Laporan Wartawan TribunJatim.com, Pradhitya Fauzi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kafe dengan tema artistik, vintage, milenium, hingga klasik sudah umum ditemui di Surabaya.
Namun, di Kafe Mbok Kom yang terletak di Jalan Ketintang Madya Nomor 50, Surabaya justru beda dari yang lain.
Muhammad Obik (31) atau yang lebih dikenal dengan Obik, memberanikan diri untuk mempekerjakan penyandang disabilitas dan mantan narapidana di kafe yang launching pada 17 Oktober 2017 itu.
Obik berpesan untuk para karyawannya, yang seperti halnya dirinya untuk tak menganggap dirinya sebagai bos, melainkan sebagai mitra atau rekanan.
Dengan rendah hati, Obik tak ingin pegawainya menganggap dirinya sebagai atasan, justru sebaliknya.
Ia menginginkan dirinya dianggap sebagai teman sebayanya.
Namun, hal itu tetap dirasa Obik tak mengurangi rasa hormat, kepercayaan, dan integritas antara pemilik dan pegawainya.
"Ya ayok kita berpacu, kita bermitra, jangan menganggap saya bos atau juragan, kita berjuang bersama," sambungnya.
Hal yang disampaikannya itu, supaya teman-temannya bisa berpikir berbeda dan lebih inovatif serta tak ragu untuk menyampaikan keluh kesah serta saran.
Harapan Obik, teman-temannya tersebut dapat lebih sukses darinya dan mampu memperjuangkan sesamanya.
Tak hanya disabilitas, ia juga mempekerjakan para residivis (mantan narapidana) pelaku kejahatan.
Sejumlah residivis yang dipekerjakan pun beragam, ada yang pernah mencuri, jambret, merampok, hingga membunuh.
Namun, Obik tak memandang negatif terhadap para residivis itu.
Obik merasa, para residivis yang merupakan rekan sekaligus pegawainya itu memiliki potensi dan skill untuk sukses, meskipun masyarakat tak menganggapnya demikian.
"Saya senang dengan para rekan-rekan saya, mereka (residivis) jiwa sosial, persodaraan, solidaritasnya, dan memiliki nilai perjuangan hidup yang tinggi, mereka adalah pekerja keras," papar Obik.
Obik juga ingin membuktikan ke masyarakat, bila mantan narapidana (napi) dan penyandang disabilitas mampu seperti mereka yang normal dan kehidupannya baik-baik saja.
"Mereka tak bisa dipandang sebelah mata, meskipun mantan napi bagi masyarakat dianggap negatif, tapi tidak bagi saya," ujarnya sembari menepuk pundak rekannya.
Untuk mempekerjakan rekannya yang disabilitas pun, Obik mengaku sempat mengalami kesulitan.
Pasalnya, setiap pelanggan yang baru datang dan belum pernah berkunjung sebelumnya mengaku kaget.
Sebab, untuk pemesanan, pelanggan langsung disiapkan menu dan sebuah nota untuk menulis hidangan dalam menu yang akan dipesan.
Untuk komplain dan menjelaskan lebih detail, pelanggan harus ekstra keras memahami apa yang disampaikan dan diterima pada pelayan kafe yang disabilitas tersebut.
Namun, hal itu dirasa Obik bukanlah sebuah hambatan, melainkan sebuah tantangan, motivasi, sekaligus mengedukasi pada masyarakat bahwasanya pengidap disabilitas mampu bersaing di era global dengan warga yang normal.
Bahkan, Obik mengatakan masyarakat justru harus belajar menyampaikan, memahami, dan dapat membalas komunikasi dari apa yang disampaikan penyandang disabilitas, seperti halnya rekan Obik yang dipekerjakan di Kafe Mbok Kom.
"Tantangannya ya untuk penjelasan ke customer yang shock, ada yang marah juga, disitu saya berusaha untuk jelaskan mengapa alasan saya dan mempekerjakan teman2 seperti ini," terang Obik kemudian tersenyum.
Namun, ia bersikukuh untuk tetap melakukan niat dan impiannya sedari dulu itu.