Berita Viral
Tangis Sri Lihat Anaknya yang Down Syndrome dan Idap Kelainan Jantung Masuk SMA, Suami Jualan Bakso
Pada Senin (14/7/2025), seorang remaja bernama Kayla Dwi Pramesty (15) membuat ibunya menangis haru.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Kisah haru datang dari Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 5 Jakarta.
Pada Senin (14/7/2025), seorang remaja bernama Kayla Dwi Pramesty (15) membuat ibunya menangis haru.
Langkahnya di hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) menjadi pemandangan yang sudah lama dinantikan Sri Endang Wahyuni, sang ibu.
Sri tak menyangka sang anak yang terlahir down syndrome pada 28 Februari 2010 lalu, akhirnya bisa mengenakan baju putih abu-abu.
Selain down syndrome, Kayla juga lahir dengan diagnosa kelainan jantung atau Atrial Septal Defect (ASD) yang membuatnya harus berkali-kali masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) hingga ruang operasi, untuk tetap bertahan hidup.
Hari-hari berat itu dilewati wanita 54 tahun ini bersama sang suami, yang kini berjalan bakso.
Dulu, ia tak tahu bagaimana harus membayar rumah sakit, di saat hidupnya berada di ambang kesulitan.
Pada tahun tersebut, Sri hanyalah seorang penjahit dan suaminya adalah karyawan swasta dengan gaji yang pas-pasan.
Ia bahkan tak memiliki pegangan ansuransi kesehatan sama sekali.
Sementara, Sri harus membawa Kayla setiap minggu ke Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita untuk berobat jalan.
"Waktu itu lahir 3,6 kilogram, tapi habis itu bukannya naik tapi merosot terus. Kata bidannya 'Saya rujuk ke RSAB Harapan Kita ya, takut ada kelainan jantung'," ujar Sri bercerita lirih saat menunggu Kayla pulang sekolah, Kamis (17/7/2025), seperti dilansir dari WartaKota.
Baca juga: Margaret Balas Ejekan Guru Miskin Jangan Kuliah dengan Tangis Dosen UI yang Menjemputnya
Di titik itu, hati Sri sesungguhnya hancur.
Kian hari, berat badan Kayla tambah merosot.
Ia pun memutuskan pergi ke RSAB Harapan Kita tanpa ansuransi apapun dan hanya bermodalkan uang di tabungannya.
"Waktu itu untuk kontrol jantung saya harus punya Rp 2 juta sekali kontrol, sementara Kayla itu kontrolnya seminggu 2 kali waktu masih bayi," katanya.
Selama dua tahun Sri dan suaminya berjuang untuk kesehatan Kayla.
Setiap uang yang didapat dari pekerjaan, mereka sisihkan agar putri bungsunya dapat melanjutkan hidup dengan mandiri dan tak menderita di tengah keterbatasannya.
Baca juga: Tangis Dea Anak Nelayan Diterima Kuliah di ITB, Rumah Sederhananya Banjir Piala & Piagam Lomba
Barulah saat 2012, Joko Widodo selaku Gubernur DKI Jakarta kala itu, mengeluarkan Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan bisa dimanfaatkan oleh Sri untuk berobat sang anak.
Pasalnya, ia memenuhi persyaratan ber-KTP DKI Jakarta dan merupakan keluarga dengan status menengah ke bawah.
"Pas gubernurnya ganti, saya baru pakai BPJS, tapi terapi pun saya harus punya uang. Karena seminggu terapi 2 kali, sekali terapi Rp 200.000 (per-minggu)," kata Sri.
Sementara, Kayla harus melewati banyak terapi, mulai dari bicara, motorik, hingga fisioterapi.
Namun, setelah ia mengajukan kepesertaan BPJS Kesehatan untuk kategori kelas 3, Sri seperti menemukan secercah harapan baru.
Masa depan sang anak, nampaknya mulai bisa ia lihat. Sebab karena bantuan itulah, Kayla bisa terapi, kontrol, hingga operasi dengan gratis.
"Alhamdulillah dari saya mulai pakai itu (BPJS) saya yang pakainya kelas 3 yang gratis, yang enggak bayar, sampai sekarang pun enggak, itu kebantu banget," tutur Sri.
"Karena di RSAB Harapan Kita sama aja, mau yang bayar sama yang enggak bayar, ditanganinya sama, sama-sama baiknya," lanjut dia.
