TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - DY (21), yang tinggal di Surabaya Timur menjadi korban penculikan, penyekapan dan pelecehan seksual. Pelakukanya mengaku seorang polisi Polrestabes Surabaya.
Kejadian itu bermula saat DY dan temannya naik sepeda motor di Jl Kenjeran, pada Jumat (26/5/2017) pukul 00.15 WIB. Tapi, kabar tersebut baru beredar di Mapolretabes dan wartawan pada Kamis (1/6/2017).
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Shinto Silitonga membenarkan soal penculikan DY. Pihaknya sedang menindaklanjuti laporan korban dan memburu memburu pelaku yang mengaku sebagai polisi.
"Memang benar ada laporan itu, kami sedang menangani kasus tersebut. Kami sudah mengantongi identitas pelaku,” kata AKBP Shinto Silitonga, Kamis (1/6/2017).
Peristiwa bermula saat DY dan temannya mengendari motor di Jl Kenjeran Surabaya. Saat berhenti, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di dekat motor korban. Selanjutnya, pengemudi mobil dan mengaku anggota Reskoba Polretabes Surabaya dan DY menuruti.
Baca: PSK ini Nekat Cari Pelanggan Saat Ramadan, Begini Nasibnya
Setelah DY masuk mobil, pria tersebut menyuruh teman DY ke Polrestabes Surabaya. Setelah teman DY pergi, pria misterius itu membawa DY keliling Surabaya.
Di mobil pelaku lah terjadi pelecehan sekssual. Korban diminta melepas baju dan disuruh telanjang dan memperagakan adegan seks. Rupanya pelaku belum puas, dan membawa koban DY ke sebuah hotel di Surabaya Timur.
Di kamar hotel, DY kembali dipaksa telanjang dan memperagakan seks. Tidak hanya itu, pelaku menodongkan pistol (entah pistol asli atau bukan) supaya korban mengaku sebagai penguna narkoba.
Seperti di mobil tadi. Setelah pelaku puas, pelaku kembali berulah. Pelaku mengeluarkan sebuah pistol dan menodongkannya kearah DY. Korban pun mengaku, lantaran takut dengan ancaman pelaku.
Baca: Usai Mendaftar di Demokrat, Gus Ipul Daftar di PDIP
Setelah tiga jam di kamar hotel, sekitar pukul 04.00 WIB, pelaku mengajak DY keluar dan
menurunkan DY di Jl Kenjeran Surabaya serta diberi uang Rp 100 ribu. Korban akhirnya melapor ke Mapolretabes Surabaya.
AKBP Shinto Silitonga menuturkan, dari pemeriksaan yang suah dilakukan, korban tidak kenal dengan pelaku yang sudah berbuat tidak senonoh.
"Tidak ada hubungan antara korban dan pelaku. Nanti kalau pelakukanya sudah tertangkap, baru diketahui apa motifnya. Kami optimistis bisa menangkapnya," pungkas Shinto. (Surya/Fatkhul Alamy)