Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Ari Bungkam Tetangga yang Nyinyiri Bisnisnya Sejak 2016, Lahan 2 Meter Perbulan Untung Jutaan Rupiah

Ari membungkam tetangga yang menyinyirinya sejak 2016 karena dianggap menjalankan bisnis yang tak berguna, padahal sebaliknya.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/Bagus Puji Panuntun
LIMBAH KOTORAN SAPI - Peternak sapi asal Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat membudidaya cacing dari limbah kotoran sapi, Jumat (22/8/2025). Ari berhasil membuat tetangganya bungkam karena penghasilannya saat ini. 

TRIBUNJATIM.COM - Ari (36) warga Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, berhasil 'menutup mulut' tetangganya yang diketahui suka nyinyir.

Ari kerap kali mendapati omongan pedas dan nyinyir dari tetangga soal bisnisnya.

Dijalankan sudah sejak tahun 2016, Ari akhirnya mulai merasakan keuntungan pada bisnis yang dijalaninya.

Inilah cerita Ari, warga Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, yang berhasil membuktikan kepada tetangganya.

Tempat orang-orang biasanya mencari udara sejuk atau segelas susu segar, ada kisah lain.

Bukan soal bunga warna-warni atau kebun stroberi manis, melainkan tentang sesuatu yang tak akan disangka oleh banyak pihak.

Kotoran sapi yang baunya menyengat itu ternyata justru mendatangkan berkah uang bagi Ari.

Dari gundukan limbah yang dulu diperlakukan bak anak tiri, kini lahir ladang rezeki yang lentur, licin, dan menggeliat.

Ari (36) warga Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, berani menyalin naskah muram limbah menjadi kisah optimistis tentang cacing.

Ya, cacing.

Baca juga: Pulang Hajatan Anak dan Cucu Syok, Kakek Saturi Tewas Hanya Ditutupi Sajadah dan Sarung

Makhluk merah bergeliat yang sering dianggap menjijikkan itu menjadi pemeran utama dalam perubahan wajah kampung.

“Alhamdulillah, sekarang tidak ada lagi kotoran yang terbuang sia-sia. Semuanya dimanfaatkan, bahkan jadi sumber penghasilan utama saya,” kata Ari saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (22/8/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Senin (25/8/2025).

Di kampung yang memiliki 400 ekor sapi ini, setiap hari muncul 10 ton lebih kotoran.

SAPI KURBAN - Selama Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, di Kota Batu ada sebanyak 4.656 ekor hewan kurban yang disembelih. Rinciannya meliputi domba 2.062 ekor, kambing sebanyak 1.862 ekor, dan sapi sebanyak 732 ekor, Rabu (11/6/2025).
SAPI KURBAN - Selama Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, di Kota Batu ada sebanyak 4.656 ekor hewan kurban yang disembelih. Rinciannya meliputi domba 2.062 ekor, kambing sebanyak 1.862 ekor, dan sapi sebanyak 732 ekor, Rabu (11/6/2025). (Istimewa/TribunJatim.com)

Sebuah gunung kotoran yang menyengat hidung dan meracuni sungai.

Dulu, tumpukan itu menjadi momok.

Bau amis bercampur asam menyergap hingga ke dapur warga.

Sungai berubah seperti kuah kotor, lebih mirip selokan daripada sumber kehidupan.

Tetapi sejak 2016, Ari menghadirkan ide “gila” yang bahkan tetangganya sempat nyinyir. Ari berencana mengubah kotoran sapi menjadi media ternak cacing.

Baca juga: Kasus Cacingan Jadi Perhatian, Dinkes Trenggalek Pastikan Tak Ada Temuan Kronis

Di lahan sempit 2x14 meter persegi, ia menyiapkan rak-rak kayu bertingkat.

Bukannya menyimpan hasil panen sayur atau buah, Ari justru merawat makhluk bergeliat itu dengan sabar.

Dalam dua hingga tiga bulan, cacing siap panen.

Dan dari lahan sekecil itu, ia bisa mengantongi Rp 4 juta bersih tiap bulan.

Nominal yang mungkin terdengar biasa saja bagi pengusaha kota, tapi di kampung, itu adalah bukti nyata bagaimana limbah bisa menjelma jadi harapan.

Baca juga: Wanita di Blitar Jadi Korban Begal di Hutan Jati Sutojayan Sepulang Kerja, Motor dan Tas Dirampas

“Dari lahan kecil itu, saya bisa mengantongi sekitar Rp 4 juta per bulan. Itu bersih, setelah dikurangi biaya operasional,” ujarnya.

Ironisnya, di saat pemerintah sering gagap mengatasi soal sampah dan limbah peternakan, justru cacing-cacing inilah yang bekerja paling rajin.

Mereka melahap kotoran, mengolahnya menjadi kascing, pupuk organik yang subur dan bernilai jual tinggi.

Para pejabat mungkin sibuk berwacana tentang “ekonomi hijau”, tapi Ari dan ribuan cacingnya sudah lebih dulu praktik nyata tanpa pidato panjang.

Kini, Kampung Areng tak lagi sesak dengan bau tak sedap.

Limbah yang dulunya jadi masalah kini berubah jadi aset.

Peternak sapi asal Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat membudidaya cacing dari limbah kotoran sapi, Jumat (22/8/2025).
Peternak sapi asal Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat membudidaya cacing dari limbah kotoran sapi, Jumat (22/8/2025). (KOMPAS.COM/Bagus Puji Panuntun)

Bahkan, beberapa tetangga Ari mulai meniru langkahnya.

Kotoran sapi bukan lagi kutukan, melainkan berkah yang menyuburkan kantong.

Kampung ini pun pelan-pelan menjelma laboratorium alam tentang bagaimana manusia bisa berdamai dengan lingkungannya.

Permintaan cacing ternyata tak pernah kenyang. Industri pakan ikan dan unggas membutuhkannya.

Begitu juga produsen kosmetik dan farmasi.

Cacing jadi bahan baku untuk kapsul herbal, krim perawatan kulit, bahkan racikan obat-obatan tertentu.

Senyuman merekah Ari saat panen cacing dari kotoran sapi dan memberi keuntungan besar.
Senyuman merekah Ari saat panen cacing dari kotoran sapi dan memberi keuntungan besar. (Kompas.com)

Jenis cacing yang dipelihara ada dua: Lumbricus rubellus, yang populer untuk kebutuhan herbal dan kosmetik, serta African Night Crawler (ANC), primadona pakan ternak ikan dan unggas.

"Kedua jenis ini mudah dipelihara, cepat berkembang biak, dan yang terpenting laku keras di pasar," paparnya.

Baik permintaan untuk pakan unggas maupun permintaan cacing untuk obat-obatan ia dapat dari platform jual beli daring atau media sosial.

Melalui pemasaran digital ini, cacing-cacing itu merayap menjadi rupiah ke kantong-kantongnya saban hari. Sebuah rezeki yang lahir dari pantat sapi.

Ari kini bukan sekadar peternak, tapi juga pemasok. Tangannya yang dulu akrab dengan cangkul, kini juga menari di layar ponsel untuk melayani pesanan dari berbagai daerah.

“Alhamdulillah, sekarang saya tidak perlu keluar kampung untuk menjual produk. Semua dikerjakan dari rumah, lewat online,” kata Ari.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved