Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Rofidah Anak Sopir Truk Dapat Beasiswa Kuliah UGM, Puisinya Pernah Terbit di Buku Najwa Shihab

Kisah anak sopir truk dapat beasiswa di UGM, Yogyakarta ini menjadi inspirasi. Perjuangannya meraih cita-cita untuk kuliah terbayar sudah.

Dokumentasi Humas UGM
ANAK SOPIR TRUK - Rofidah Nurhana Lestari asal Teguhan, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul calon mahasiswa UGM bersama kedua orangtuanya. Rofidah merupakan anak sopir truk yang dapat beasiswa di UGM. 

TRIBUNJATIM.COM - Kisah anak sopir truk dapat beasiswa di UGM, Yogyakarta ini menjadi inspirasi.

Perjuangannya meraih cita-cita untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi kini terbayar sudah.

Ia mendapat beasiswa penuh dari UGM untuk kuliah.

Sosok anak sopir dapat beasiswa itu adalah Rofidah Nurhana Lestari.

Rofidah merupakan anak sopir truk pengangkut jerami di Gunungkidul.

Sejak kecil, remaja 18 tahun dari pasangan Timbul Marsono (54) dan Darini (52) sudah hidup sederhana.

Baca juga: Sosok Bu Ainun Viral Janjikan Beasiswa Kuliah Malah Minta Rp4,8 Juta, Eks Mahasiswi: Uang Dari Mana

Ayahnya yang bekerja sebagai sopir pengangkut jerami memiliki penghasilan yang tak menentu.

Pasalnya, bila musim hujan tiba, Timbul harus beralih pekerjaan menjadi pencari rongsokan untuk menambah pemasukan keluarganya.

"Jerami saya ambil dari desa lain, lalu dijual ke warga desa yang punya ternak," ujar Timbul dikutip dari Kompas.com, Selasa (24/6/2025).

Rofidah tahu betul perjuangan orangtuanya itu.

Sehingga tak pernah terlintas di benaknya untuk mengecewakan mereka.

Perjuangannya selama ini meraih cita-cita pun berhasil dicapai.

Rofidah Nurhana Lestari asal Teguhan, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul calon mahasiswa UGM bersama kedua orangtuanya.
Rofidah Nurhana Lestari asal Teguhan, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul calon mahasiswa UGM bersama kedua orangtuanya. (Dokumentasi Humas UGM)

Usaha memang tak pernah mengkhianati hasil.

Kini ia berhasil meraih beasiswa penuh untuk menempuh pendidikan tinggi di kampus ternama.

Dalam Instagram Dosen Metalurgi ITB, Imam Santoso (@santosoim), Rofidah sampai didatangi langsung oleh Wakil Rektor UGM, Arif.

Momen pertemuan ini pun berubah menjadi suasana haru kala Darini menceritakan perjuangan anaknya itu.

Kata dia, Rofidah sering terjaga demi mengejar impiannya.

"Rofidah sejak kecil belajar sampai larut malam untuk kejar impiannya," ucapnya kala itu.

Dari Rofidah juga Darini sadar bahwa apapun pekerjaan orangtuamu, kamu bisa kuliah tinggi.

Alasannya karena banyak beasiswa menanti.

Pasalnya tak ada mimpi yang terlalu besar dan pemimpi yang terlalu kecil.

Baca juga: Wali Murid Tak Bisa Daftar SPMB karena Tidak Punya HP, Sekolah Favorit Pendaftar Cuma 10 Siswa

Prestasi Rofidah

Selain mendapatkan beasiswa penuh di perguruan tinggi, prestasi Rofidah memang sudah terlihat sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Rofidah selalu menjadi juara satu sejak SD hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Bahkan remaja asal Teguhan, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul ini jago menulis puisi.

Bahkan kegemarannya membaca pernah membawanya menjuarai lomba menulis puisi dan menerbitkan karyanya dalam buku “Catatan Perjuangan” bersama Najwa Shihab.

Kini, sembari menanti masa kuliah dimulai pada Agustus 2025 mendatang, Rofidah bekerja sebagai penjaga konter HP untuk membantu keluarga. 

Sebab penghasilan sang ayah perbulannya berkisar Rp 1,5 juta.

“Melihat kondisi Bapak di musim hujan ini belum bisa kerja maksimal. Saya juga tahu masuk kuliah perlu biaya,” ungkapnya.

Baca juga: Dapat Jatah MBG Mentah, Siswa SD Disuruh Masak Sendiri di Rumah, Diberikan untuk 5 Hari Sekaligus

Kisah serupa datang dari anak pedagang kantin kuliah gratis di UGM bahkan UKT Rp 0.

