya, mau pejabat, mau profesor, mau jadi manteri, apalagi kalau hanya orang biasa. Baru hormat ke kiai, ustaz atau guru, ulama dan juga kepada pemimpin atau pemerintah.
Orang Indonesia yang beradab dan beragama pasti menjadikan orang tuanya adalah panutan dan 100 persen harus dianut.
Siti Hajar Sang Ibu Teladan
Adalah Siti Hajar membuat sejarah zam-zam. Ibunda Nabi Ismail, saat itu lari-lari dari Bukit Sofa dan Bukit Marwah mencari air untuk anaknya yang kehausan, kehabisan perbekalan.
Maka sekarang diabadikan dalam ritual haji dan umrah.
Jemaah harus sa'i dan lari-lari kecil 7 putaran saat lampu hijau menirukan perjuangan Siti Hajar. Sengsara luar biasa. Dari situ kita tahu, perjuangan sang ibu, kita belum ada apa-apanya dibanding susahnya beliau.
Dari keimanan, keyakinan yang kuat itulah, Allah menjadikan Nabi Ismail bukan hanya anak yang soleh tapi satu di antara 25 nabi yang kita kenal.
Ada dialog yang terkenal dalam Al Quran Surat As Shaffat ayat 102 Ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
(Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!"
Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.")
Hari ini, jutaan umat muslim dari seluruh penjuru dunia, melakukan wuquf di Arofah, sebagai inti perjalanan haji.
Wuquf adalah berdiam diri, merenung, dan pengakuan atas keterbatasan diri.
Arafah adalah gurun dan bukit tempat berkumpulnya Nabi Adam dan Siti Hawa jutaan tahun yang lalu.
Bersama jutaan jemaah haji yang wuquf di Padang Arafah yang panas. Bayangkan kita juga ikut wuquf di sini, yang maknanya merenung, menghitung-hitung kabaikan apa yang telah kita berikan kepada ibu bapak.
Coba bercermin, kebaikan apa yang diandalkan untuk orang tua, kehebatan apa yang kita suguhkan ke Rasulullah, kehebatan mana yang kita andalkan nanti kalau bertemu Allah SWT. Padahal kita ini manusia biasa yang banyak salah. Al insaanu, mahallul khoto' wan nisyaan.
Semoga kita temasuk dalam orang-orang yang diampuni oleh Allah SWT dan selalu mendapat limpahan taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Amin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.