Berkat terapi dan berobat rutin per-minggunya ke berbagai spesialis, mulai dari endokrin, gigi, hingga spesialis anak, berat badan Kayla berangsur meningkat.
"Seminggu bisa berkali-kali, kalau sebulan enggak kehitung, IGD sampai sudah jadi makanan sehari-hari Kayla. Dia kalau sakit, masuk IGD aja udah sembuh, obatnya itu," tutur Sri.
Sri juga tengah berupaya keras untuk menjaga Kayla agar tidak terlalu banyak makan manis demi gigi yang tetap sehat.
Sebab, sudah tak terhitung berapa banyak operasi gigi yang sudah dijalani Kayla demi bisa bertahan dengan diagnosa ASD-nya tersebut.
"Karena punya kelainan jantung, jadi gigi enggak boleh bolong, takut bakterinya masuk ke jantung. Itu Kayla sudah berkali-kali (operasi). Cuma belum nutup-nutup (jantungnya)," kata Sri.
Selain ke RSAB Harapan Kita, BPJS Kesehatan yang dimiliki Kayla juga bisa membantunya mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Soeharto Heerjan untuk terapi kesehatan mental saat emosinya tidak stabil.
Baca juga: Ratusan Anak Berkebutuhan Khusus di Trenggalek Putus Sekolah, SLB Terbatas
Tanpa BPJS, Sri tak membayangkan apakah perkembangan Kayla bisa sampai di titik ini atau tidak.
Pasalnya pada 2020 hingga beberapa tahun paska Covid-19, suaminya mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) yang membuatnya dirumahkan.
Walhasil, Sri kembali bekerja sebagai penjahit lepas, sementara Kayla diasuh oleh sang ayah di rumah.
"Tapi namanya laki-laki kadang kurang telaten, jadi Kayla suka saya bawa, buat terapi dia, motoriknya, kadang saya ajak buat injak mesin jahit yang goyang-goyang itu, karena enggak ada biaya (saat itu)," jelas Sri dengan senyum tulus.
Kayla juga belajar mengenal warna, bentuk, hingga tekstur, dari potongan-potongan kain sisa dari pakaian yang Sri jahit tiap harinya.
"Harganya itu (terapi) Rp 900.000 (di RSJ Heerjan). Tapi alhamdulillah itu dicover (ditanggung) BPJS. Karena dalam sebulan bisa empat kali. Kalau sekarang per delapan hari (kontrol) terapi dan asesmennya satu bulan sekali," ucap Sri.
Baca juga: Meski Tak Lulus SLB, Adit Mampu Biayai Kuliah Adik di UI dari Kerja Cabuti Rumput, Dihadiahi Rumah
Kini, Sri sudah berhenti menjahit.
Kehidupannya sehari-hari pun, sudah kembali ditanggung oleh suaminya yang memutuskan berjualan bakso keliling.
Sementara seluruh pengobatan Kayla, Sri bergantung penuh pada BPJS Kesehatan untuk memastikan anaknya tumbuh sehat dan bisa mandiri.
Terbukti, meski lahir dengan penyakit berat dan Downsyndrome, Kayla memiliki kemampuan untuk menjahit hingga tata boga yang ia pelajari dari sekolahnya.
"Enggak nyangka saya, padahal sempat ragu ini bisa enggak. Alhamdulillah saya kebantu banget, semoga untuk yang dapat BPJS gratis masih ada, karena banyak anak kayak Kayla yang bergantung (masa depannya)," pungkas Sri.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 5 Jakarta
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)
down syndrome
kelainan jantung
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Warga Kadung Percaya Kades untuk Balik Nama Sertifikat Tanah, Uang Rp96 Juta Lenyap Ditipu Eks PNS |
![]() |
---|
Viral Orang Malas Mandi Disebut Tanda Gangguan Jiwa, Benarkah? ini Penjelasan Psikolog |
![]() |
---|
Ditipu Hozizeh, Isqomariyah Malah Dipalak Polwan Rp17,5 Juta Agar Pencabutan Laporan Segera Diproses |
![]() |
---|
Ternyata Terbukti Mutasi Kepsek Roni Tanpa Prosedur, Wali Kota Prabumulih Telanjur Bantah |
![]() |
---|
Suami Syok Istri Masuk Sumur 12 Meter usai Diajak 2 Pria Tak Dikenal, Ada Bisikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.