Ia adalah Varen Syifa Maudina (19).

Varen merupakan mahasiswi baru Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, FTP UGM yang berhasil diterima untuk kuliah lewat jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) dan memperoleh pembebasan UKT 100 persen.

Di balik prestasi gemilangnya, berdiri sosok ibu luar biasa yang selama ini menjadi sumber kekuatan dan menjadi penopang keluarga.

Sejak masih bayi, Varen tumbuh tanpa kehadiran sang ayah yang pergi meninggalkan mereka. 

Sang bunda, Siti Darojah (53), mengambil peran sebagai pengasuh sekaligus tulang punggung keluarga.

Setelah gempa 2006 menghancurkan usaha keluarga dan disusul dengan masalah rumah tangga, ia tidak memiliki pilihan lain selain berjualan di kantin sekolah dasar daerah Jetis, Bantul, untuk mencukupi kebutuhan Varen dan kakaknya yang saat itu tengah SD.

“Saya memprioritaskan anak-anak, apapun saya lakukan dan saya fokuskan untuk kehidupan anak,” ujar Siti dikutip dari laman UGM, Minggu (22/6/2025), via Kompas.com.

Dengan profesi ibunya tersebut, Varen sudah terbiasa bangun pagi sejak kecil untuk membantu ibunya menyiapkan menu yang akan dijajakan di sekolah.

Bahkan, ia sudah sampai di gerbang sekolah pukul 05.00, karena ibunya harus segera bergegas untuk mempersiapkan lapak.

Baca juga: Jemput Anak Penjual Baju Bekas yang Masuk ITB, Rektor Nangis Haru, Tabungan Ayah Cuma Rp 1,5 Juta

Ia mengaku bangga akan perjuangan ibunya yang mengusahakan segalanya untuknya.

Lebih dari itu, Varen turut serta membawa beberapa dagangan ibunya untuk ia titipkan di kantin sekolahnya atas inisiatifnya sendiri.

“Sejak SD sampai SMA sekolah Varen memang jauh dari rumah, itu saya lakukan supaya dia nggak dapat tekanan sosial kalau bersekolah di sekitar lingkungan rumah dan ditanya tentang ayahnya,” tutur Siti dengan penuh haru.

Sejak SMP, Varen sudah merancang masa depannya dan menempatkan kampus UGM sebagai target tempat kuliah.

Kecintaannya pada kimia menuntunnya pada Prodi Teknologi Pangan.

Meski keterbatasan ekonomi membuatnya tidak bisa ikut bimbel, Varen menempuh jalur lain dengan memanfaatkan les murah, belajar mandiri via daring, dan bergantung pada doa serta tekad.

“Ibu saya tidak pernah bilang keberatan, selalu mendukung dan membebaskan pilihan saya. Saya percaya kalau kita niat cari ilmu, Allah pasti kasih jalan,” ungkapnya.

Meskipun dikenal pendiam, Varen memiliki prestasi di kelas dengan meraih peringkat tinggi di setiap jenjang sekolahnya dan menjuarai lomba menggambar sejak kecil.

Ia juga memiliki kesan positif di mata guru dan teman-temannya.

“Anaknya memang pendiam, tapi dia tanggap sama lingkungan sekitar, baik sama keluarga atau ke teman-temannya,” nilai Siti.

Dalam hidupnya, Varen mengaku selalu memegang pesan ibunya untuk selalu memegang teguh nilai-nilai kejujuran, rendah hati, mandiri, dan dorongan untuk bersedekah walaupun berada dalam kekurangan.

Kini, sebagai mahasiswa baru UGM, Varen memiliki mimpi lebih besar lagi untuk melanjutkan S2 dan berkiprah di sektor pemerintahan atau BUMN sebagai wujud terima kasih kepada sang bunda.

“Saya akan buktikan pada Ayah saya bahwa anak yang ditinggalkannya bisa melakukan suatu yang besar, saya dan kakak perempuan saya bisa berkuliah,” katanya dengan bersemangat.

Kisah Varen adalah cerminan kekuatan perempuan, seorang ibu yang tidak menyerah pada keterpurukan, dan seorang anak yang menjawab pengorbanan itu dengan kerja keras dan prestasi.

Semangat perempuan ini layak diapresiasi dan menjadi inspirasi bahwa di balik pencapaian seorang anak, ada doa, peluh, dan cinta dari ibu yang luar biasa.

“Untuk semua yang tengah berjuang, dinikmati aja karena suatu hari nanti kita mesti mendapatkan hasil dari apa yang telah kita perjuangkan dengan bangga,” pungkas Varen.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved